Keperawatan
Jiwa Adalah proses interperonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan
perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau
klien dapat berupa individu,keluarga,kelompok,organisasi atau komunitas.
(Stuart, 2007). Dalam UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 4. Disebutkan
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Definisi sehat menurut kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi pisik,mental dan sosial yang tidak
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Manusia akan
beradptasi terhadap keseimbangan melalui mekanisme penanganan yang di pelajari
pada masa lampau. Apabila manusia berhasil beradptasi dengan masa
lampau,berarti ia telah mempelajari aktivitas mekanisme penanganan yang adekuat
untuk beradaptasi terhadap kesulitan yang lebih kompleks dimasa mendatang dan
bisa menyebabkan terjadinya keadaan yang mempunyai pengaruh buruk terhadap
kesehatan jiwa atau gangguan jiwa.
Gangguan
jiwa merupakan salah satu kesehatan utama di berbagai negara maju modern dan
industri. Menurut penelitian WHO prepalensi gangguan jiwa adalah 100 jiwa per
1.000 penduduk. Data statistik yang di kemukakan oleh WHO (1990) Menyebutkan
bahwa setiap saat 2-3% dari penduduk di dunia berada dalam hasil riset WHO
diperkirakan pada setiap saat, 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak
permasalahan jiwa, saraf, maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat. Lebih
jauh lagi dikatakan bahwa satu dari lima orang dewasa pernah mengalami gangguan
jiwa dari jenis biasa sampai yang serius (Rizki, 2012).
Data pasien
jiwa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tambaksari sejumlah 39 orang 11
perempuan 28 laki-laki.
a. Mengetahui
pengertian keperawatan jiwa di Puskesmas Tambaksari
b. Mengetahui
perkembangan keperawatan jiwa di Puskesmas Tambaksari
c. Mengerti
asuhan keperawatan jiwa di Puskesmas Tambaksari
Diharapkan
masyarakat yang ada di wilayah Puskesmas Tambaksari mampu memahami dan mengetahui
tentang keperawatan pada pasien gangguan jiwa.
a. Menurut American Nurses
Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada
(American Nurses Associations).
b. Menurut WHO
Kes. Jiwa
bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa, melainkan mengandung berbagai
karakteristik yg adalah perawatan langsung, komunikasi dan management, bersifat
positif yg menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan
kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN
1966
Kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara
optimal dari seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan kesehatan
jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku,
ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi
terapeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan
masalah kesehatan jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan kesehatan jiwa adalah proses interpersonal
yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien
dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan
bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai
kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan
martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai
aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk berubah dan
keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai kapasitas
koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana perilaku
tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam
dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam
berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang
efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat
menghasilkan perubahan diri individu.
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan
salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu
mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang
adekuat.
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa
adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya
interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya
dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien
bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk
mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien
belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi
berbagai masalah.
Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal ( Carpenito, 1989
dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik
tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu
perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah keperawatan
klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis, dan
terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan salah satu teknik
penyelesaian masalah (Problem solving). Proses keperawatan bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien
sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah
klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan
keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien.
Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes,
dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis
keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada.
Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien.
Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada
proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada
perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat
diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau
masalah teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi Perawat.
a. Peningkatan otonomi, percaya
diri dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja
yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses
keperawatan memperlihatkan bahwa perawat bertanggung jawab dan bertanggung
gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK
keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui
pola pikir penelitian.
Bagi Klien :
a. Asuhan yang diterima bermutu
dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam
menuju perawatan mandiri (independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.
Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan
yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri
sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi
dalam konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari
ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia
untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik
keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan
selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan
diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa,
yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa bahagia. Sehat
secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi yang dapat
dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi
fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi,
dengan indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan
jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai
derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang
perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan
seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang,
kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri
internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal
adalah tidak merasa tertekan/ depresi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan
sosial individu secara optimal, dan selaras dengan perkembangan dengan orang
lain.
Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang
untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk
berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat
sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan
dasar yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya secara
efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada
kemungkinan kemampuan, sumber daya, bakat dan talenta internal seseorang, yang
mungkin tidak dapat/ akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang
biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum atau pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di dalam diri
seseorang terdapat potensi dan kemampuan untuk memenuhi dan menyelesaikan
dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental, dan yang
memungkinkan perkembangan optimal seseorang. Indikator minimal dari kesehatan
pribadi adalah ada minat yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman yang
memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.
Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan pendekatan
elektik-holistik yang melihat manusia dan perilakunya baik dalam keadaan sehat
maupun sakit, sebagai kesatuan yang utuh dari unsur-unsur organo-biologis
(bio-sistem), psiko edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan sosio-kultural
(sosio-sistem).
Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan
perilakunya, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci “detail”
dalam ketiga aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga
aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai
satu sistem (holistik).
Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor psikologis dan
sosial atau psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan upaya
kesehatan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat
langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam
gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan
kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi.
Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena
peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat
menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin
menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung
membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak
membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :
a. Belajar menyelesaikan masalah
akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.
b. Dengan menyertakan klien maka
pemulihan kemampuan klien dalam mengendalikan kehidupannya
lebih mungkin tercapai.
c. Dengan berperan serta maka
klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi.
Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi
atau komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan kesehatan jiwa sebagai Suatu
bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia
sebagai ilmunya dan pengunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik
kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen
historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis,
advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin,
akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui
keperawatan kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan
jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,,
teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka
berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa
yang telah diidentifikasi :
a. Psychiatric-mental health
registered nurse (RN)
Adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis
dalam keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di
lapangan. Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian
klinis perawat.
b. Advanced practice registered
nurse ini psychiatric-mental health (APRN-PMH)
Adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat
master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa,
membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan
jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk
memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang
berhubungan.
c. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa
masyarakat, unit psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan
praktik pribadi. Namun, dengan adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul
suatu tatanan alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.
Banyak rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis
terintegrasi yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau
terapi harian, perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat
jalan.
Tatanan terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau
group home, hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit
kedaruratan, shelter, nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara,
industri, fasilitas managed care, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.
Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
a. Aktivitas asuhan langsung
b. Aktivitas komunikasi
c. Aktivitas penatalaksanaan
Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat
ditunjukkan dalam domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas
perawat jiwa dalam tiap-tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut
tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh
perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada semua aktivitas.
Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut ini:
a. Membuat pengkajian kesehatan
biopsikososial yang peka terhadap budaya.
b. Merancang dan
mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang mengalami
masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.
c. Berperan serta dalam aktivitas
manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses, menegosiasi, mengordinasi,
dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu dan keluarga.
d. Memberikan pedoman perawatan
kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok untuk menggunakan sumber
kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan
sistem sosial yang paling tepat.
e. Meningkatkan dan memelihara
kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa melalui penyuluhan dan
konseling.
f. Memberikan asuhan kepada
pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis dan pasien gangguan
jiwa yang mengalami masalah fisik.
g. Mengelola dan mengordinasi
sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga,staf, dan
pembuat kebijakan.
a. Roles and functions of
psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
b. Therapeutic Nurse patient
relationship (hubungan yang
terapeutik antara perawat dengan klien).
c. Conceptual models of
psychiatric nursing (konsep model
keperawatan jiwa).
d. Stress adaptation model of
psychiatric nursing (model stress dan
adaptasi dalam keperawatan jiwa).
e. Biological context of
psychiatric nursing care (keadaan-keadaan
biologis dalam keperawatan jiwa).
f. Psychological context of psychiatric
nursing care (keadaan-keadaan
psikologis dalam keperawatan jiwa).
g. Sociocultural context of
psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial
budaya dalam keperawatan jiwa).
h. Environmental context of
psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan
dalam keperawatan jiwa).
i. Legal ethical context of
psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal
etika dalam keperawatan jiwa).
j. Implementing the nursing
process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
k. Actualizing the Psychiatric
Nursing Role : Professional
Performance Standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan
standar-standar professional)
Menangani klien yang memiliki
masalah sikap, perasaan dan konflik
↓
Pencegahan primer
↓
Penanganan multidisiplin
↓
Spesialisasi keperawatan jiwa
a) Meningkatkan Iptek
b) Pengetahuan masyarakat tentang
gangguan jiwa meningkat
c) Perlu pemahaman tentang human
right
d) Penting meningkatkan mutu
pelayanan dan perlindungan konsumen.
Konseptual Model Pendekatan Keperawatan Jiwa
Model
|
View of behavioral deviation
|
Therapeutic process
|
Roles of a patient &
therapist
|
||
Psychoanalytical
(freud, Erickson)
|
Ego tidak mampu mengontrol ansietas, konflik
tidak selesai
|
Asosiasi bebas & analisa mimpi
Transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu
|
Klien: mengungkapkan semua pikiran & mimpi
Terapist : menginterpretasi pikiran dan mimpi
pasien
|
||
Interpersonal
(Sullivan, peplau)
|
Ansietas timbul & dialami secara
interpersonal, basic fear is fear of rejection
|
Build feeling security
Trusting relationship & interpersonal
satisfaction
|
Patient: share anxieties
Therapist : use empathy & relationship
|
||
Social(caplan,szasz)
|
Social & environmental factors create
stress, which cause anxiety &symptom
|
Environment manipulation & social support
|
Pasien: menyampaikan masalah menggunakan
sumber yang ada di masyarakat
Terapist: menggali system social klien
|
||
Existensial
(Ellis, Rogers)
|
Individu gagal menemukan dan menerima diri
sendiri
|
Experience in relationship, conducted in group
Encouraged to accept self & control
behavior
|
Klien: berperan serta dalam pengalaman yang
berarti untuk mempelajari diri
Terapist: memperluas kesadaran diri klien
|
||
Supportive Therapy
(Wermon,Rockland)
|
Faktor biopsikososial
& respon maladaptive saat ini
|
Menguatkan respon koping adaptif
|
Klien: terlibat dalam identifikasi coping
Terapist: hubungan yang hangta dan empatik
|
||
Medical
(Meyer,Kreaplin)
|
Combination from physiological, genetic,
environmental & social
|
Pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik & teknik interpersonal
|
Klien:menjalaniprosedur diagnostic & terapi
jangka panjang
Terapist : Therapy, Repport
effects,Diagnoseillness, Therapeutic Approach
|
Berdasarkan
konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke dalam 6 model
yaitu:
a. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt
terjadi pada seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id
(kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan
akalnya (ego) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das
uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of
Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini
adalah adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya
ketidakpuasan pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara
sempurna, tidak adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan
kekerasan untuk memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya.
Hal ini akan menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan
metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic
masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam
keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali dengamn
pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal
dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan cara demikian, klien akan mengungkapkan
semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi
pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian mengenai
keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu
misalnya ( pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar,
diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan
menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin trust (saling
percaya).
b. Interpersonal ( Sullivan,
peplau)
Menurut konsep model ini,
kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut
menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami
seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal). Menurut
konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak
diterima oleh orang sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep
ini adalh Build Feeling Security (berupaya membangun rasa aman
pada klien), Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin
hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang
lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi
adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai
apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan orang lain), therapist use empathy and relationship (
perawat berupaya bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan
oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman klien
dalam berhubungan dengan orang lain.
c. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang
akan mengalami gangguan jiwa atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya
factor social dan factor lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada
seseorang ( social and environmental factors create stress, which cause
anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang
sangat penting dalam konsep model ini adalah environment manipulation and
social support ( pentingnya modifikasi lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan
terapi menurut model ini adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan
sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau
suami-istri. Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien
seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat
kerja.
d. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model
ekistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila individu gagal
menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan
akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya
adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap
sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri dengan
cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan
kemanusiaan (conducted in group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri
dan menerima kritik atau feedback tentang perilakunya dari orang lain
(encouraged to accept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah
: klien dianjurkan untuk berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang
berarti untuk memperlajari dirinya dan mendapatkan feed back dari orang lain,
misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas
kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward &
punishment.
e. Supportive Therapy ( Wermon,
Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam
konsep ini adalah: factor biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek
biologisnya menjadi masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk.
Aspek psikologisnya mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang
percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki
masalah seperti : susah bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak
mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi
menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan
dalam beradaptasi pada masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada
kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya
adalah menguatkan respon copinh adaptif, individu diupayakan mengenal telebih
dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat
dipakai alternative pemecahan masalahnya.
Perawat harus membantu
individu dalam melakukan identifikasi coping yang dimiliki dan yang biasa
digunakan klien. Terapist berupaya menjalin hubungan yang hangat dan empatik
dengan klien untuk menyiapkan coping klien yang adaptif.
f. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan
jiwa cenderung muncul akibat multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik,
genetic, lingkungan dan factor sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus
lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik
interpersonal. Perawat berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam
melakukan prosedur diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan
dalam pemberian terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose,
dan menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan.
G. ASUHAN YANG
KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF CARING )
a. Pengkajian biopsikososial yang
peka terhadap budaya.
b. Merancang dan implementasi
rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
c. Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.
d. Memberikan pedoman pelayanan bagi
individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan sumber yang tersedia di
komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait, teknologi dan sistem
sosial yang paling tepat.
e. Meningkatkan dan memelihara
kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan dan
konseling.
f. Memberikan askep pada penyakit
fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
g. Mengelola dan mengkoordinasi
sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien, keluarga, staf, dan
pembuat kebijakan.
Keperawatan
Jiwa Adalah proses interperonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan
perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau
klien dapat berupa individu,keluarga,kelompok,organisasi atau komunitas.
(Stuart, 2007). Dalam UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 4. Disebutkan
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Definisi sehat menurut kesehatan dunia World Health Organization (WHO)
adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi pisik,mental dan sosial yang tidak
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Data
pasien jiwa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tambaksari sejumlah 39 orang
11 perempuan 28 laki-laki. Dari jumlah sekian penderita penyakit jiwa yang ada
di Puskesmas Tambaksari sudah mendapatkan pengobatan di Puskesmas Tambaksari
dan perawatan di Rumah Sakit Jiwa Cisarua Bandung .
1. Keliat, Budi
Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta:
EGC.
2. Stuart, Gail W.2007.Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
3. Suliswati, 2005. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
4. Yosep,Iyus.2007. Keperawatan
Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.
No comments:
Post a Comment