2.1.4.2 Kriteria Tutor Sebaya
Ischak dan Warji(dalam http://berbagireferensi.blogspot.com/2010/02, diakses pada tanggal 20
februari 2016 ) menyebutkan beberapa kriteria tutor sebaya:
1.
Memiliki hubungan emosional yang baik,
bersahabat dan menunjang situasi tutoring.
2.
Diterima atau disetujui oleh pada peserta
didik yang akan ditutor.
3.
Menguasai bahan yang akan ditutorkan.
4.
Mampu menyampaikan bahan perbaikan yang
dibutuhkan oleh pada peserta didik yang menerima bantuan.
5.
Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk
memberikan bimbingan atau bantuan.
Berdasarkan pendapat
diatas dapat dijelaskan bahwa peserta didik tersebut tidak mempunyai musuh
dengan semua peserta didik yang akan ditutor, karena jika hal tersebut terjadi
maka kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Peserta didik
diterima atau disetujui oleh peserta didik yang akan ditutor, peserta didik
yang akan ditutor harus meminta persetujuan dari semua yang akan ditutor agar
kegiatan berjalan secara kondusif tanpa adanya konflik dan penolakan. Menguasi
bahan yang akan ditutorkan, peserta didik yang akan menjadi tutor terlebih
dahulu harus menguasai bahan yang akan ditutorkan dan mendapat bimbingan
terlebih dahulu agar apa yang disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Mampu menyampaikan bahan
perbaikan yang dibutuhkan oleh peserta didik yang menerima bantuan, peserta
didik yang akan menjadi tutor harus mampu bertindak sebagai guru untuk
menyampaikan perbaikan yang dibutuhkan oleh peserta didik yang ditutor. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk
memberikan bimbingan atau bantuan, peserta didik yang menjadi tutor harus memiliki
kreativitas agar kegiatan pembelajaran menyenangkan dan peserta didik yang
ditutor mengerti tentang bahan yang disampaikan.
Djamarah dan Zain
(2006:25) mengatakan pada peserta didik yang dipilih menjadi tutor hendaknya
memiliki kriteria sebagai berikut:
1.
Dapat diterima (disetjui) oleh pada peserta didik yang
mendapat program perbaikan (pada peserta didik yang ditutori) sengga pada
peserta didik tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya;
2.
Dapat menerangakan materi yang diperlukan oleh pada
peserta didik yang menerima program perbaikan;
3.
Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama
kawan.
4.
Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Berdasarkan pendapat diatas,
tutor sebaya dapat diterima (disetjui) oleh pada peserta didik yang mendapat
program perbaikan (pada peserta didik yang ditutori) sengga pada peserta didik
tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya. Peserta didik
yang menjadi tutor harus mendapat persetujuan dari peserta didik yang akan
ditutor, dan dapat diterima oleh semua peserta didik. Dapat menerangakan materi
yang diperlukan oleh pada peserta didik yang menerima program perbaikan.
Peserta didik yang menjadi tutor harus mapu menyamapaikan materi yang
diperlukan oleh pada peserta didik yang menerima program perbaikan. Karena
kadangkala ada peserta didik yang pintar namun tidak bisa menyampaikan apa yang
ada dalam pikirannya, hal tersebut karena keterbatasan tiap orang berbeda –
beda.
Tidak tinggi hati, kejam atau
keras hati terhadap sesama kawan, wajib dimiliki oleh semua peserta didik yang
akan menjadi tutor dan harus memiliki karakter yang baik dan tidak sombong atau
keras kepala, sehingga peserta didik yang menerima perbaikan menjadi enggan
untuk melanjutkannya. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya, mempunyai
berbagai macam metode untuk menyampaikan materi agar tidak membosankan.
2.1.4.3 Tugas dan Tanggung Jawab
Tutor Sebaya
Tuhusetya (http://Sawali.Info/2007/12/29, diakses pada tanggal 20
februari 2016) Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1.
Memberi tutorial kepada anggota terhadap materi ajar
yang sedang dipelajari
2.
Mengkondisikan kegiatan diskusi agar berlangsung
kreatif dan dinamis.
3.
Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing
apabila ada materi ajar yang belum dikuasai
4.
Melaksannakan diskusi bersama anggota kelompok untuk
memecahkan masalah yang dihadapi
5.
Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada
guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari
Berdasarkan pendapat Tuhusetya
dapat disimpulkan bahwa memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar
yang sedang dipelajari adalah tugas dan tanggung jawab seorang tutor, tutor
disini hanya sebatas menyampaikan materi bukan sebagai teman yang sedang
membantu mengerjakan tugas temannya yang belum bisa. Mengkondisikan proses
diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis, bisa jadi tutor memegang peranan
dalam kelompok tetapi tetap berbaur dengan teman yang lain, sehingga bahan yang
didiskusikan dapat terserap dengan optimal. Menyampaikan permasalahan kepada
guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai juga tugas dan
tanggung jawab tutor, dengan kata lain juga sebagai perantara peserta didik
yang ditutor dengan guru, sehingga apabila ada permasalahan yang memang tutor
tidak bisa menjawab, maka permasalahan tersebut akan disampaikan kepada guru
yang akan langsung menjawab permasalahan tersebut.
Tugas seorang tutor adalah
bersama – sama dengan anggota yang lain memecahkan masalah, selain menjadi
seorang tutor juga sebagai peserta didik yang juga ikut dalam pembelajaran.
Melaporkan perkembangan akademisnya kepada guru pembimbing pada setiap materi
yang dipelajari, seorang tutor akan melaporkan setiap kegiatan tutorialnya
kepada guru dan melaporkan perkembangan peserta yang ditutor.
2.1.4.4 Prosedur Pelaksanaan
Tutor Sebaya
Suyitno (dalam Azis, 2009:17)
menyebutkan langkah – langkah dalam metode pembelajaran tutor sebaya adalah
sebagai berikut:
1.
Pilihlah materi yang memungkinkan materi tersebut
dapat dipelajari pada peserta didik secara mandiri
2.
Bagilah pada peserta didik menjadi beberapa kelompok
kecil sebanyak segmen materi yang akan disampaikan guru.
3.
Masing – masing kelompok diberi tugas mempelajari satu
topik materi. Topik antar kelompok saling berhubungan
4.
Beri waktu yang cukup untuk melakukan persiapan baik
didalam kelas maupun diluar kelas.
5.
Setiap kelompok melelui wakilnya menyampaikan materi (
sebagai tutor sebaya ) sesuai dengan tugas yang telah diberikan.
6.
Setelah semua kelompok menyampaikan tugas secara
berurutan sesuai dengan urutan topik, beri kesimpulan dan klasifikasi
seandainya ada pemahaman pada peserta didik yang perlu diluruskan.
Penjelasan mengenai langkah –
langkah pembelajaran metode tutor sebaya menurut pendapat yang telah
dikemukakan diatas bahwa materi pelajaran dibagi menjadi sub – sub materi, bila
akan dilaksanakan metode tutor sebaya hendaknya materi yan ringan yang bisa
dipelajari oleh tutor secara mandiri. Kemudian peserta didik yang pandai
disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. Peserta didik
yang akan melaksanakan metode ini dibagi kedalam kelompok – kelompok kecil yang
heterogen, tidak boleh hanya mengelompokan peserta didik yang pandai dengan
peserta didik yang pandai lagi, tetapi peserta didik yang pandai dicampur
dengan yang biasa. Perempuan dan laki – laki dibagi secara adil sehingga
kegiatan akan berjalan dengan sangat menyenangkan.
Setiap kelompook dipandu oleh
peserta didik yang pandai sebagai tutor sebaya. Tiap kelompok mendapat tugas
sub materi yang berbeda dengan kelompok yang lain, sehingga kegiatan akan
berjalan dengan jujur dengan dipandu oleh peserta didik sebagai tutor. Beri
mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik dikelas maupun diluar kelas.
Beri para tutor kesempatan untuk
melakukan persiapan baik dikelas maupun diluar kelas. Setiap kelompok melalui
wakilnya menyampaikan sub materi atau penyelesaian soalnya di depan kelas,
sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber
utama.
Jika waktu yang diberikan untuk
mengerjakan telah habis maka wakil dari setiap anggota menyelesaikan tugasnya
ke depan kelas, tidak harus tutor tetapi siapa saja anggota kelompok yang
merasa berani untuk ke depan kelas, tidak harus tutor tetapi siapa saja anggota
kelompok yang merasa berani untuk ke depan. Setelah semua kelompok menyampaikan
tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan
klarifikasi seandainya ada pemahaman peserta didik yang perlu dirumuskan. Jika
semua telah selesai ke depan, maka guru akan memberikan klarifikasi apabila ada
dari anggoota kelompok yang kurang tepat dalam memahami pelajaran.
1.1.5
Penelitian Terdahulu yang
Relevan
Beberapa penelitian
telah dilakukan yang menunjukan keefektifan pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kegiatan pembelajaran sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Relevan
No
|
Judul
|
THN
|
Hasil Penelitian
|
1
|
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi pada peserta didik dengan model pembelajaran Creative Problem Solving dan strategi Kooperatif
tipe make a match di kelas X AK 2 SMKN 7 Medan. (Peneliti Atiani)
|
2012
|
Menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dan strategi Kooperatif tipe make a match pada pokok bahasan menyusun jurnal
penutup perusahaan dagang dikelas X AK 2
SMKN 7 Medan semester genap tahun ajaran 2012/2013 dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi pada peserta
didik. Dapat dilihat dari hasil perhitungan diperoleh thitung =11.2dan ttabe l=
2.03 sehingga thitung>ttabel(11.20>2.03) dengan
kata lain peningkatan hasil belajar pada peserta didik signifikan
sehingga Ha diterima.
|
2
|
Model Pembelajaran Cooperative Script dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan aktifitas dan
hasil belajar akuntansi pada peserta didik kelas XI AK 2 SMKN 1 Nainggolan.
(Peneliti Naibaho)
|
2013
|
Menyatakan bahwa penerapan
model pembelajaran Cooperative Script dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe make a match di kelas AK 2 SMKN 1 Nainggolan semester ganjil tahun Pembelajaran 2013/2014 dapat Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada peserta didik. Dapat
dilihat dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 8.40,dan ttabel = 2.03. sehingga thitung>ttabel (8.40>2003). dengan kata lain peningkatan hasil belajar pada peserta didik signifiikan sehingga Ha diterima.
|
3
|
Penerapan Model Pembelajaran kooperatif
tipe make a match untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar Akuntansi kelas X AK SMK MUHAMMADIYAH 2 Yogyakarta.
(Peneliti Makdalena)
|
|
Hasil penelitian prestasi belajar peserta didik juga
mengalami peningkatan setelah diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif
Teknik Make a Match. Pada siklus I, rata-rata pre test sebesar 25,37
sedangkan rata-rata post test sebesar 64,75 atau mengalami peningkatan
sebesar 39,38. Pada siklus II, rata-rata pre test sebesar 48,33 dan rata-rata
post test sebesar 70,67 atau mengalami peningkatan sebesar 22,34.Dengan
demikian peningkatan rata-rata
nilai kelas apabila dilihat dari hasil post test siklus I ke siklus II adalah
sebesar 5,92. Apabila dilihat dari kriteria ketuntasan minimal, pada siklus I
hasil post test menunjukkan peserta didik yang tuntas sebesar 50% sedangkan
pada hasil post test siklus II meningkat menjadi 86,67%. Hal ini berarti
ketuntasan peserta didik mengalami peningkatan sebesar 36,67%.
|
1.2 Kerangka Pemikiran
Metode pembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan proses belajar mengajar sangatlah penting karena metode ini
merupakan cara untuk mengantarkan materi pelajaran mencapai tujuan. Materi
pelajaran merupakan salah satu pertimbangan setiap guru dalam menentukan dan
memilih metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
Banyak kegagalan terjadi karena ketidak tepatan guru dalam menentukan metode
pembelajaran.
Peningkatan hasil
belajar pada peserta didik dapat dilakukan dalam upaya proses pembelajaran
melalui metode pembelajaran. Setiap proses kegiatan belajar mengajarmemiliki
hubungan erat dengan metode pembelajaran. Muslich 2007 (dalam Suprihatiningrum,
2013:154) memberi pengertian tentang “Metode pembelajaran sebagai cara untuk
melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri atas
pendidik dan pada peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu
kegiatan sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik
dalam arti tujuan pembelajaran tercapai”. Dengan demikian metode pembelajaran
merupakan sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dari kegiatan
keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Model pembelajaran
kooperatif tipe make a match merupakan
metode pengulangan (peninjauan kembali) materi, sehingga pada peserta didik
dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajarinya. Mmetode pembelajaran
ini menuntut pada peserta didik untuk menguasai dan memahami konsep melalui
pencarian kartu indeks. Pembelajaran dengan metode kooperatif tipe make a match dapat memupuk kerjasama pada peserta
didik dan melatih pola fikir pada peserta didik. Pada peserta didik dilatih
kecepatan berfikirnya dalam mempelajari suatu konsep atau topik melalui
pencarian kartu jawaban atau kartu soal, setiap pada peserta didik pasti
mendapat pasangan kartu yang cocok lalu mendiskusikan hasil pencarian pasangan
kartu yang sudah dicocokan oleh pada peserta didik bersama pasangannya dan pada
peserta didik lainnya. Pencarian kartu jawaban dilakukan dengan mendiskusikan
bersama pasangannya akan membuat pada peserta didik lebih mengerti dengan
konsep materi yang sedang dipelajari.
Hasil belajar merupakan
kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang
dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
keterampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut
Dimyati dan Mudjiono (2013:3) “Hsil belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.
Hasil belajar merupakan
indikator keberhasilan pada peserta didik dalam proses belajar yang telah
ditempuh dalam waktu tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada
peserta didik dalam belajar baik dari dalam diri pada peserta didik (internal)
maupun dari luar diri pada peserta didik (eksternal). Diantaranya berupa metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru pada proses pembelajaran yang dapat
mempengaruhi hasil belajar pada peserta didik.
Djamarah (2010:72)
menyebutkan bahwa: “Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah,
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian dari keberhasilan kegiatan belajar mengajar”.
Sementara menurut
Margana 2010 berdasarkan penelitiannya menyatakan:
Hasil belajar pada
peserta didik setelah penerapan strategi belajar aktif tipe kooperatif
tipe make a match pada materi pelajaran jurnal penutup dan jurnal pembalik
mengalami peningkatan, terlihat dari rata – rata nilai sebelum dilakukan
penerapan 58.08. dan setelah diberikan penerapan maka hasil belajar pada siklus
I meningkat yaitu dengan rata – rata nilai 64.17 maka terjadi peningkatan
sekitar 6.7 poin dan pada siklus II mencapai 84.17 yakni mengalami peningkatan
sekitar 19.39 poin dari siklus I. Mak strategi belajar aktif tipe kooperatif tipe make a match dapat
meningkatkan hasil belajar akuntansi khusunya pada materi pelajaran jurnal
penutup dan jurnal pembalik di SMK Swasta Teladan Medan.
Berdasarkan kerangka
pemikiran diatas maka kerangka paradigma penelitian dapat di gambarkan sebagai
berikut:
No comments:
Post a Comment