BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Hasil Belajar
2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar
Menurut Abdurrahman
1999 (dalam Jihad, 2012:14) menyebutkan “Hasil Belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar”. Sementara menurut Dimyati dan
mudjiono (2013:3) “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak
belajar dan tindak mengajar”.
Sudjana 2004 (dalam
Jihad, 2012:2015) berpendapat “hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang
dimiliki pada peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajarnya”.
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Juliah 2004 ( dalam Jihad, 2012:15 ) “Hasil
Belajar adalah segala sesuatu yang dimiliki pada peserta didik sebagai akibat
dari kegiatan belajar yang dilakukannya”.
9
|
Howard Kingsley
(dalam Sudjana, 2011:45) membagi tiga macam hasil belajar, yakni “(a)
keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita
– cita, yang masing – masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan
dalam kurikulum sekolah”.
Berdasarkan beberapa
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan
kepribadian atau tingkah laku secara keseluruhan baik dilihat dari segi
kognitif, segi afektif, dan segi psikomotoris yang bersifat positif yang
diperoleh berdasarkan hasil interaksi lingkungannya dan berdasarkan
pengalamannya (kegiatan belajar).
2.1.1.2 Indikator Keberhasilan Belajar
Keberhasilan dan
kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atas proses
pembelajaran. Menurut Djamarah ( 2010:105 ) yang menjadi petunjuk bahwa suatu
proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal – hal sebagai berikut :
1.
Daya serap terhadap bahan pengajaran yang
diajarkan mencapai prestasi tinggi, secara individual maupun kelompok.
2.
Perilaku yang digariskan dalam tujuan
pengajaran / intruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh pada peserta didik,
baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur
keberhasilan adalah daya serap.
Sudjana 2004 (dalam Jihad, 2012:20)
dapat ditentukan dua kriteria yang bersifat umum sebagai berikut :
a.
Kriteria ditinjau dari sudut
prosesnya
Kriteria dari sudut
prosesnya menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses yang merupakan
interaksi dinamis sehingga pada peserta didik sebagai subjek mampu
mengembangkan potensinya melalui belajar sendiri.
b.
Kriteria ditinjau dari hasilnya
Di samping dari tinjauan
segi proses, keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil.
Arifin ( 2013:5 )
menyatakan bahwa : “Kemajuan peserta didik merupakan salah satu indikator
keberhasilan dalam pembelajaran. Jika sebagian peserta didik tidak berhasil
dalam belajarnya berarti pula merupakan kegagalan bagi guru itu sendiri”.
Berdasarkan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa ciri keberhasilan belajar bukan hanya dari segi
kognitif saja tapi melainkan aspek – aspek lain diantaranya segi afektif dan
segi psikomotorik.
2.1.1.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi hasil Belajar
Setiap keberhasilan
proses belajar mengajar didukung dengan berbagai faktor yang mendukungnya.
Menurut Djamarah ( 2010:109 ) “berbagai faktor dimaksud adalah tujuan, guru,
anak didik, kegiatan pengajaran, alat evaluasi, bahan evaluasi, dan suasana
evalusi”.
Pendapat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1.
Tujuan
Tujuan adalah pedoman
sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Kepastian dari proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya
perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan
pengajaran.
2.
Guru
Guru adalah tenaga
pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di
sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan
keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi cerdas.
3.
Anak Didik
Anak didik adalah orang
yang dengan sengaja datang ke sekolah. Orang tuanyalah yang memasukannya untuk
di didik agar menjadi orang yang berilmu pengetahuan di kemudian hari.
4.
Kegiatan pengajaran
Pola umum kegiatan
pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik dengan
bahan sebagai perantaranya. Guru yang mengajar, anak didik yang belajar. Maka
guru adalah orang yang menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar
anak didik.
5.
Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah
suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang dipelajari oleh anak didik guna
kepentingan ulangan.
6.
Suasana evaluasi
Selain faktor tujuan
guru, anak didik, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, faktor
suasana evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar.
Mustaqim dan Wahib (
2010:63 ) menyebutkan bahwa selain cara belajar ada faktor – faktor lain yang
mempengaruhi belajar, sebagai berikut :
1.
Kemampuan Pembawaan
2.
Kondisi fisik orang yang belajar
3.
Kondisi psikis anak
4.
Kemauan belajar
5.
Sikap terhadap guru, mata pelajaran
dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri.
6.
Bimbingan
7.
Ulangan
Sudjana ( 2011: 39 )
menyatakan bahwa : “Hasil belajar yang dicapai pada peserta didik dipengaruhi
oleh dua faktor yang datang dari luar diri pada peserta didik atau faktor
lingkungan”. Sedangkan menurut syah ( 2012:145 ) faktor – faktor yang
mempengaruhi belajar dibedakan menjadi tiga macam, yakni :
1.
Faktor internal ( faktor dari dalam
pada peserta didik ), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani;
2.
Faktor eksternal ( faktor dari luar
pada peserta didik ), yakni kondisi lingkungan diluar pada peserta didik;
3.
Faktor pendekatan belajar ( approach to laerning ), yakni jenis
upaya belajar pada peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan pada peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi –
materi pembelajaran.
Sementara menurut
Slameto ( 2010:54 ), bahwa : faktor – faktor yang mempengaruhi belajar banyak
jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.
1.
Faktor intern
Faktor intern adalah
faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Dalam faktor ini
terdapat tiga faktor yaitu :
a.
Faktor jasmaniah
b.
Faktor psikologis
c.
Faktor kelelahan
2.
Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah
faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap
belajar, dapat dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu :
a.
Faktor keluarga
b.
Faktor sekolah
c.
Faktor masyarakat
Berdasarkan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar pada
peserta didik adalah faktor dari dalam pada peserta didik ( eksternal ) antara
lain strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar.
2.1.2
Metode Pembelajaran
2.1.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Dalam setiap kegiatan
proses belajar mengajar tak lepas dari metode pembelajaran yang digunakan.
Dalam hal ini metode mengajar merupakan salah satu yang ditempuh guru untuk
menyiasati agar pada peserta didik mengerti dan paham akan apa yang telah
disampaikan. Sanjaya (2008:127) (dalam Suprihatiningrum, 2013:53) menyebutkan
bahwa: “Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal”. Pendapat yang sama dikemukakan Knok (dalam Suprihatiningrum,
2013:1154) bahwa “metode merupakan suatu cara untuk melangkah maju dengan
terencana dan teratur untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dengan sadar
mempergunakan pengetahuan sistematis
untuk keadaan – keadaan yang berbeda – beda”.
Muslich 2007 ( dalam
Suprihatiningrum, 2013:154 ) memberi pengertian tentang metode pembelajaran
sebagai cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan
yang terdiri atas pendidik dan pada peserta didik untuk saling berinteraksi
dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan
baik dalam arti tujuan pembelajaran tercapai.
Sementara menurut
Hudoyono 1970:126 (dalam Suprihatiningrum, 2013:156) menyebutkan bahwa : Metode
mengajar adalah suatu cara atau tekhnik mengajar topik – topik tertentu yang
disusun secara teratur dan logis. Selanjutnya, dinyatakan bahwa metode mengajar
terkandung dua sesi, yaitu interaksi antara guru dengan pada peserta didik dan
interaksi pada peserta didik dengan materi yang dipelajarinya.
Sani (2013:156)
meneyebutkan bahwa : “Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari
strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sudjana (2011:76)
mendefinisikan “Metode mengajar ialah cara yang digunakan dalam mengadakan
hubungan dengan pada peserta didik pada saat berlangsungnya pengajaran”.
Sementara menurut Roestiyah 2001:1 ( dalam Heriawan, 2012:73) mengemukakan
bahwa “Metode mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepeserta didik didalam kelas, agar
pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan pada peserta didik dengan
baik”.
Berdasarkan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang
dilakukan oleh seorang guru dalam menyampaikan bahan pelajaran agar mencapai
tujuan pembelajaran yang baik dan meraih hasil yang baik.
2.1.2.2
Ciri – Ciri Umum Metode
Pembelajaran
Semua metode pembelajaran
adalah baik, selama sesuai dengan karakteristik pada peserta didik. Menurut
Suprihatiningrum (2013:282) metode pembelajaran dikatakan baik, jika memenuhi
ciri – ciri dibawah ini:
1.
Kesesuaian dengan tujuan,
karakteristik materi, dan karakteristtik pada peserta didik
2.
Bersifat luwes, fleksibel, artinya
dapat dipadupadankan dengan metode – metode lain untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran
3.
Memiliki fungsi untuk menyatukan
teori dengan praktek sehingga mampu mengantarkan pada peserta didik pada pemahaman
materi dan kemampuan praktis
4.
Penggunaannya dapat mengembangkan
materi
5.
Memberikan kesempatan peserta didik
untuk ikut aktif di dalam kelas
Zuhairini (dalam
Heriawan, 2012:75) menyebutkan bahwa “Dalam memilih mengajar metode mengajar
seorang guru harus memerhatikan beberapa hal, yaitu:
1.
Kesesuaian metode mengajar yang
digunakan dengan kemampuan pada peserta didik
2.
Kompetensi pengajar dalam
menggunakan metode tersebut
3.
Kesesuaian metode mengajar yang
digunakan dengan lingkungan pendidikan
Berdasarkan pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri umum metode pembelajaran yang baik adalah
metode pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan proses belajar mengajar
secara efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan
perilaku pada peserta didik berubah ke arah yang positif dan lebih baik.
2.1.2.3 Prinsip – Prinsip Penentuan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang
digunakan setiap guru janganlah asal pakai, tetapi dalam pemilihan metode
pembelajaran tersebut harus didasari oleh analisis kebutuhan dan analisis
situasi kelas dan pembelajaran. Menurut Suprihatiningrum (2013:283) prinsip
belajar yang dapat dijadika pegangan guru dalam pemilihan metode pembelajaran
diantaranya adalah:
1.
Prinsip tujun dan motivasi belajar
2.
Prinsip kematangan dan individual
3.
Prinsip kematangan dan perbedaan
individual
4.
Integrasi pemahaman dan pengalaman
5.
Prinsip fungsional
6.
Prinsip menggembirakan
Pendapat tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Prinsip tujuan dan motivasi belajar
Tujuan pembelajaran
merupakan faktor utama penentu pemilihan metode pembelajaran karena
pembelajaran akan bermuara pada tujuan tersebut. Selain tujuan pembelajaran,
diperlukan motif dari pada peserta didik yang belajar. Motivasi tinggi akan
memengaruhi keseriusan dan keberhasilan dalam belajar.
2.
Prinsip kematangan dan perbedaan
individual
Anak adalah pribadi yang
unik dan memiliki gaya belajar yang beragam. Oleh karena itu, guru perlu
memerhatikan pemilihan metode pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan individual
serta tingkat kematangan baik secara psikologis maupun fisiologis dari pada
peserta didik.
3.
Prinsip penyediaan peluang dan
pengalaman praktis
Sesuai dengan paradigma
student centered, guru harus memberikan kesempatan kepeserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pengalaman langsung perlu diberikan kepeserta
didik agar makna pembelajaran dapat dirasakan sendiri oleh pada peserta didik.
4.
Integrasi pemahaman dan pengalaman
Prior knowledge ( pengetahuan awal ) yang dimiliki
pada peserta didik merupakan bekal untuk menentukan metode pembelajaran mana
yang tepat. Pemahaman dan pengalaman terdahulu agar mempermudah terhadap materi
yang diajarkan
5.
Prinsip fungsional
Sesuatu dapat dikatakan
sebagai belajar jika ada makna dan manfaat dari apa yang dipelajari. Oleh
karena itu, penting memilih metode pembelajaran yang mampu mengantarkan pada
peserta didik kepada makna dan manfaat belajar.
6.
Prinsip menggembirakan
Kesan membosankan dan
menjemukan harus dilepaskan dari pembelajaran. Pembelajaran haruslah
menyenangkan (joyful lerning).
Sesuatu yang menggembirakan akan turut menentukan keberhasilan dalam belajar,
karena pada peserta didik tidak perlu mengalami situasi yang tegang dan
tertekan dalam belajar.
Penerapan prinsip –
prinsip belajar diatas terimplementasikan di dalam model dan metode
pembelajaran yang dikembangkan.
2.1.2.4 Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar
mengajar yang melahirkan interaksi unsur – unsur manusiawi adalah sebagai suatu
proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha
mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Metode pembelajaran
,merupakan sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dari keberhasilan
kegiatan belajar mengajar. Menurut Djamarah (2010:72) menyatakan bahwa
“Kedudukan metode: sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi
pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan”.
Pendapat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Metode Sebagai Alat Motivasi
Ekstrinsik
Sebagai salah satu
komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tak kalah penting dari
komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan
belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Karena itu metode
berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar
seseorang.
2.
Metode Sebagai Strategi Pengajaran
Dalam kegiatan belajar
mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif
lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam –
macam, ada yang tepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Salah satu langkah
untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik – teknik penyajian
atau biasanya disebut metode menagajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah
strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
3.
Metode Sebagai Alat Tujuan
Tujuan adalah suatu yang
akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan dari kegiatan belajar
mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen lainnya tidak diperlukan.
Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk
mencapai tujuan.
Sementara menurut
Heriawan (2012:75) menyebutkan bahwa “kedudukan metode dalam kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
1.
Metode sebagai alat motivasi
ekstrinsik, karena tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak
menggunkan metode.
2.
Metode sebagai strategi pengajaran.
3.
Metode sebagai alat mencapai tujuan.
2.1.2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode pembelajaran
Setiap metode
pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri, baik dilihat dari segi
kelebihannya maupun kelemahannya. Dalam hal ini, jika guru memahami sifat dan
karakteristik masing – masing metode pelajaran tersebut maka guru akan lebih
mudah menetapkan metode yang cocok dengan situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Menurut Suprihatiningrum (2013:284) pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi
beberapa faktor, sebagai berikut:
1.
Tujuan berbeda dari masing – masing
materi
2.
Perbedaan latar belakang individual
anak
3.
Perbedaan situasi dan kondisi dimana
pendidikan berlangsung
4.
Perbedaan pribadi dan kemampuan
guruPerbedaan fasilitas
Pendapat yang sama pula
dikemukakan oleh Surakhmad 1979 (dalam Djamarah, 2010:222) sebagai berikut:
1.
Tujuan dengan berbagai jenis dan
fungsinya
2.
Anak didik dengan berbagai tingkat
kematangannya
3.
Situasi dengan berbagai keadaannya
4.
Fasilitas dengan berbagai kualitas
dan kuantitasnya
5.
Pribadi guru serta kemampuan
profesinya yang berbeda
Heriawan (2012:77) menyebutkan bahwa
“faktor – faktor yang memengaruhi metode pembelajaran ialah: tujuan, bahan
pelajaran, alat dan sumber, pada peserta didik dan guru”. Sementara menurut
Surakhmad 1990:97 ( dalam Djamarah, 2012:78 ) mengatakan, bahwa “pemilihan dan
penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: a) anak
didik, b) tujuan, c) situasi. d) fasilitas, e) guru”.
Pendapat tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Anak didik
Anak didik adalah
manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Disekolah gurulah yang
berkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan
sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan yang berlainan.
2.
Tujuan
Tujuan sasaran yang
dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. Tujuan dalam pendidikan dan
pengajaran berbagai – bagai fungsinya.
3.
Situasi
Situasi kegiatan belajar
mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu
waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar mengajar di alam
terbuka, yaitu diluar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini tentu memilih
metode mengajar yang sesuai dengan situasi yang diciptakan itu.
4.
Fasilitas
Fasilitas merupakan hal
yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah
kelengkapan yang menunjang belajar anak di sekolah.
5.
Guru
Setiap guru memiliki kepribadian
yang berbeda. Seorang guru misalnya kurang suka berbicara, tetapi seorang guru
yang lain suka berbicara. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kepribadian,
latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern
guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Berdasarkan pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa dalam memilih metode mengajar tidak boleh
sembarangan, harus sesuai dengan situasi, kondisi dan tujuan pengajaran maka
dalam memilih metode mengajar patut dipertimbangkan dari setiap segi.
2.1.2
Model Pembelajaran Kooperatif tipe make a match
2.1.3.1 Pengertian Model
pembelajaran kooperatif tipe make a match (Membuat Pasangan)
Setiap proses kegiatan belajar
mengajar berhubungan erat dengan metode mengajar. Proses kegiatan belajar
mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dengan guru sebagai
pemegang pemeran utama. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan
oleh kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
Menurut Rusman (2011: 223-233) Model Kooperatif tipe make a match (membuat
pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu cara
keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Pendapat yang sama dikemukakan
oleh Anita Lie (2008: 56) menyatakan bahwa model
pembelajaran tipe Kooperatif tipe make a
match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang memberi
kesempatan pada peserta didik untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini
bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Sedangkan menurut Suprijono
(2012:120) menyatakan “Metode mencari pasangan kartu” cukup menyenangkan
digunakan untuk mengulang materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Berdasarkan pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Kooperatif tipe make a match (mencari pasangan) adalah suatu metode
pembelajaran yang
mengandung unsur permainan yang menuntut pada peserta didik untuk memahami
konsep materi pelajaran dengan mencari pasangan dengan mencocokan kartu soal
dengan jawaban sehingga pada peserta didik terlibat langsung dan ikut aktif.
2.1.3.2 Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif tipe
make a match
Teknik pembelajaran Kooperatif tipe make a match dilakukan
di dalam kelas dengan suasana yang menyenangkan karena dalam pembelajarannya pada
peserta didik dituntut untuk berkompetisi mencari pasangan dari kartu yang
sedang dibawanya dengan waktu yang cepat Langkah - langkah model pembelajaran Kooperatif tipe make a match (membuat
pasangan) ini adalah sebagai berikut:
1.
Guru menyiapkan beberapa konsep/topik yang cocok untuk
sesi review (satu sisi kartu soal dan satu sisi berupa kartu jawaban beserta
gambar).
2.
Setiap peserta didik mendapat satu kartu dan
memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3.
Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban), peserta didik yang dapat
mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi point)
4.
Setelah itu babak dicocokkan lagi agar tiap peserta
didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
Model pembelajaran Kooperatif tipe make a match dapat melatih pada peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran secara merata serta menuntut pada
peserta didik bekerjasama dengan anggota kelompoknya
agar tanggung jawab dapat tercapai, sehingga
semua pada peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
2.1.3.3 Kelebihan dan
Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
tipe make a match
Kelebihan dan kelemahan model
Cooperative Learning tipe Kooperatif tipe
make a match menurut Miftahul Huda (2013: 253-254) adalah:
1.
Kelebihan model pembelajaran tipe Kooperatif tipe make a match antara lain:
a. Dapat meningkatkan aktivitas belajar pada peserta
didik, baik secara kognitif maupun fisik;
b. Karena ada unsur permainan, metode ini menyengkan;
c. Meningkatkan pemahaman pada peserta didik terhadap
materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan motivasi belajar pada peserta
didik;
d. Efektif sebagai sarana melatih keberanian pada peserta
didik untuk tampil presentasi; dan
e. Efektif melatih kedisiplinan pada peserta didik
menghargai waktu untuk belajar.
2.
Kelemahan media Kooperatif
tipe make a match antara lain:
a. Jika strategi ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan
banyak waktu yang terbuang;
b. Pada awal-awal penerapan metode, banyak pada peserta
didik yang akan malu berpasangan dengan lawan jenisnya;
c. Jika guru tidak mengarahkan pada peserta didik dengan
baik, akan banyak pada peserta didik yang kurang memperhatikan pada saat
presentasi pasangan;
d. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat member hukuman
peserta didik yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu; dan
e. Menggunakan metode ini secara terus menerus akan
menimbulkan kebosanan.
2.1.4 Metode Pembelajaran Tutor Sebaya
2.1.4.1 Pengertian Metode
Pembelajaran Tutor Sebaya
Suherman, dkk (dalam fitriyani,
2011:17) menyebutkan bahwa tutor sebaya adalah “seorang atau beberapa orang pada
peserta didik yang ditunjuk atau ditugaskan untuk membantu pada peserta didik –
siswi tertentu yang mengalami kesulitan belajar”.
Sedangkan Charles (dalam
Fitriyani, 2011:17) mengatakan bahwa “Peer
tutoring has been used since the begining of education. More able student help
less able.those who can help those who can’t” artinya tutor sebaya (peer
tutoring) sudah digunakan sejak awal pendidikan. Peserta didik yang lebih
pandai membantu siapa pada peserta didik yang tidak bisa.
Sejalan dengan pendapat tersebut,
Hamalik (2009:73) berpendapat bahwa tutorial adalah “Bimbingan pembelajaran
dalam bentuk pemberian bimbingan, bantuan, petunjuk, arahan, dan motivasi agar
para pada peserta didik belajar secara efisien dan efektif”. Suherman, dkk (
dalam Fitriyani, 2011:17 ) menyebutkan:
Tutor sebaya merupakan sekelompok pada peserta didik yang
telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepeserta didik yang
mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran. Pada tutor sebaya, teman
sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman – teman
sekelasnya. Dengan cara ini pada peserta didik akan mudah memahami materi
karena bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu tidak ada rasa
enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan pada peserta
didik yang kurang paham tidak segan untuk mengungkapkan kesulitan yang dihadapinya.
Nurdin ( dalam Fitriyani, 2011:18 ) mengemukakan:
Pembelajaran tutor sebaya pada
dasarnya sama dengan program bimbingan yang bertujuan untuk memberikan bantuan
dalam pembelajaran pada peserta didik yang lambat, sulit dan gagal dalam
belajar, agar dapat mencapai hasil belajar secara optimal, bahwa pengajaran
tutorial bertujuan memberikan bantuan peserta didik atau peserta didik agar
dapat mencapai hasil belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli
yang dikemukakan, maka pengertian metode pembelajaran tutor sebaya berbeda beda
dan belum baku. Pengertian pembelajaran tutor sebaya yang paling tepat dalam
penelitian ini mengacu pada pendapat Suherman, dkk. Bahwa tutor sebaya adalah pada
peserta didik telah menguasai bahan pelajaran kemudian memberikan bimbingan
atau bantuan kepeserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran.
Hamalik (2009:74) menyebutkan
bahwa pembelajaran tutor sebaya mempunyai beberapa tujuan diantaranya:
1.
Untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para pada
peserta didik sesuai dengan yang dimuat dalam modul – modul, melakukan usaha –
usaha pengayaan materi yang relevan;
2.
Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan pada
peserta didik tentang cara memecahkan masalah, mengatasi kesulitan atau
hambatan agar mampu membimbing diri sendiri;
3.
Untuk meeningkatkan kemampuan pada peserta didik
tentang cara belajar mandiri dan menerapkanya pada masing – masing modul yang
dipelajari.
Berdasarkan pendapat di atas
bahwa tutor sebaya bertujuan untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan para
peserta didik sesuai dengan yang dimuat dalam modul – modul, melkukan usaha –
usaha pengayaan materi yang relevan. Maksudnya dengan adanya pembelajaran tutor
sebaya ini peserta didik yang menerima tutorial diharapkan mampu menguasai
pengetahuan yang dimuat dalam modul dan melakukan pengayaan dengan materi –
materi yang sesuai dengan modul tersebut.
Tutor sebaya untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan peserta didik tentang cara memecahkan masalah,
mengatasi kesulitan atau hambatan agar mampu membimbing diri sendiri. Tujuan
adanya tutor sebaya ini agar kemampuan dan keterampilan peserta didik dalam
memecahkan masalah, mengatasi kesulitan atau hambatan dapat diselesaikan dengan
mandiri tanpa harus selalu di bimbing oleh guru.
Tutor sebaya untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik tentang cara belajar mandiri dan menerapkannya pada
masing – masing modul yang sedang dipelajari. Peserta didik yang menggunakan
metode pembelajaran tutor sebaya ini diharapkan dapat belajar secara mandiri,
tidak bergantung pada guru dan mampu menerapkannya pada modul – modul yang
sedang dipelajari.
No comments:
Post a Comment