MAKALAH
SEJARAH CANDI BOROBUDUR
“ Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia “
Disusun Oleh :
1. Dhilla
2. Cicih
3. Ayu
4. Kurnia
5. Chindyana
6. Melda
SMP NEGERI 1 TAMBAKSARI
KECAMATAN TAMBAKSARI
KABUPATEN CIAMIS
TAHUN 2017/20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah merupakan salah satu hal yang tidak dapat dipisahkan oleh manusia, karena melalui sejarahlah kita dapat mengembangkan ilmu yang belum kita ketahui sebelumnya. Manusia menjadikan sejarah sebagai cermin atau acuan hidup untuk bisa hidup lebih baik lagi. Seperti yang kita ketahui Indonesia adalah salah suatu negara yang memiliki sejarah yang panjang mulai dari budaya, agama, wilayah, tempat-tempat, bahkan penjajahan. Semua itu adalah sejarah yang tidak bisa dipisahkan dari kita semua. Perlu kita ketahui ada riwayat mengatakan bahwa orang yang ilmunya tinggi adalah orang yang mencintai dan mau mengetahui sejarah negaranya sendiri.
Terlepas dari itu, bentuk mencintai atau mempelajari sejarah bisa kita tuangkan dalam berbagai macam cara di antaranya adalah dengan cara melakukan praktik lapangan terhadap objek-objek yang dianggap memiliki nilai sejarah. Di Indonesia khususnya di Pulau Jawa banyak sekali kota-kota yang banyak menyimpan sejarah di antaranya adalah Kota Jogjakarta.
Yogyakarta adalah salah satu kota yang dianggap istimewa karena kota ini memiliki peran penting dalam pemerintahan Indonesia pada masa penjajahan, selain itu kota ini memiliki objek-objek study lapangan.
Proses belajar bagi siswa tidak hanya di lakukan di dalam kelas tapi dapat juga di luar kelas. Apa lagi perkembangan zaman dari waktu ke waktu berubah. Sebagai pelaksanaan proses belajar menuangkan salah satu program Study Lapangan ke Yogyakarta di SMP Negeri 2 Rancah agar siswa siswi mengetahui tempat-tempat bersejarah dan bermanfaat terutama dalam menambah wawasan dan pengetahuan.
Dari dasar itulah kami menyusun salah satu Laporan Study Tour ke Yogyakarta dengan dasar Ilmu yang telah kita dapat dari sanalah yang harus kita kembangkan dan harus kita sampaikan kepada semuanya yang belum mengetahui lebih dalam karena dengan berbagi dengan yang lainlah suatu ilmu yang kita dapat akan berguna.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah Candi Borobudur ?
2. Apa saja keistimewaan Candi Borobudur ?
3. Bagaiman sejarah Malioboro ?
4. Tempat wisata apa saja yang ada di sekitar Malioboro ?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Segala sesuatu yang bersifat positif yang kita pelajari pastilah mempunyai manfaat, bahkan ada pendapat mengatakan bahwa mengerjakan sesuatu tanpa ada manfaatnya merupakan kegiatan yang hanya akan membuat kita sia-sia dan membuang-buang waktu maka dari itu dalam penyusunan makalah memiliki manfaat yaitu : “Sebagai salah satu media untuk mengembangkan argumentasi, imajinasi, dan pendapat kita agar bisa memiliki daya pikir yang luas dan berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Candi Borobudur
2.1.1. Letak Geografis
Candi Borobudur terletak di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Candi ini dari kota Magelang terletak di sebelah selatan ± 15 km dalam jarak lurus. Dataran kedua yang berbukit, hampir seluruhnya dilingkari pegunungan. Gunung yang melingkari Candi Borobudur antara lain : Sebelah timur terdapat Gunung Merbabu dan gunung merapi, sebelah barat laut gunung sumbing dan Gunung Sindoro, dari keempat gunung tersebut hanya gunung merapi yang masih aktif sebagai gunung berapi. Di sebelah utara terdapat Gunung Todar, walaupun tidak sebesar gunung tersebut di atas namun gunung ini terkenal dengan sebutan “Pakuning Tanah Jowo”.
Sedang sebelah selatan terdapat pegunungan menoreh, bila dilihat dari Candi Borobudur, puncak-puncak yang menjulang tinggi, nampak serupa dengan seseorang yang sedang tidur terlentang membujur dari timur ke barat. Lekukan-lekukan pegunungan itu seolah menggambarkan kepala lengkap dengan hidung, bibir dan dagu juga bagian perut sampai kaki. Karena keadaan seperti itulah maka cerita rakyat berkembang bahwa yang sedang terlentang tidur itu adalah Gunadharma, yaitu ahli bangunan yang menurut kepercayaan telah berhasil menciptakan candi Borobudur dan menjaganya sambil mengawasi ciptaannya dari masa ke masa.
2.1.2. Sejarah Berdirinya
Candi Borobudur Banyak sudah buku-buku yang menuliskan tentang Candi Borobudur akan tetapi kapan Candi Borobudur didirikan tidaklah dapat diketahui dengan pasti. Namun demikian suatu perkiraan dapat diperoleh dengan tulisan-tulisan singkat yang dipahatkan di atas pigura-pigura relief kaki asli Candi Borobudur (karmawibhangga) menunjukkan huruf yang sejenis dengan yang didapatkan pada prasasti-prasasti dari akhir abad ke-8 sampai awal abad ke-9. Dari bukti-bukti tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur dibuat atau didirikan sekitar tahun 800 Masehi.
Kesimpulan tersebut di atas ternyata sesuai dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah Jawa Tengah pada khususnya. Periode antara abad ke-8 dan pertengahan abad ke-9 terkenal sebagai “abad emas wangsa Syailendra”. Kejayaan ini ditandai dengan dibangunnya sejumlah besar candi-candi yang menggambarkan adanya semangat membangun yang luar biasa. Candi-candi yang berada di lereng gunung kebanyakan berciri khas bangunan Hindu sedangkan yang bertebaran di dataran-dataran adalah khas bangunan Budha, tetapi ada juga sebagian khas Hindu.
Candi Borobudur dibangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena usahanya untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
2.1.3. Keadaan Umum
a) Uraian Bangunan Candi
Candi Borobudur dibuat atau dibangun menggunakan batu andesit sebanyak 55.000 m3, candi Borobudur berbentuk limas yang berundak-undak dengan tanda naik pada keempat sisinya. Pada candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang bisa masuk melainkan hanya bisa naik sampai terasnya. Lebar bangunan Candi Borobudur adalah 123 meter, panjang bangunan Candi Borobudur adalah 123 meter, pada sudut yang membelok 113 meter, tinggi bangunan candi 34,5 meter. Pada kaki candi ditutup dengan batu sebanyak 12.750 m3 sebagai selasar dan undaknya. Candi Borobudur merupakan tiruan dari kehidupan pada alam semesta, yang terbagi dalam tiga bagian besar yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
b) Patung Budha
Patung Budha di Candi Borobudur berjumlah 504 buah, yakni Patung Budha yang berada pada relung-relung sebanyak 432 buah dan Pada teras I, II, III berjumlah sebanyak 72 buah.
c) Patung Singa
Pada Candi Borobudur selain Patung Budha juga terdapat Patung Singa, jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 patung akan tetapi bila dihitung sekarang mungkin jumlahnya kurang dari yang seharusnya ada karena berbagai sebab. Satu-satunya Patung Singa besar berada pada halaman sisi barat yang juga menghadap ke barat, seolah-olah sedang menjaga bangunan candi yang megah dan anggun.
d) Stupa
§ Stupa induk Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa-stupa lainnya dan terletak di tengah-tengah (paling atas) yang merupakan mahkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur. Garis tengah stupa induk ± 9,90 meter.
§ Stupa berlubang atau terawang Stupa berlubang atau terawang adalah stupa yang terdapat pada teras I, II, dan III di mana di dalamnya terdapat Patung Budha. Di Candi Borobudur seluruh stupa berlubang jumlahnya 72 buah.
§ Stupa kecil Stupa kecil bentuknya hampir sama dengan stupa yang lainnya, hanya saja perbedaannya yang menonjol adalah dalam ukurannya yang memang lebih kecil dari stupa yang lainnya. Stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh bangunan candi. Keberadaan stupa ini menempati puncak dari relung-relung pada langkan II sampai langkan V, sedangkan pada langkan I sebagian berupa keben dan sebagian berupa stupa kecil. Jumlah stupa kecil sebanyak 1472 buah.
e) Relief
Jumlah relief di Candi Borobudur berjumlah 1.460 pigura. Relief pada dinding yang menghadap ke luar harus dibaca atau dilihat dari kanan ke kiri, sedangkan relief pada langkan yaitu yang menghadap ke dalam harus dibaca dari kiri ke kanan. Hal demikian disebabkan oleh karena harus menelusuri lorong-lorong pada Candi Borobudur menurut Pradaksina yaitu berjalan mengitari bangunan Candi Borobudur menurut searah jarum jam dan membuat posisi agar bangunan dan stupa maupun dinding-dinding temboknya berada di sebelah kanan.
2.2. Keistimewaan Candi Borobudur
Banyak orang di seluruh dunia menjadikan Candi Borobudur sebagai tempat yang wajib dikunjungi dalam hidupnya. Banyak teori yang berusaha menjelaskan asal kata Borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambhara Bhudhara, yaitu artinya "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata Borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi Borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa kata Borobudur berasal dari kata bara dan budur. Bara/Vihara artinya kompleks candi dan budur atau Beduhur artinya di atas atau bukit. Jadi, Borobudur bisa diartikan sebagai kompleks candi yang berada di atas bukit.
Luas bangunan Candi Borobudur adalah 123 x 123 m dengan tinggi bangunan 34,5 m dan memiliki 1460 relief, 504 Arca Buddha, serta 72 stupa. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat (melambangkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha). 10 tingkat tersebut terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar, dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya.
Candi Borobudur dibangun sebagai perlambang dari banyak tahapan di dalam teori Budha. Jika dilihat dari atas, Candi Borobudur berbentuk mandala (bentuk tradisional Budha). Mandala adalah pusat dari gabungan antara seni Budha dan Hindu. Bentuk dasar dari banyak mandala Hindu dan Budha adalah persegi dengan empat titik masuk dan titik pusat yang melingkar. Baik dari segi eksterior maupun interior, Candi Borobudur melambangkan tiga zona tingkat kesadaran ditambah satu bidang utama yang menggambarkan kesempurnaan atau nirvana.
Zona pertama adalah Kamadhatu atau dunia fenomena, dunia yang dihuni oleh kebanyakan orang, yang bisa juga diartikan dengan dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Tingkat paling bawah Candi Borobudur ini tertutup oleh pondasi penyokong bangunan, sehingga tidak terlihat. Zona Kamadhatu yang tersembunyi ini terdiri dari 160 relief yang menggambarkan kisah Karmawibhangga Sutra, yaitu hukum sebab akibat. Relief-relief di sini menggambarkan hawa nafsu manusia, seperti perampokan, pembunuhan, penyiksaan, dan penistaan. Beberapa bukti menunjukkan bahwa tingkat dasar ini ditambahkan pada bangunan asli candi ini. Alasan penambahan bagian ini tidak 100 % pasti, namun sepertinya untuk stabilitas struktur bangunan dan memperkuat pondasi bangunan atau bisa juga karena alasan religius, yaitu untuk lebih banyak menutupi konten-konten cabul. Bagian tambahan ini tingginya 3.6 m dan lebarnya 6.5 m. Sudut bagian bawah yang tertutup ini telah dibuka secara permanen sehingga pengunjung dapat melihat pondasi yang tersembunyi termasuk beberapa reliefnya.
Zona 2 Rupadhatu atau dunia transisi, di mana manusia telah terbebas dari hal-hal duniawi, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Teras persegi Rupadhatu berisi galeri relief batu pahat, juga rangkaian ceruk yang berisi patung Budha. Secara keseluruhan, terdapat 328 patung Budha di dalam zona yang juga memiliki banyak relief dengan hiasan murni ini. Manuskrip berbahasa Sansekerta digambarkan di dalam zona ini melalui 1300 reliefnya, yaituGandhawyuha, Lalitawistara, Jataka, dan Awadana. Relief-relief tersebut berjejer sepanjang 2,5 km. Pada zona ini juga terdapat 1212 panel dekoratif.
Zona 3 Arupadhatu atau dunia tertinggi, tempat tinggal para dewa. Tiga teras yang melingkar ke arah pusat atau kubah stupa menggambarkan kenaikan ke dunia atas. Teras-teras di sini memiliki ornamen yang lebih sedikit, dan lebih mengutamakan kemurnian bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia sudah terbebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar. Total, ada 72 stupa seperti ini. Tingkat paling tinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang.
2.3. Sejarah Malioboro
Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi, jalan ini terbentuk menjadi suatu lokalitas perdagangan setelah Sri Sultan Hamengku Buwono I mengembangkan sarana perdagangan melalui sebuah pasar tradisional semenjak tahun 1758. Setelah berlalu 248 tahun, tempat itu masih bertahan sebagai suatu kawasan perdagangan bahkan menjadi salah satu ikon Yogyakarta yang dikenal dengan Malioboro. Terletak sekitar 800 meter dari Kraton Yogyakarta, tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan.
Jalan Malioboro adalah saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta dengan melewati jutaan detik waktu yang terus berputar hingga sekarang ini. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang berkunjung di kawasan ini, menikmati pengalaman wisata belanja sepanjang bahu jalan yang berkoridor (arcade). Hingga saat ini, Malioboro tetap memiliki kharisma yang kuat sebagai sebuah tempat yang selalu menjadi pusat perhatian setiap wisatawan yang datang ke Yogyakarta. Baik itu Wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, hampir tidak pernah absen untuk berkunjung ke Malioboro setiap kali datang ke kota yang terkenal sebagai kota Pelajar dan kota Budaya ini.
Dari tahun ke tahun jumlah pengunjung Kawasan Malioboro semakin meningkat bahkan sangat pesat peningkatannya. Dengan meningkatnya wisatawan yang berkunjung di Malioboro pasti akan timbul dampak, baik dampak positif maupun negatif. Ada beberapa dampak positif dari meningkatnya wisatawan di Malioboro yaitu bertambahnya pendapatan daerah; membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat maupun masyarakat yang jauh dari Kawasan Malioboro yang bekerja di Kawasan Malioboro; menjadikan Malioboro sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Yogyakarta; banyak seniman yang berminat untuk menjadikan Malioboro tampak indah dengan memasang hasil seninya di sepanjang Malioboro, dan masih banyak keuntungan lainnya.
Dampak negatifnya adalah kebersihan di Malioboro menjadi kurang terjaga, banyak wisatawan yang membuang sampah sembarangan padahal sudah disediakan tempat sampah; rusaknya taman yang ada di Malioboro, rusak dan kurang terawatnya sarana prasarana yang ada; tingkat kriminalitas meningkat; terjadi banyak pelanggaran, dan lain-lain. Dengan adanya dampak positif dan negatif, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta dengan Peraturan Walikota membentuk Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Kawasan Malioboro. Malioboro mempunyai fungsi pengelolaan pariwisata, kebersihan, keindahan pemeliharaan sarana prasarana, pembinaan ketenteraman dan ketertiban, usaha perdagangan, penataan kawasan parkir dan transportasi yang berada di Kawasan Malioboro.
2.4. Destinasi Wisata Yang Ada di Sekitar Malioboro
Mengapa Malioboro begitu terkenal? Karena selain menjadi surga belanja bagi wisatawan, banyak tempat wisata di Jogja dekat Malioboro yang tak kalah asyiknya untuk dikunjungi. Seberapa asyiknya sih? Jawabannya bisa kamu dapat di sini. Alasan kenapa Malioboro asyik untuk didatangi adalah karena terdapat beragam pilihan menarik destinasi piknik di Jogja, baik untuk diri sendiri dan keluarga selain wisata pantai, semisal wisata pendidikan, kebudayaan, wisata malam dan lain-lain. Enaknya lagi, jarak satu tempat wisata dengan yang lain itu berdekatan. Jadi, waktu liburanmu tak habis di perjalanan dan kamu bisa memaksimalkan waktumu untuk menikmati keasyikan objek turisme di sekitar Malioboro. Penasaran di mana saja tempat tempat asyik tersebut? Langsung saja kita simak ulasan tentang tempat wisata di Jogja dekat Malioboro berikut :
1. Taman Pintar Jogja
2. Taman Sari
3. Alun Alun Kidul Jogja (Alkid)
4. Pasar Beringharjo
5. Keraton Yogyakarta Hadiningrat
BAB III
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
1. Banyak orang di seluruh dunia menjadikan Candi Borobudur sebagai tempat yang wajib dikunjungi dalam hidupnya. Luas bangunan Candi Borobudur adalah 123 x 123 m dengan tinggi bangunan 34,5 m dan memiliki 1460 relief, 504 Arca Buddha, serta 72 stupa. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat (melambangkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha). 10 tingkat tersebut terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar, dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Museum Dirgantara Yogya terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI-AU Adisucipto Yogyakarta. Museum ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan udara RI pada khususnya.
2. Malioboro adalah nama salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan ini merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta. Terdapat beberapa obyek bersejarah di kawasan tiga jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.
2.2. Saran
Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus terus menjaga dan melestarikan objek wisata yang ada di Negara kita. Candi Borobudur, Museum Dirgantara dan Malioboro bisa menjadi tujuan wisata bagi anda selama masa liburan.
DAFTAR PUSTAKA
Madhori.Candi Borobudur Sepanjang Masa.
Sostrohadiningrat, KRT, Drs. 1993. Petunjuk Wisata Yoyakarta. Yogyakarta : Dinas Pariwisata Sutanto. 2005.
http://www.scribd.com/doc/26232883/Bab-II-Pembahasan-Laporan-Kegiatan-Study diakses tanggal 27 April 2012
http://www.scribd.com/doc/80451978/Boro-Budur diakses tanggal 27 April 2012
LAMPIRAN-LAMPIRAN