Saturday, January 13, 2018

BAHAN SKRIPSI GURU PEMBELAJAR BAB II LANJUTAN



2.1.4.2 Kriteria Tutor Sebaya
Ischak dan Warji(dalam http://berbagireferensi.blogspot.com/2010/02, diakses pada tanggal 20 februari 2016 ) menyebutkan beberapa kriteria tutor sebaya:
1.        Memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menunjang situasi tutoring.
2.        Diterima atau disetujui oleh pada peserta didik yang akan ditutor.
3.        Menguasai bahan yang akan ditutorkan.
4.        Mampu menyampaikan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh pada peserta didik yang menerima bantuan.
5.        Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan atau bantuan.
Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa peserta didik tersebut tidak mempunyai musuh dengan semua peserta didik yang akan ditutor, karena jika hal tersebut terjadi maka kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik. Peserta didik diterima atau disetujui oleh peserta didik yang akan ditutor, peserta didik yang akan ditutor harus meminta persetujuan dari semua yang akan ditutor agar kegiatan berjalan secara kondusif tanpa adanya konflik dan penolakan. Menguasi bahan yang akan ditutorkan, peserta didik yang akan menjadi tutor terlebih dahulu harus menguasai bahan yang akan ditutorkan dan mendapat bimbingan terlebih dahulu agar apa yang disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Mampu menyampaikan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh peserta didik yang menerima bantuan, peserta didik yang akan menjadi tutor harus mampu bertindak sebagai guru untuk menyampaikan perbaikan yang dibutuhkan oleh peserta didik yang ditutor. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan atau bantuan, peserta didik yang menjadi tutor harus memiliki kreativitas agar kegiatan pembelajaran menyenangkan dan peserta didik yang ditutor mengerti tentang bahan yang disampaikan.
Djamarah dan Zain (2006:25) mengatakan pada peserta didik yang dipilih menjadi tutor hendaknya memiliki kriteria sebagai berikut:
1.        Dapat diterima (disetjui) oleh pada peserta didik yang mendapat program perbaikan (pada peserta didik yang ditutori) sengga pada peserta didik tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya;
2.        Dapat menerangakan materi yang diperlukan oleh pada peserta didik yang menerima program perbaikan;
3.        Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan.
4.        Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya.
Berdasarkan pendapat diatas, tutor sebaya dapat diterima (disetjui) oleh pada peserta didik yang mendapat program perbaikan (pada peserta didik yang ditutori) sengga pada peserta didik tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya. Peserta didik yang menjadi tutor harus mendapat persetujuan dari peserta didik yang akan ditutor, dan dapat diterima oleh semua peserta didik. Dapat menerangakan materi yang diperlukan oleh pada peserta didik yang menerima program perbaikan. Peserta didik yang menjadi tutor harus mapu menyamapaikan materi yang diperlukan oleh pada peserta didik yang menerima program perbaikan. Karena kadangkala ada peserta didik yang pintar namun tidak bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya, hal tersebut karena keterbatasan tiap orang berbeda – beda.
Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan, wajib dimiliki oleh semua peserta didik yang akan menjadi tutor dan harus memiliki karakter yang baik dan tidak sombong atau keras kepala, sehingga peserta didik yang menerima perbaikan menjadi enggan untuk melanjutkannya. Mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawannya, mempunyai berbagai macam metode untuk menyampaikan materi agar tidak membosankan.
2.1.4.3 Tugas dan Tanggung Jawab Tutor Sebaya
Tuhusetya (http://Sawali.Info/2007/12/29, diakses pada tanggal 20 februari 2016) Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
1.        Memberi tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari
2.        Mengkondisikan kegiatan diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis.
3.        Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai
4.        Melaksannakan diskusi bersama anggota kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi
5.        Melaporkan perkembangan akademis kelompoknya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari
Berdasarkan pendapat Tuhusetya dapat disimpulkan bahwa memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang dipelajari adalah tugas dan tanggung jawab seorang tutor, tutor disini hanya sebatas menyampaikan materi bukan sebagai teman yang sedang membantu mengerjakan tugas temannya yang belum bisa. Mengkondisikan proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis, bisa jadi tutor memegang peranan dalam kelompok tetapi tetap berbaur dengan teman yang lain, sehingga bahan yang didiskusikan dapat terserap dengan optimal. Menyampaikan permasalahan kepada guru pembimbing apabila ada materi ajar yang belum dikuasai juga tugas dan tanggung jawab tutor, dengan kata lain juga sebagai perantara peserta didik yang ditutor dengan guru, sehingga apabila ada permasalahan yang memang tutor tidak bisa menjawab, maka permasalahan tersebut akan disampaikan kepada guru yang akan langsung menjawab permasalahan tersebut.
Tugas seorang tutor adalah bersama – sama dengan anggota yang lain memecahkan masalah, selain menjadi seorang tutor juga sebagai peserta didik yang juga ikut dalam pembelajaran. Melaporkan perkembangan akademisnya kepada guru pembimbing pada setiap materi yang dipelajari, seorang tutor akan melaporkan setiap kegiatan tutorialnya kepada guru dan melaporkan perkembangan peserta yang ditutor.


2.1.4.4 Prosedur Pelaksanaan Tutor Sebaya
Suyitno (dalam Azis, 2009:17) menyebutkan langkah – langkah dalam metode pembelajaran tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1.        Pilihlah materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari pada peserta didik secara mandiri
2.        Bagilah pada peserta didik menjadi beberapa kelompok kecil sebanyak segmen materi yang akan disampaikan guru.
3.        Masing – masing kelompok diberi tugas mempelajari satu topik materi. Topik antar kelompok saling berhubungan
4.        Beri waktu yang cukup untuk melakukan persiapan baik didalam kelas maupun diluar kelas.
5.        Setiap kelompok melelui wakilnya menyampaikan materi ( sebagai tutor sebaya ) sesuai dengan tugas yang telah diberikan.
6.        Setelah semua kelompok menyampaikan tugas secara berurutan sesuai dengan urutan topik, beri kesimpulan dan klasifikasi seandainya ada pemahaman pada peserta didik yang perlu diluruskan.
Penjelasan mengenai langkah – langkah pembelajaran metode tutor sebaya menurut pendapat yang telah dikemukakan diatas bahwa materi pelajaran dibagi menjadi sub – sub materi, bila akan dilaksanakan metode tutor sebaya hendaknya materi yan ringan yang bisa dipelajari oleh tutor secara mandiri. Kemudian peserta didik yang pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya. Peserta didik yang akan melaksanakan metode ini dibagi kedalam kelompok – kelompok kecil yang heterogen, tidak boleh hanya mengelompokan peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang pandai lagi, tetapi peserta didik yang pandai dicampur dengan yang biasa. Perempuan dan laki – laki dibagi secara adil sehingga kegiatan akan berjalan dengan sangat menyenangkan.
Setiap kelompook dipandu oleh peserta didik yang pandai sebagai tutor sebaya. Tiap kelompok mendapat tugas sub materi yang berbeda dengan kelompok yang lain, sehingga kegiatan akan berjalan dengan jujur dengan dipandu oleh peserta didik sebagai tutor. Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik dikelas maupun diluar kelas.
Beri para tutor kesempatan untuk melakukan persiapan baik dikelas maupun diluar kelas. Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi atau penyelesaian soalnya di depan kelas, sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai narasumber utama.
Jika waktu yang diberikan untuk mengerjakan telah habis maka wakil dari setiap anggota menyelesaikan tugasnya ke depan kelas, tidak harus tutor tetapi siapa saja anggota kelompok yang merasa berani untuk ke depan kelas, tidak harus tutor tetapi siapa saja anggota kelompok yang merasa berani untuk ke depan. Setelah semua kelompok menyampaikan tugasnya secara berurutan sesuai dengan urutan sub materi, beri kesimpulan dan klarifikasi seandainya ada pemahaman peserta didik yang perlu dirumuskan. Jika semua telah selesai ke depan, maka guru akan memberikan klarifikasi apabila ada dari anggoota kelompok yang kurang tepat dalam memahami pelajaran.


1.1.5        Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian telah dilakukan yang menunjukan keefektifan pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Relevan
No
Judul
THN
Hasil Penelitian
1
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi pada peserta didik dengan model pembelajaran Creative Problem Solving dan strategi Kooperatif tipe make a match di kelas X AK 2 SMKN 7 Medan. (Peneliti Atiani)




2012
Menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving dan strategi Kooperatif tipe make a match pada pokok bahasan menyusun jurnal penutup perusahaan dagang dikelas X AK 2 SMKN 7 Medan semester genap tahun ajaran 2012/2013 dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi pada peserta didik. Dapat dilihat dari hasil perhitungan diperoleh thitung =11.2dan ttabe l= 2.03 sehingga thitung>ttabel(11.20>2.03) dengan kata lain peningkatan hasil belajar pada peserta didik signifikan sehingga Ha diterima.



2
Model Pembelajaran Cooperative Script dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar akuntansi pada peserta didik kelas XI AK 2 SMKN 1 Nainggolan.
(Peneliti Naibaho)
2013
Menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Script dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe make a match di kelas AK 2 SMKN 1 Nainggolan semester ganjil tahun Pembelajaran 2013/2014 dapat Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada peserta didik. Dapat dilihat dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 8.40,dan ttabel = 2.03. sehingga thitung>ttabel (8.40>2003). dengan kata lain peningkatan hasil belajar pada peserta didik signifiikan sehingga Ha diterima.
3
Penerapan Model Pembelajaran kooperatif  tipe make a match untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Akuntansi kelas X AK SMK MUHAMMADIYAH 2 Yogyakarta.
(Peneliti Makdalena)

Hasil penelitian prestasi belajar peserta didik juga mengalami peningkatan setelah diterapkannya Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make a Match. Pada siklus I, rata-rata pre test sebesar 25,37 sedangkan rata-rata post test sebesar 64,75 atau mengalami peningkatan sebesar 39,38. Pada siklus II, rata-rata pre test sebesar 48,33 dan rata-rata post test sebesar 70,67 atau mengalami peningkatan sebesar 22,34.Dengan demikian peningkatan rata-rata nilai kelas apabila dilihat dari hasil post test siklus I ke siklus II adalah sebesar 5,92. Apabila dilihat dari kriteria ketuntasan minimal, pada siklus I hasil post test menunjukkan peserta didik yang tuntas sebesar 50% sedangkan pada hasil post test siklus II meningkat menjadi 86,67%. Hal ini berarti ketuntasan peserta didik mengalami peningkatan sebesar 36,67%.
1.2    Kerangka Pemikiran
Metode pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar sangatlah penting karena metode ini merupakan cara untuk mengantarkan materi pelajaran mencapai tujuan. Materi pelajaran merupakan salah satu pertimbangan setiap guru dalam menentukan dan memilih metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Banyak kegagalan terjadi karena ketidak tepatan guru dalam menentukan metode pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar pada peserta didik dapat dilakukan dalam upaya proses pembelajaran melalui metode pembelajaran. Setiap proses kegiatan belajar mengajarmemiliki hubungan erat dengan metode pembelajaran. Muslich 2007 (dalam Suprihatiningrum, 2013:154) memberi pengertian tentang “Metode pembelajaran sebagai cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri atas pendidik dan pada peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar mengajar
berjalan dengan baik dalam arti tujuan pembelajaran tercapai”. Dengan demikian metode pembelajaran merupakan sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dari kegiatan keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Model pembelajaran kooperatif tipe make a match merupakan metode pengulangan (peninjauan kembali) materi, sehingga pada peserta didik dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajarinya. Mmetode pembelajaran ini menuntut pada peserta didik untuk menguasai dan memahami konsep melalui pencarian kartu indeks. Pembelajaran dengan metode kooperatif tipe make a match dapat memupuk kerjasama pada peserta didik dan melatih pola fikir pada peserta didik. Pada peserta didik dilatih kecepatan berfikirnya dalam mempelajari suatu konsep atau topik melalui pencarian kartu jawaban atau kartu soal, setiap pada peserta didik pasti mendapat pasangan kartu yang cocok lalu mendiskusikan hasil pencarian pasangan kartu yang sudah dicocokan oleh pada peserta didik bersama pasangannya dan pada peserta didik lainnya. Pencarian kartu jawaban dilakukan dengan mendiskusikan bersama pasangannya akan membuat pada peserta didik lebih mengerti dengan konsep materi yang sedang dipelajari.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan peserta didik sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013:3) “Hsil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”.
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan pada peserta didik dalam proses belajar yang telah ditempuh dalam waktu tertentu. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada peserta didik dalam belajar baik dari dalam diri pada peserta didik (internal) maupun dari luar diri pada peserta didik (eksternal). Diantaranya berupa metode pembelajaran yang digunakan oleh guru pada proses pembelajaran yang dapat mempengaruhi hasil belajar pada peserta didik.
Djamarah (2010:72) menyebutkan bahwa: “Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dari keberhasilan kegiatan belajar mengajar”.
Sementara menurut Margana 2010 berdasarkan penelitiannya menyatakan:
Hasil belajar pada peserta didik setelah penerapan strategi belajar aktif tipe  kooperatif tipe make a match pada materi pelajaran jurnal penutup dan jurnal pembalik mengalami peningkatan, terlihat dari rata – rata nilai sebelum dilakukan penerapan 58.08. dan setelah diberikan penerapan maka hasil belajar pada siklus I meningkat yaitu dengan rata – rata nilai 64.17 maka terjadi peningkatan sekitar 6.7 poin dan pada siklus II mencapai 84.17 yakni mengalami peningkatan sekitar 19.39 poin dari siklus I. Mak strategi belajar aktif tipe kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi khusunya pada materi pelajaran jurnal penutup dan jurnal pembalik di SMK Swasta Teladan Medan.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka kerangka paradigma penelitian dapat di gambarkan sebagai berikut:



No comments:

Post a Comment