MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL
EMOSIONAL
ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN PERAN
Penelitian Tindakan Kelas Di Kelompok
A
Kelompok Bermain Hegarsari
Desa Kaso Kecamatan Tambaksari
Kabupaten Ciamis
Tahun Ajaran 2015/2016
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Masa usia dini adalah periode
terbaik bagi anak untuk belajar mengembangkan kemampuan sosialisasi dan
mengekspresikan emosi secara positif. Perkembangan sosialisasi pada anak
ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjalin
pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan prilakunya. Perkembangan
sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan keterampilan
interpersonalnya, belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahaman tentang
orang diluar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan prilaku.
Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan
belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak.Emosi anak perlu dipahami para guru agar dapat mengarahkan emosi negatif
menjadi emosi positif sesuai dengan harapan sosial.
Ketika bersosialisasi, anak mengalami
suatu proses untuk berprilaku sesuai dengan norma atau adat istiadat dengan
lingkungan sosialnya. Proses sosialisasi pada anak tidak selalu berjalan lancar
karena anak memiliki keterbatasan. Seiring dengan bertambahnya usia anak dan
meningkat tahap perkembanganya, anak akan belajar bersosialisasi dengan lebih
baik.
Guru
yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak
terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang
sesuai. Bermain peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh.
Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa
bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif
dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran diarahkan pada pemecahan
masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut
kehidupan peserta didik.
Permasalahan yang mendasar pada
lingkup perkembangan sosial emosional anak yang dikeluhkan guru Kelompok
Bermain Hegar Sari Desa Kaso Kec Tambaksari Kab.Ciamis yaitu kemampuan sosial
emosional yang dimiliki anak masih rendah yang ditandai dengan anak-anak dalam
kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan bermain kemampuan sosial, emosionalnya
masih rendah kurang kerjasama, tidak disiplin, tidak menghargai perbedaan,
ingin menang sendiri dan memperlihatkan prilaku sosial yang belum sesuai dengan
harapan. Melalui penelitian pada anak kelompok A di Kelompok Bermain Hegarsari
Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kab. Ciamis dengan kemampuan sosial yang
diharapkan berkembang pada anak adalah anak dapat bekerjasama, bergiliran,
inisiatif, kepemimpinan, berbagi, disiplin dan partisipasi.
Hasil pengamatan
dari kegiatan pembelajaran bermain peran
sebelum pra tindakan oleh peneliti, ditemukan bahwa kemampuan sosial
yang dimiliki anak terutama dalam bekerjasama, kedisiplinan, menghargai dan
partisipasi masih kurang. Hasil pengamatan bahwa dari sepuluh anak kelompok A,
hanya dua anak yang mempunyai kemampuan sosial emosional yang baik, delapan
anak yang kemampuan sosialnya belum nampak dan tidak ikut serta dalam kegiatan
bermain peran hanya sebagai penonton diam tidak beraktifitas tidak mau berkomunikasi
ataupun kerjasama dengan temanya, kegiatan bermain peran terlihat pasif.
Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan diketahui faktor penyebab rendahnya kemampuan sosial
emosional anak dalam pembelajaran bermain peran adalah faktor dari anak sendiri,
kemampuan anak yang kurang dilatih dan faktor dari guru yang dapat memberikan
pembelajaran kurang memberi latihan – latihan yang dapat membantu berkembangnya
kemampuan sosial emosional anak.
Sehubungan dengan
uraian tersebut diatas penulis tertarik
melakukan penelitian tentang bagaimana meningkatkan kemampuan sosial anak
melalui metode bermain peran.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas yaitu anak tidak percaya diri, tidak mampu
bekerjasama, sulit bergaul, pemalu dan sebagainya, maka yang menjadi fokus
penelitian pada masalah penelitian
tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Subjek penelitian
ini terfokus pada anak kelompok A di Kelompok Bermain Hegarsari Desa Kaso
Kecamatan Tambaksari Kab.Ciamis sebanyak sepuluh anak.
2.
Penelitian ini
lebih terfokus pada upaya meningkatkan kemampuan sosial anak melalui metode
bermain peran.
3.
Upaya menumbuhkan
kemampuan sosial anak melalui metode bermain peran disesuaikan dengan usia anak
empat sampai lima tahun ( kelompok A) .
C.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1.
Bagaimana
persiapan guru dalam upaya meningkatkan kemampuan sosial emosional anak melalui
metode bermain peran pada anak kelompok A di Kelompok Bermain Hegarsari Desa
Kaso Kecamatan Tambaksari Kab.Ciamis?
2.
Bagaimana hasil
dan perkembangan kemampuan sosial anak melalui metode bermain peran pada
kelompok A di Kelompok Bermain Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kab.Ciamis?
D. Kegunaan Penelitian
a. Manfaat
Secara Teoritis
1.
Menambah
pengetahuan dan pengalaman baik secara teoritis maupun secara praktek dalam upaya meningkatkan kemampuan
sosial emosional melalui metode bermain peran pada anak kelompok A di Kelompok
Bermain Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis.
2.
Memberikan sumbang
pemikiran peneliti kepada Kelompok Bermain Hegarsari Desa Kaso Kecamatan
Tambaksari Kabupaten Ciamis berkaitan
dengan meningkatkan kemampuan sosial emosional melalui metode bermain peran.
b. Manfaat Secara Praktis
1.
Bagi Anak
Siswa
dapat pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional
anak melalui pembelajaran bermain peran
yang menyenangkan.
2. Bagi Guru
Penelitian
ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membiasakan
diri menjadi guru yang reflektif, yang senantiasa berusaha meningkatkan
kualitas pembelajaran.
3.
Bagi Sekolah
Penelitian
ini bermanfaat untuk meningkatkan citra sebagai sekolah yang efektif, yang
membimbing siswa menjadi insan yang cerdas dan komperhensif.
II. Tinjauan Pustaka
A.
Kajian
Teori
1. Perkembangan
Sosial Anak Usia Dini
Perkembangan
sosialisasi pada anak ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan prilakunya.
Perkembangan sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan keterampilan
interpersonalnya, menjalin persahabatan, meningkatkan pemahaman tentang orang
diluar dirinya,dan juga belajar penalaran moral dan prilaku.Perkembangan emosi
berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar mengendalikan
emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Erikson
menyatakan bahwa individu, termasuk anak, tidak hanya mengembangkan pribadi
yang unik tetapi juga memperoleh keterampilan dan sikap yang dapat membantunya
menjadi aktif dan bermanfaat sebagai bagian dari masayarakat.Erikson juga
memberikan penjelasan tentang adanya perkembangan yang bersifat alamiah dan
pengaruh budaya. Kemampuan sosialisasi dan emosi anak berkembang seiring dengan
penambahan usia dan pengalaman yang diperolehnya.Aspek kognitif juga berperan
penting dalam hal ini dimana dengan kematangan di segi kognitif, anak dapat
membedakan hal baik dan buruk berdasarkan nilai-nilai yang ada di masyarakat.
Dalam
bersosialisasi anak mengalami suatu proses untuk berprilaku sesuai dengan norma
atau adat istiadat di lingkungan sosialnya.Proses sosialisasi pada anak tidak
selalu berjalan lancar karena anak memiliki keterbatasan. Seiring dengan
bertambahnya usia anak dan meningkat tahap perkembanganya, anak akan belajar
bersosialisasi dengan baik.Sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah
laku yang mendorong seseorang untuk menyesuaikan diri dengan keinginan yang
berasal dari dalam diri. Sosialisasi pada anak merupakan reaksi anak terhadap
rangsangan dari dalam diri maupun reaksi anak terhadap lingkunganya.
Sosialisasi merupakan proses dimana anak belajar untuk berprilaku sesuai dengan
harapan budaya dimana anak dibesarkan. Drever mengemukakan pengertian
sosialisasi yaitu suatu proses dimana individu beradaptasi dengan lingkungan
sosial dan menjadi dikenali, dan bekerjasama dengan anggota kelompok tersebut.
Bandura mengemukakan tahapan
yang dilalui individu dalam mengamati prilaku tertentu yaitu :
1.
Memperhatikan ( attention )
2.
Menyimpan ( retenfion )
3.
Mereproduksi ( reproduction )
Anak akan mengamati prilaku orang dewasa
melalui tahapan tersebut, hal ini berarti jika orang dewasa membentak,mengancam
memukul, dan sebagainya, maka akan diperlihatkan anak,tersimpan dalam memori,
di contoh dalam memotivasi anak untuk melakukan hal yang sama. Sosialisasi
melibatkan tiga proses, yaitu :
a)
Belajar prilaku
sesuai dengan harapan sosial
b)
Bermain peran
sesuai dengan yang diharapkan
c)
Pengembangan sikap
sosial.
2. Pengertian Emosi
Emosi
berperan penting bagi anak. Pada usia
dini, anak telah belajar tentang emosi walaupun di usia tersebut anak belum
dapat mengiterprestasi serangkaian emosi yang diekspresikan orang lain. Emosi
menunjukan perasaan anak. Anak yang sedang gembira akan menunjukan emosi dengan
cara tertawa atau tersenyum. Anak yang sedang bersedih akan menunjukan emosi
dengan menangis atau mengerutkan wajah. Berbagai emosi yang diekspresikan anak
menunjukan pada orang lain apa yang anak rasakan atau anak inginkan pada saat
tertentu.
Kata”emosi”
berasal di bahasa latin yang berarti “ mengeluarkan ( to move out) menstimulasi dan memotivasi ( to excite ). Arti yang sepadan sering digunakan psikolog yaitu
perasaan ( affect, feeling ), yang
dikontraskan dengan kognisi ( kognition
) ataupun tindakan (action ). Menurut
Lindgren, pada dasarnya emosi adalah keadaan antusiasme umum yang diekspresikan
dengan perubahan pada perasaan dan kondisi tubuh. Menurut Santrock emosi adalah
perasaan afeksi yang melibatkan kombinasi stimulasi psikologis ( seperti
jantung yang berdetak lebih kencang ) dan ekspresi prilaku ( seperti senyuman
atau menyeringai ).
a.
Pola Dasar Emosi
Ada tiga dasar
emosi yang timbul pada anakan yaitu takut, marah, dan cinta ( fear, anger, and love ). Jenis emosi
tersebut menunjukan respon tertentu yang memungkinkan terjadinya perubahan pada
prilaku anak. Emosi dapat berubah bukan hanya disebabkan adanya perubahan
perasaan, tapi karena kondisi lingkungan yang dialami anak. Rasa takut dapat
timbul karena adanya kejadian yang mendadak atau tak terduga, dimana anak perlu
menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. Rasa marah biasa muncul pada
anak-anak untuk menarik perhatian orang lain. Rasa senang merupakan bentuk
emosi yang menunjukan kegembiraan atau keriangan yang dapat disertai dengan
ekspresi tawa, senyum sebagai tanda relaksasi tubuh.
b.
Manfaat dan Fungsi
Emosi Anak
Emosi diperlukan
anak dalam kehidupan sehari-hari, bahkan emosi semacam marah dan takut
sekalipun.Saat anak mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan emosi anak
mendapatkan pengalaman dan bisa merasakan kesenangan dalam kehidupan
sehari-hari.Emosi juga mempersiapkan tubuh anak untuk melakukan suatu
aktivitas. Semakin intens emosi yang terjadi, maka terjadi keseimbangan dalam
tubuh sehingga hal ini dapat mendorong tubuh untuk mempersiapkan tindakan
tertentu. Jika persiapan tersebut tidak dibutuhkan, maka akan membuat anak
gugup ataupun cemas.Emosi memberikaan kekuatan tanda pada sosial tentang
perasaan seseorang. Anak memberikan tanda ini melalui ekspresi wajah yang dapat
mengkomunikasikan perasaan mereka. Dengan demikian hal itu dapat membantu anak
beradaptasi dengan lingkungan, menyebabkan terjadinya physiologcal arousal dan
memotivasi terjadinya prilaku.
Menurut Piaget, anak yang berada pada
tahap perkembangan pra operasional ( dua
sampai tujuh tahun ) ditandai dengan egosentrisme yang kuat, gagasan
imajinatif, bertindak berdasarkan pemikiran intuitif atau tidak
berdasarkan pemikiran yang rasional.
Kroch menyatakan bahwa emosi anak usia empat sampai lima tahun berada pada masa
kegoncangan atau biasa disebut trotz
period. Pada masa ini muncul gejala kenakalan yang umum terjadi pada anak,
dimana anak menunjukan sikap menentang pada kehendak orang tua, kadang
menggunakan kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar hal yang dilarang, dan
sebagainya.
3. Model Pembelajaran Bermain Peran ( role playing)
a.
Pengertian Metode
Bermain Peran (role playing)
Model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus
atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Pengembangan model belajar dimaksudkan agar guru memahami benar bagaimana murid
belajar yang efektif, dan model pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan
harus sesuai dengan situasi dan kondisi murid, materi, fasilitas, dan guru itu
sendiri. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan berbicara pada pembelajaran bidang studi bahasa Indonesia adalah
model role playing ( bermain peran).
Menurut Hamalik (2004: 214) bahwa model
role playing (bermain peran) adalah “model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu kepada
peserta didik dan mendramatisasikan peran tersebut kedalam sebuah pentas”.
Bermain peran (role playing) adalah
salah satu model pembelajaran
interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan
kegiatan-kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karena
itu, lebih lanjut Hamalik (2004: 214)
mengemukakan bahwa “bentuk pengajaran
role playing memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi
belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh
guru”. Selain itu, role playing
sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar
membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang
lain saat menggunakan bahasa tutur (Syamsu, 2000).
Adapun Uno (2008: 25) menyatakan bahwa: Model pembelajaran bermain peran (role playing) adalah model yang
pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi
otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata, kedua bahwa
bermain peran dapat mendorong murid mengekspresikan perasaannya dan bahkan
melepaskan, ketiga bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai dan
keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan
yang disertai analisis.
Selanjutnya menurut Uno (2008: 26) bahwa:Prosedur bermain peran terdiri atas sembilan
langkah, yaitu: (1) persiapan/pemanasan, (2) memilih partisipan, (3) menyiapkan
pengamat (observer), (4) menata panggung atau tempat bermain peran, (5)
memainkan peran, (6) diskusi dan evaluasi, (7) memainkan peran ulang, (8)
diskusi dan evaluasi kedua, dan (9) berbagi pengalaman dan kesimpulan.
1.
Role playing dapat
memberikan semacam hidden practise,
dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau istilah-istilah
baku dan normatif terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari.
2.
Role playing melibatkan
jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
3.
Role playing dapat
memberikan kepada murid kesenangan karena role playing pada dasarnya adalah
permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah dunia
murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby DePorter, 2000).
Bermain peran dalam pembelajaran
merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta
langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk
kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang
lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang
dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yag
juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama
pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati,
rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran
yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan
berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak
dan menguasai pemeranan. Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat
empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan
perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model
mengajar lainnya.
Terdapat tiga hal yang menentukan
kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni (1)
kualitas pemeranan, (2) analisis dalam diskusi, (3) pandangan peserta didik
terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.
b. Jenis- Jenis
Bermain Peran
Bermain peran mikro, anak-anak
belajar menjadi sutradara, memainkan boneka, dan mainan berukuran kecil seperti
rumah-rumahan, kursi sofa mini, tempat tidur mini (seperti bermain boneka
barbie). Biasanya mereka akan menciptakan percakapan sendiri. Dalam bermain
peran makro, anak berperan menjadi seseorang yang mereka inginkan. Bisa mama,
papa, tante,polisi, sopir, pilot, dsb.
Saat bermain peran ini bisa menjadi
ajang belajar bagi mereka, baik belajar membaca, berhitung, mempelajari
proses/alur dalam mengerjakan sesuatu, mengenal tata tertib/tata cara di suatu
tempat, yang semua ada dalam kehidupan kita. Tentu saja kita hanya cukup
memberikan informasi sebelum mereka mulai bermain, dan atau lebih baik kalau
kita terlibat dalam permainan tersebut agar kita bisa menggali imajinasi dan
mengenalkan informasi yang ingin kita kenalkan. Contohnya kita ingin
mengenalkan tentang ikan (jenis, bagaimana ikan bisa terhidang di meja makan,
kandungan gizi, profesi halal). Layout tempat bermain peran ini bisa diatur
sedemikian rupa menjadi beberapa tempat yang berfungsi sebagai rumah, pasar,
pantai, jangan lupa selalu sediakan space untuk masjid. Sediakan peralatan yang
mendukung, tentu saja boleh buatan sendiri misal pancing-pancingan,
jala-jalaan, kotak dijadikan sebagai timbangan. Harus ada uang mainan (tanamkan
konsep bahwa agar ikannya halal untuk dimakan harus dibeli menggunakan uang).
Kenalkan proses distribusi mulai dari ikan ditangkap nelayan, dijual ke pasar
ikan, dibeli oleh pembeli dan dimasak oleh ibu (secara tidak langsung
mengenalkan profesi halal). Saat makan, informasikan kandungan gizi apa saja
yang ada dalam ikan. Untuk menuansakan agama, selalu diupayakan ada adzan di
sela-sela mereka bermain, tidak lain membiasakan anak untuk berhenti bermain,
melaksanakan sholat berjamaah, sesudah itu boleh meneruskan bermain. Pasang
tulisan informasi jenis ikan (misal di kotak tempat ikan di pasar), nama tempat
(masjid, pasar ikan, rumah keluarga Amir). Kalau unsur berhitung, bisa saat
menghitung ikan yang ditangkap atau yang dibeli.tentu saja semua informasi
dikenalkan melalui percakapan antar pemain.
c. Penerapan
Bermain Peran Di TK Melalui Metode Parsitipatif
Pembelajaran partisipatif terdapat
tiga pihak sebagai pemegang peran seperti diungkapkan oleh Prof. H.D. Sudjana
S., S.Pd., M. Ed., Ph.D. yakni pendidik, peserta didik, dan kurikulum yang
menjadi kepedulian keduanya, yaitu kepedulian pendidik dan peserta didik
(siswa, warga belajar, peserta latihan). Pendidik dengan penamaan lain baginya
seperti pamong belajar, pembimbing, dan pelatih atau widyaiswara, adalah
sebagai pemegang utama dalam setiap strategi kegiatan pembelajaran.
Strategi kegiatan pembelajaran dapat
ditinjau berdasarkan pengertian secara sempit dan pengertian secara luas.
Secara sempit, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan secara luas, strategi
pembelajaran dapat diberi arti sebagai penetapan semua aspek yang berkaitan
dengan pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk di dalamnya adalah perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian proses, hasil dan pengaruh kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
kegiatan yang diitimbulkannya, strategi pembelajaran dapat dibagi menjadi dua
bagian yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan
strategi pembelajaran yang berpusat pada pendidik.
Strategi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Strategi ini menekankan bahwa peserta
didik adalah pemegang peran dalam proses keseluruhan kegiatan pembelajaran,
sedangkan pendidik berfungsi untuk memfasilitasi peserta didik dalam melakukan
kegiatan pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik memiliki beberapa ciri. Ciri tersebut adalah bahwa
pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar
dilakukan secara kritis dan analitik, motivasi belajar relative tinggi,
pendidik hanya berperan sebagai pembantu (fasilitator) peserta didik dalam
melakukan kegiatan belajar, memerlukan waktu yang memadai (relative lama), dan
memerlukan dukungan sarana belajar yang lengkap. Ciri lainnya adalah bahwa
strategi pembelajaran ini akan cocok untuk pembelajaran lanjutan tentang konsep
yang telah dipelajari sebelumnya, belajar dari pengalaman peserta didik dalam
kehidupannya, dan untuk pemecahan masalah yang dihadapi bersama dalam
kehidupan.
Strategi pembalajaran ini memiliki
keunggulan dan kelemahan tersendiri. Keunggulannya adalah pertama, peserta didik
akan dapat merasakan bahwa pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena peserta
didik diberi kesempatan yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, peserta didik
memiliki motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga,
tumbuhnya suasana demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog
dan diskusi untuk saling belajar-membelajarkan di antara peserta didik.
Keempat, dapat menambah wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena
sesuatu yang dialami dan disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui
sebelumnya oleh pendidik.
Adapun kelemahannya antara lain:
1.
Membutuhkan waktu yang relative
lebih lama dari waktu pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya,
2.
Aktivitas dan pembelajaran cenderung
akan didominasi oleh peserta didik yang biasa atau senang berbicara sehingga
peserta didik lainnya lebih banyak mengikuti jalan pikiran peserta didik yang
senang berbicara,
3.
Pembicaraan dapat menyimpang dari
arah pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Strategi pembelajaran yang berpusat
pada pendidik adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan terhadap pentingnya
aktivitas pendidik dalam mengajar atau membelajarkan peserta didik.
Perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses serta hasil pembelajaran
dilakukan dan dikendalikan oleh pendidik sedangkan peserta didik berperan
sebagai pengikut kegiatan yang ditampilkan oleh pendidik.
Tahap- Tahap Bermain Peran di Taman
Kanak- Kanak
Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap
bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran:
1.
Menghangatkan suasana dan memotivasi
peserta didik, Dalam hal ini guru hendaknya memberikan anak berbagai motivasi
atau dorongan yang mengarah pada apa yang akan anak- anak perankan.
2.
Memilih partisipan/peran, Dalam
bagian ini anak dipersilahkan memilih peran apa yang akan ia perankan. Gurupun
juga harus memberi bimbingan kepada anak bagaimana ia memerankan tokoh yang ia
pilih.
3.
Menyusun tahap-tahap peran,
4.
Menyiapkan pengamat,
5.
Pemeranan,
6.
Diskusi dan evaluasi,
7.
Pemeranan ulang,
8.
Diskusi dan evaluasi tahap dua,
9.
Membagi pengalaman dan mengambil
kesimpulan.
B.
Model Tindakan
Kemampuan sosial
emosional anak usia dini merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki anak,
karena akan berpengaruh pada aspek-aspek perkembangan lainya. Untuk
meningkatkan kemampuan sosial emosional anak peneliti melakukan penelitian
menggunakan metode bermain peran.Karena metode bermain peran mempunyai
kelebihan. Kelebihanya adalah pertama, peserta didik akan dapat merasakan bahwa
pembelajaran menjadi miliknya sendiri karena peserta didik diberi kesempatan
yang luas untuk berpartisipasi. Kedua, peserta didik memiliki motivasi yang
kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga, tumbuhnya suasana
demokratis dalam pembelajaran sehingga akan terjadi dialog dan diskusi untuk
saling belajar-membelajarkan di antara peserta didik. Keempat, dapat menambah
wawasan pikiran dan pengetahuan bagi pendidik karena sesuatu yang dialami dan
disampaikan peserta didik mungkin belum diketahui sebelumnya oleh pendidik.
Sebagaimana diketahui
bahwa banyak berbagai macam metode penelitan tindakan kelas yang
dapat digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan mempunyai kelebihan dan kelemahan dari metode tersebut. Peneliti melakukan penelitian dalam
upaya meningkatkan kemampuan sosial emosional anak melalui metode bermain peran
menggunakan metode penelitian tindakan kelas Lewin menurut Eliot.
Penelitian yang
dilakukan terdiri dari dua siklus, kegiatan dari setiap siklus terdiri dari
tiga kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan),
tindakan pelaksanaan (action),
observasi (observation), dan refleksi (refletive).
PTK menurut Eliot dimulai dengan
identifikasi masalah yang terjadi di kelas, artinya guru harus mengetahui
tentang apa yang terjadi dikelasnya. Setelah masalah teridentifikasi, maka
penelitian berikutnya dilakukan dengan pemeriksaan di kelas dan guru sebagai peneliti
biasanya dapat merasakan langsung atau dapat teramati secara langsung.
Model Penelitian Tindakan
Kelas menurut Kemmis & McTaggart penelitian terdiri dari perencanaan
(plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observer), dan refpleksi (reflekct) .
Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis & McTaggart melaksanakan penelitian
tiap siklus minimal terdiri dari tiga pertemuan tatap muka, apabila
penelitianya tiga siklus secara keseluruhan
penelitian akan terdiri dari
sekitar sembilan pertemuan tatap.muka. Model Penelitian meurut Kemmis
& McTaggart ini akan memerlukan waktu yang lama sehingga pelaksanaanya
tidak berlangsung secara efisien.
Model Penelitian Tindakan
Kelas oleh Hopkins ( Wiraatmadja, 2007,168-170) dengan tahapan, perencanaan
(plan), pelaksanaan tindakan ( acting ), pengamatan (observing), merefleksikan
( reflekcsing ).
Ciri dari Model
Penelitian Kelas menurut Hopkins ( Wiraatmadja), yaitu dalam setiap siklus
terdiri dari beberapa tidakan atau tahapan tindakan yang terperinci. Model ini
diterapkan supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara tahap-tahap
didalam pelaksanaan aksi atau proses belajar mengajar.Untuk pelaksanaan
tindakan jumlah siklus sangat tergantung pada permasalahan yang perlu
diselesaikan.
Berbagai model penelitian
tindakan kelas yang diuraikan diatas terdapat kelebihan dan kelemahanya, oleh
sebab itu dapat memilih model penelitian tindakan kelas apa yang akan digunakan
sesuai dengan kebutuhan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi di kelas
sehingga tujuan perbaikan akan berhasil dengan baik mencapai peningkatan yang
memuaskan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan,
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional anak melalui
metode bermain peran di kelompok A di
Kelompok Bermain (Kober) Hegarsari Desa Kaso Kecamatan. Tambaksari Kabupaten
Ciamis yang bertujuan:
a.
Untuk mengetahui
perencanaan peningkatan kemampuan sosial emosional anak melalui metode bermain
peran pada anak kelompok A di Kelompok Bermain Hegarsari Desa Kaso Kecamatan
Tambaksari Kab.Ciamis?
b.
Untuk mengetahui
pelaksanaan dan aktivitas anak dalam meningkatkan kemampuan sosial emosional
anak melalui metode bermain peran pada anak kelompok A di Kelompok Bermain
Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari
Kab.Ciamis?
c.
Untuk mengetahui
hasil dan kemampuan sosial emosional anak
setelah menggunakan metode bermain peran pada kelompok A di Kelompok
Bermain Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kab.Ciamis?
2. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas
ini dilaksanakan pada anak
kelompok A di Kelompok Bermain (Kober) Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari
Kabupaten Ciamis waktu pelaksanaan semester I tahun ajaran 2015-2016.
3. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan
pada anak kelompok A di Kelompok Bermain
(Kober) Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis Semester I tahun
ajaran 2015-2016 yang terdiri dari sepuluh
anak.
1.
Faktor Yang
Diteliti
Faktor yang
diteliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yang diteliti adalah :
a.
Anak didik, yaitu
kemampuan sosial emosional yang dimiliki anak dan partisipasi anak dalam proses
pembelajaran melalui metode bermain peran pada proses pembelajaran yang
disesuaikan pada tema saat pembelajaran tersebut.
b.
Guru yaitu
kemampuan guru dalam mengembangkan metode bermain peran untuk meningkatkan
kemampuan sosial emosional anak dalam
proses pembelajaran yang menyenangkan.
B. Metode
Penelitian
Berdasarkan
permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, secara umum penelitian ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang penerapan metode bermain peran,
dalam mengembangkan kemampuan sosial emosional pada anak Kober. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian kualitatif untuk mengetahui
kondisi dan temuan-temuan yang ada dilapangan.Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan yang berasal dari bahasa action research. Menurut Sukardi
(2003;2010) penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam
mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman
mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain. Penelitian
tindakan merupakan pengembangan penelitian terpakai atau applied research,dalam hal ini peneliti bersifat sebagai:
1.
Pemeran aktif
kegiatan pokok;
2.
Agen perubahan;
3.
Subjek atau objek
yang diteliti memperoleh manfaat dari hasil tindakan yang diberikan secara
terencana oleh peneliti.
Penelitian tindakan kelas memiliki tiga
ciri pokok menurut Sukardi( 2010;110),yaitu:
1.
Inkuri
reflektif, penelitian tindakan kelas berangkat dari
permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi guru dan siswa.
2.
Kolaboratif,
upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri
oleh peneliti di luar kelas tetapi berkolaborasi dengan guru.
3.
Reflektif,
penelitian tindakan kelas mempunyai ciri hkusus yaitu sifat reflektif yang
berkelanjutan.
Penelitian
tindakan kelas mempunyai beberapa karakteristik yang berbeda bila dibandingkan
dengan penelitian formal lainya. Beberapa karakteristik penting tersebut
sebagai berikut:
a.
Kritik refleksi
yaitu suatu upaya evaluasi atau penilaian dan refleks ini perlu adanya kritik
sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan – perubahan .
b.
Kritik dialektif
yaitu kritik terhadap fenomena yang diteliti dalam suatu pemeriksaan.
c.
Kolaborasi yaitu
PTK diadakan dengan adanya hadir suatu kerjasama dengan pihak-pihak lain
seperti atasa sejawat atau kolega.
d.
Resiko yaitu
adanya kemungkinan melesetnya hipotesis dan adanya tuntutan untuk melakukan
suatu transformasi dalam proses penilaian.
e.
Susunan jamak
yaitu PTK bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif dan
berkaitan dengan adanya pandangan bahwa penomena yang diteliti harus mencakup
semua komponen pokok supaya bersifat komperhensif.
f.
Internalisasi
teori dan praktek yaitu PTK memiliki dua tahap yang berlainan yang saling mendukung
transformasi.
Tujuan secara umum
penelitian tindakan ( Sukardi ,2003;212) adalah sebagai berikut:
1.
Merupakan salah
satu cara strategis guna memperbaiki layanan maupun hasil kerja dalam suatu
lembaga.
2. Mengembangkan
rencana tindakan guna meningkatkan apa yang telah dilakukan sekarang .
3. Mewujudkan
proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda baik bagi peneliti yang dalam
hal ini mereka memperoleh informasi yang berkaitan dengan permasalahan, maupun
pihak subjek yang diteliti dalam mendapatkan manfaat langsung dari adanya
tindakan nyata.
4. Tercapainya
konteks pembelajaran dari pihak yang terlbat, yaitu peneliti dan para subjek
yang diteliti.
5. Timbulnya
budaya peneliti yang terkait dengan prinsip sambil bekerja dapat melakukan
penelitian di bidang yang ditekuninya.
6. Timbulnya
kesadaran pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya tindakan nyata untuk
meningkatkan kualitas.
7. Diperolehnya
pengalaman yang berkaitan erat dengan usaha peningkatan kualitas secara
profesional maupun akademis.
Berdasarkan pendapat ahli
pendidikan di atas, maka implikasinya dalam penelitian tindakan ini pada
kenyataanya dapat dilakukan secara kolaborasi artinya peneliti dapat
berkolaborasi atau kerjasama dengan guru /Kober sebagai mitra dalam penelitian
yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pengalaman atau kualitas pendidikan
pada pembelajaran di kelas, sehingga dinamakan penelitian tindakan yang
bersifat kolaboratif.
Penelitian
yang dilakukan terdiri dari dua siklus, kegiatan dari setiap siklus terdiri
dari tiga kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan),
tindakan pelaksanaan (action),
observasi (observation), dan refleksi (refletive).
C. Rancangan Tindakan
Berdasarkan data
awal dari hasil observasi maka dilanjutkan dengan pembuatan rancangan tahapan
pembelajaran yang tercantum dalam skenario pembelajaran dalam dua siklus
tersebut serta penyediaan media yang akan digunakan sebagai pelaksanaan
tindakan di Kober Hegarsari pada anak kelompok A.Tahapan rancangan pembelajaran
dengan penerapan tindakan yang dilaksanakan dibagi menjadi dua siklus tersebut
adalah sebagai berikut:
a.
Perencanaan ( planning)
Langkah-langkah pembelajaran bermain peran
menurut Suherman (2009: 7) adalah:
1) Guru menyiapkan skenario pembelajaran.
1) Guru menyiapkan skenario pembelajaran.
2) Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari
skenario tersebut
3) Pembentukan kelompok murid
4) Penyampaian kompetensi
5) Menunjuk murid untuk melakonkan skenario
yang telah dipelajarinya.
6) Kelompok murid membahas peran yang
dilakukan oleh pelakon.
7) Presentasi hasil kelompokBimbingan
penyimpulan dan refleksi.
b.
Pelaksanaan Tindakan.
Tahap dimana guru
memberikan tindakan pada anak dan memantau dalam proses pelaksanaan tindakan
kemudian diikuti dengan refleksi yaitu tes kemampuan sosial emosional.
c.
Pengamatan ( Observing)
Tahap dilakukan perekaman data yang meliputi
proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilaksanakanya pengamatan
ini adalah untuk mengumpulkan data hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan
dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.
d.
Merefleksikan ( reflecting )
Tahap ini
dilakukan refleksi dengan analisis data mengenai proses masalah dan hambatan
yang dijumpai sehingga dapat diketahui apakah tindakan yang dilaksanakan telah
mencapai tujuan atau belum. Jika belum tercapai maka peneliti segera menyusun
rencana selanjutnya.
Pelaksanaan siklus
ini dilakukan kembali jika hasil dan proses yang diperoleh belum memuaskan.
Maka kemungkinan besar akan dilaksanakan lebih dari satu siklus. Siklus ini
akan dihentikan sampai sudah dapat mengatasi masalah dan kondisi yang di
harapkan sesuai aturan tertentu.
D. Desain dan Prosedur Tindakan
Penelitian
dan tindakan kelas dilaksanakan dengan dua
siklus, tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan
partisipasi dan kompetensi yang dicapai berdasarkan perencanaan yang telah
didesain sebelumnya.
Untuk
mengetahui kompetensi dan hasil dari metode tersebut dilakukan prosedur
penilaian serta kemampuan anak dalam berkomunikasi dengan guru selanjutnya
didiskusikan dengan guru lain yang mengamati terhadap kegiatan yang
dilaksanakan untuk didiskusikan hasilnya dengan tujuan sebagai perbaikan.
Sedangkan
untuk mengetahui partisipasi anak dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
dilakukan pengamatan keterlibatan anak selama proses kegiatan berlangsung di
sekolah.
Agar
pelaksanaan tindakan dapat tepat sasaran, maka tindakan tersebut perlu
direncanakan sebelumnya.Menurut Kasihani/Kabolah tindakan tersebut adalah
sebagai berikut :
a.
Penetapan Kriteria
Keberhasilan Tindakan
Penetapan
kriteria untuk menentukan tingkat keberhasilan pemecahan masalah sebagai akibat
dilakukanya suatu tindakan merupakan suatu hal yang sangat perlu. Jika kriteria
tersebut tidak ditentukan suatu hal yang sangat perlu.Jika kriteria tersebut
tidak ditentukan sejak awal, ada kemungkinan diakhir pelaksanaan tindakan
peneliti tidak dapat menentukan secara pasti apakah yang dilakukan membawa
dampak atau tidak.
b.
Penetapan Jenis
Tindakan
Penetapan
jenis tindakan apa yang dilakukan harus mengacu kepada kajian teori yang telah
diajukan, kemampuan guru untuk melaksanakan, kondisi siswa, ketersediaan sarana,
iklim belajar dikelas dan iklim sekolah pada umumnya.
c.
Penetapan Teknik
Pengumpulan Data
Alat
pengumpulan data termasuk salah satu hal yang direncanakan.Ketepatan penggunaan
alat pengumpul data yang diperolehnya.Alat tersebut akan digunakan untuk mengamati
dan mencatat semua informasi yang terjadi selama tindakan berlangsung . Kareana
pengumpulan data dalam PTK banyak berkaitan dengan angket dan observasi, maka
pedoman observasi seperti daftar cek, rating scale dan sejenisnya, perlu
dipersiapkan sebelum penelitian dilaksanakan.
d.
Penetapan Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data apa yang digunakan sangat ditentukan oleh macam data yang telah
dikumpulkan.Apabila data yang terkumpul merupakan data kualitatif,maka perlu
disiapkan teknik analisis kualitatif. Apabila data yang terkumpul data
kuantitatif, maka perlu dipersiapkan teknik analisis tersebut. Berkaitan teknis
analisis data kuantitatif, menurut Soli Abimanyu (Sujati,2000:4) mengemukakan
adanya tiga langkah penting dalam menganalisis data, yaitu reduksi data,
display data, dan vervikasi. Reduksi data berkaitan dengan proses
seleksi-seleksi dan memfokuskan data. Display data adalah memadukan berbagai
informasi secara terorganisasi yang memungkinkan penelitian untuk mengambil
keputusan dan tindakan berikutnya. Kesimpulan dan verifikasi dapat dicapai
apabila apabila peneliti mampu memberi makna terhadap data, menghubungkan
antara penomena yang satu dengan yang lain sehingga nampak adanya hubungan
kausal antara berbagai fenomena.
Adapun operasional rencana tindakan dalam
PTK ini dijabarkan sebagai berikut :
1.
Siklus
I
a.
Perencanaan
Tindakan
Penelitian dilakukan pada anak kelompok A
di Kober Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis yang
berjumlah sepuluh anak. Metode yang diambil dalam penerapan pembelajaran yaitu
meningkatkan kemampuan sosial emosional anak melalui metode bermain peran
dengan tema tanaman.
Adapun
rencana tindakan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi
masalah pembelajaran .
2.
Membuat SKM (
Satuan Kegiatan Mingguan) Dan RKH ( Rencana Kegiatan Harian ) dengan tema
Tanaman sub tema Tanaman Jenis Sayuran
3.
Mempersiapkan
media pembelajaran.
4.
Mempersiapkan
materi pembelajaran untuk anak .
5.
Penyiapan
instrumen observasi pembelajaran
6.
Penyiapan
instrumen refleksi pembelajaran
7.
Mempersiapkan dan
menentukan lokasi pembelajaran yang sesuai dengan tema pada hari itu.
b.
Pelaksanaan
Tindakan dan Observasi
Tahap ini dilakukan pengamatan/observasi
terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan menggunakan lembar pengamatan yang
telah disiapkan. Kriteria keberhasilan tindakan adalah anak mampu melakukan
dialog atau komunikasi dengan memiliki kemampuan imajinasi dan dapat melakukan
kerjasama, saling menghargai sesama pemain dan dapat mengikuti aturan permainan
dengan mempunyai kemampuan bintang
empat/ berkembang sudah baik (BSB).
c.
Evaluasi dan Refleksi
Tahapan refleksi pada siklus satu merupakan kegiatan untuk mengemukakan
apa yang sudah dilakukan. Kegiatan mengevaluasi, analisis, penjelasan,
penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus
selanjutnya.
Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat mengetahui titik kelemahan maupun kelebihan sehingga
dapat menentukan upaya perbaikan pada
siklus berikutnya.
2. Siklus II
a.
Perencanaan
Adapun
rencana tindakan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.
Mengidentifikasi
masalah pembelajaran hasil refleksi pada siklus 1.
2.
Membuat SKM(
Satuan Kegiatan Mingguan) Dan RKH ( Rencana Kegiatan Harian ) tema tanaman sub
tema tanaman hias.
3.
Mempersiapkan
media pembelajaran.
4.
Mempersiapkan
materi pelajaran untuk anak .
5.
Penyiapan
instrumen observasi pembelajaran
6.
Penyiapan
instrumen refleksi pembelajaran
7.
Mempersiapkan dan
menentukan lokasi pembelajaran yang sesuai dengan tema pada hari itu.
b.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tahap
ini dilakukan pengamatan/observasi terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah disiapkan. Kriteria keberhasilan
tindakan adalah anak mampu melakukan dialog atau komunikasi dengan memiliki
kemampuan imajinasi dan dapat melakukan kerjasama, saling menghargai sesama
pemain dan dapat mengikuti aturan permainan dengan indikator adanya peningkatan
kemampuan sosial emosional pada anak dari kegiatan siklus satu, pada kegiatan
siklus dua anak memiliki kemampuan bintang empat/ berkembang sudah baik (BSB)
mencapai 75 %.
1. Evaluasi dan Refleksi
Tahapan refleksi pada siklus dua merupakan kegiatan untuk mengemukakan
apa yang sudah dilakukan. Kegiatan mengevaluasi, analisis, penjelasan,
penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklus
selanjutnya.
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Hasil intervensi yang diharapkan dari penelitian tindakan penelitian
yang dilakukan ini adalah meningkatkan kemampuan sosial emosional anak
menggunakan metode bermain peran.Secara keseluruhan keberhasilan tindakan
tersebut dilihat dari adanya peningkatan kemampuan yang diperoleh dari hasil
observasi waktu pelaksanaan tindakan penelitian.Dengan peningkatan 60 %
kemampuan sosial emosinal anak yang dimiliki anak dari rata-rata sebelum
penelitian.
F. Sumber Data
Data dilengkapi
proses dan hasil yang dicapai, maka
peneliti menggunakan tekhnik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi.
G.
Tekhnik Pengumpulan Data
1.
Definisi Konseptual
Perkembangan
sosial emosional anak ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaftasi dengan
lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan prilakunya.
Kemampuan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan, dan
belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
2.
Definisi Operasional
Perkembangan sosial emosional
melibatkan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan orang lain.
Perkembangan sosial emosional mencakup kemampuan dalam menjalin hubungan dalam
kelompok sosial, prilaku yang digunakan dalam situasi sosial, pemahaman terhadap
pemahaman tujuan, dan prilaku diri sendiri dan orang lain. Prilaku prososial:
kesediaan untuk berbagi, membantu, bekerjasama, merasa nyaman dan aman, serta
penguasaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas.
3.
Kisi –Kisi Instrumen
Instrumen penelitian ini dibuat dengan
menggunakan skala pengukuran yang bertujuan untuk mendapatkan nilai variable
hasil yang lebih tepat, jelas, efisien, dan komunikatif dalam bentuk centang/cheklist (˅). Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu lembaran pedoman observasi, baik proses dan hasil
tindakan, lembar tes kemampuan sosial emosional anak, lembar wawancara,
dokumentasi proses dan hasil karya anak.
Untuk mengetahui berhasil tidaknya dalam suatu proses belajar mengajar
dilakukan tes praktek. Tes praktek dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan sosial emosional anak melalui kegiatan bermain peran. Untuk melihat
berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran diadakan evaluasi akhir dan
pencatatan selama kegiatan berlangsung.
Siklus
“plan-act-observe-reflect” akan berlangsung terus sampai kriteria
keberhasilanya tercapai yaitu skor rata-rata kelas yang mendapat bintang empat
(BSH) mencapai 75%. Walaupun penelitian telah berlangsung sebanyak dua siklus,
akan terus dilanjutkan selama belum
tercapai.
4.
Jenis Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengamati pelaksanaan proses dan hasil
pembelajaran kemampuan sosial emosional dalam penelitian ini antara lain:
a. Pedoman
Observasi
b. Dokumentasi
5.
Validasi Instrumen
Proses analisis data yang dilakukan
pada tindakan kelas ini berlangsung dari awal penelitian yaitu dari observasi,
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, sampai refleksi terhadap tindakan.
Kegiatan tindakan dilakukan secara berulang untuk memperoleh data guna
dianalisis. Setelah data terkumpul maka dianalisis berdasarkan studi literature
dengan menggunakan deskriftif kualitatif. Sedangkan data kuantitatif
menggunakan metode statistik dijelaskan melalui tabel data kemudian
diprosentasikan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan sosial
emosional anak melalui kegiatan bermain peran.
H.
Keabsahan Data
1.
Telaah Model Tindakan
Kriteria tekhnik pemeriksaan keterpercayaan (trustworthiness) studi yang digunakan dalam penelitian tindakan ini
adalah credibility (kepercayaan), transferability
(keteralihan), dependability
(kebergantungan), compirmability (kepastian). Penerapan kepercayaan berfungsi
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuanya dapat
dicapai dan dapat dipertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan
jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Tekhnik pemeriksaan keabsahan data
penelitian ditempuh dengan memperpanjang waktu keikut sertaan, melakukan
pengamatan secara terus menerus, melakukan tanya jawab dengan teman sejawat,
membuat bukti-bukti terstruktur,atau koheren, membuat referensi yang memadai,
dan menerapkan tekhnik triangulasi yang terdiiri dari peneliti, dan kolaborator
dengan menggunakan data berupa lembar pedoman observasi, dan lembar kerja yang
dilakukan anak.
2. Validitas
Data
Validitas data
adalah kegiatan yang digunakan untuk memperjelas dan memperkuat data yang di
analisis. Untuk memperoleh data yang valid maka gambaran dengan peningkatan
kemampuan sosial emosional anak maka dideskrifsikan, grafik kemudian ditarik
kesimpulan yang objektif. Data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan
catatan lapangan.Dalam penelitian ini validitas data menggunakan tekhnik
Hopkins ( Wiraatmadja, 2007, 168-170) Tahap-Tahap Penelitian
Tahapan dalam penelitian
ini terdiri dari :
a. Tahap Studi Pendahuluan
b. Tahap Pelaporan Data
Tim kolaborasi penelitian adalah teman
sejawat guru kelas Kober Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari. Proses
kolaborasi dilakukan pada saat penulisan proposal penelitian mengembangkan
perangkat-perangkat pembelajaran. Pada saat-saat tertentu, kolaborator ikut
masuk kelas untuk membantu mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan metode, bermain peran sebagai variable bebas atau tindakan dalam
PTK, dan pada akhir pembelajaran diadakan diskusi singkat. Pada akhir minggu
pertemuan kolaborasi kembali dilakukan untuk menganalisis keberhasilan dan
kegagalan penelitian dalam satu minggu, dan merencanakan tindakan untuk minggu
berikutnya.
Fungsi kolaborator/observer
memberikan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran dan mengobservasi hasil
belajar, penilaian, analisis data, evaluasi dan merefleksi, serta menyusun
laporan hasil penelitian tindakan kelas.
IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A. Deskripsi Hasil Penelitian
2.
Deskrifsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I
a. Perencanaan Pembelajaran
Rencana
kegiatan pembelajaran siklus I pelaksanaanya pada tanggal 30 November 2015,
peneliti memberikan kegiatan pembelajaran bermain peran dalam upaya
meningkatkan kemampuan sosial emosional anak dengan tema tanaman. Intrumen yang
digunakan adalah lembar observasi. Kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan
awal/pembukaan, kegiatan inti, istirahat, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembelajaran bermain peran dilaksanakan pada kegiatan inti dengan indikator dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional
anak ( kerjasama, sabar menunggu giliran, toleransi, menghargai pendapat orang
lain) .
b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di mulai dengan kegiatan awal/pembukaan selama tiga puluh
menit yaitu kegiatan di luar kelas (out door),
masuk kelas, mengkondisikan anak, berdo’a, mengabsen, menyanyi, kegiatan
nilai-nilai agama dan moral (NAM), melakukan apersepsi yang berhubungan dengan
tema tanaman sub tema tanaman jenis sayuran, menjelaskan materi kegiatan hari
ini.
Kegiatan
inti dilaksanakan selama enam puluh menit yaitu bidang pengembangan sosial
emosional yang berintegrasi dengan
bidang pengembangan bahasa menggunakan metode bermain peran tema tanaman sub
tanaman jenis sayuran. Bermain peran judul” Tukang Sayur”. Guru membuat anak
menjadi dua kelompok masing-masing kelompok terdiri dari lima anak dengan
skenario cerita sebagai berikut:
a.
Seorang anak
bermain peran sebagai tukang sayur menjual macam-macam sayuran ada
kangkung,wortel, mentimun, tomat, dan jenis sayuran lainya.
b.
Empat orang anak
berperan sebagai pembeli sayuran.
Kegiatan
penutup selama tiga puluh menit melakukan tanya jawab tentang kegiatan hari
ini. Menyampaikan pesan-pesan moral, merencanakan kegiatan hari esok , berdoa
setelah kegiatan, mengucapkan salam dan pulang.
1. Kegiatan
Awal/Pembukaan ( 30 Menit)
Kegiatan awal peneliti mengkondisikan anak
dari mulai berbaris dan masuk ke kelas dengan tertib. Didalam kelas anak-anak
duduk dengan rapih dan tertib, seorang anak memimpin mengucapkan salam dan
berdo’a sebelum belajar.Masih dalam kegiatan awal anak-anak di pimpin oleh
peneliti untuk mengucapkan do’a-do’a harian.Peneliti mengabsen kehadiran anak
dan menanyakan kabar anak dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi tentang tema
yang berupa tanya jawab mengenai tanaman jenis sayuran, beberapa anak ada yang
aktif menjawab pertanyaan peneliti tetapi ada juga yang bercakap-cakap dengan
temanya. Peneliti menjelaskan tema dan kegiatan hari ini.
2. Kegiatan Inti ( 60 menit )
Kegiatan inti
dilaksanakan selama enam puluh menit yaitu bidang pengembangan sosial
emosional yang berintegrasi dengan
bidang pengembangan bahasa menggunakan metode bermain peran tema tanaman sub
tanaman jenis-jenis sayuran. Bermain peran judul” Tukang Sayur”. peneliti
membuat anak menjadi dua kelompok masing-masing kelompok terdiri dari lima anak
dengan skenario cerita sebagai berikut:
a.
Seorang anak
bermain peran sebagai tukang sayur menjual macam-macam sayuran ada
kangkung,wortel, mentimun, tomat, dan jenis sayuran lainya.
b.
Empat orang anak
berperan sebagai pembeli sayuran.
Kegiatan
bermain peran dengan judul tukang sayur berjalan dengan lancar meskipun
hasilnya belum memuaskan.
c. Kegiatan Penutup ( 30 Menit ) Kegiatan
penutup peneliti menanyakan pada anak tentang kegiatan yang telah dilaksanakan
hari ini. Peneliti memberikan pujian pada anak yang dapat memerankan peranya
dengan baik dan memberi motivasi anak yang bermain peran kurang baik. Peneliti
bercakap-cakap pada anak menyampaikan pesan-pesan moral dan merencanakan
kegiatan untuk hari esok. Peneliti mengajak anak bernyanyi beberapa lagu
anak-anak dan lagu pulang sekolah. Diakhiri dengan berdo’a dan mengucapkan
salam.
b. Analisis
Hasil analisis aktivitas
anak dalam meningkatkan kemampuan sosial emosional anak menggunakan
pembelajaran bermain peran sesuai dengan aspek –aspek penilaian tersebut diatas
maka rata-rata kemampuan anak dinilai kurang. Adapun persentase anak dalam
aspek antusias dalam mengikuti kegiatan bermain peran rata-rata 48.75%. Tiga
anak yang tidak mampu bekerja sama kemampuanya mendapat bintang satu belum muncul (BM) 30%, empat
anak yang mencapai bintang dua mulai muncul (MM) 40 %, tiga anak yang mampu mencapai bintang
tiga berkembang sesuai harapan (BSH) 30%, anak yang mencapai bintang empat
berkembang sudah baik (BSB) 0%. Hasil penelitian yang diperoleh selama kegiatan
pembelajaran bermain peran dalam upaya meningkatkan kemampuan sosial emosional,
anak-anak masih kesulitan untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama, kemampuan
berimajinasi, berani bertanya dan menjawab pertanyaan ,disiplin, sabar
menununggu giliran,kemampuan megeksplorasi ide dan gagasanya ,untuk itu sangat
diperlukan latihan-latihan yang dilaksanakan secara kontinyu. Peningkatan
kemampuan sosial emosional anak dalam kegiatan bermain peran pada tindakan siklus I
rata-rata kemampuan yang dimiliki anak mencapai 48,75%
c. Refleksi.
Berdasarkan
dari analisis data tindakan siklus I tentang meningkatkan kemampuan sosial
emosional anak dalam kegiatan bermain peran di kelompok A yang berjumlah
sepuluh anak, kemampuan sosial emosional anak rata-rata masih rendah.Terlihat
waktu proses pembelajaran menggunakan metode bermain peran kemampuan sosial
emosional yang dimiliki anak masih jauh dari harapan.
Diantara
sepuluh anak yang diteliti rata-rata kemampuan bekerjasama, disiplin,sabar
menunggu giliran, masih rendah, tetapi ada tiga anak yang memiliki kemampuan
sosial emosional yang baik, dan tujuh anak kemampuan sosial emosionalnya masih
rendah. Berdasarkan dari hasil tindakan siklus I yang menunjukan kemampuan sosial
emosional anak dalam kegiatan bermain peran kurang memuaskan. Oleh karena itu
perlu dilakukan tindakan siklus II.
3. Deskrifsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II
a. Perencanaan Pembelajaran
Rencana
kegiatan pembelajaran siklus II pelaksanaanya pada tanggal 14 Desember 2015,
rencana kegiatan bermain peran dalam
meningkatkan kemampuan sosial emosional tema tanaman dengan sub tema
tanaman hias. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Rencana
kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti,
istirahat, dan kegiatan penutup. Kegiatan
pembelajaran bermain peran pada kegiatan inti selama enam puluh menit
dengan indikator dapat meningkatkan
kemampuan sosial emosional anak mampu bekerjasama, disiplin, sabar menunggu
giliran, menghargai orang lain.
b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di mulai dengan kegiatan awal/pembukaan selama tiga puluh
menit yaitu kegiatan di luar kelas (out
door), masuk kelas, mengkondisikan anak, berdo’a, mengabsen, menyanyi,
kegiatan nilai-nilai agama dan moral (NAM), melakukan apersepsi yang
berhubungan dengan tema, menjelaskan materi kegiatan hari ini.
Kegiatan
inti dilaksanakan selama enam puluh menit yaitu bidang pengembangan sosial
emosional yang berintregrasi dengan bidang pengembangan bahasa melakukan kegiatan bermain peran
dengan tema tanaman sub. tema tanaman hias.
Guru kelas melakukan observasi pada waktu pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan
penutup selama tiga puluh menit melakukan tanya jawab tentang kegiatan hari
ini. Menyampaikan pesan-pesan moral, merencanakan kegiatan hari esok , berdoa
setelah kegiatan, mengucapkan salam dan pulang.
1. Kegiatan
Awal/Pembukaan ( 30 Menit)
Kegiatan awal peneliti mengkondisikan anak
dari mulai berbaris dan masuk ke kelas dengan tertib. Didalam kelas anak-anak
duduk dengan rapih dan tertib, seorang anak memimpin mengucapkan salam dan
berdo’a sebelum belajar. Masih dalam kegiatan awal anak-anak di pimpin oleh
peneliti untuk mengucapkan do’a-do’a harian. Peneliti mengabsen kehadiran anak
dan menanyakan kabar anak dilanjutkan dengan kegiatan apersepsi tentang tema
yang berupa tanya jawab mengenai macam-macam tanaman hias, beberapa anak ada
yang aktif menjawab pertanyaan peneliti tetapi ada juga yang bercakap-cakap
dengan temanya dan ada juga yang sibuk dengan kegiatanya sendiri. Peneliti
menjelaskan rencana kegiatan hari ini.
2. Kegiatan inti ( 60 Menit)
Kegiatan inti dilaksanakan selama enam puluh
menit yaitu bidang pengembangan sosial emosional yang berintegrasi dengan bidang pengembangan
bahasa menggunakan metode bermain peran tema tanaman sub tema tanaman
hias. Bermain peran judul” ”. Keluarga
Petani Bunga “ peneliti membuat anak menjadi dua kelompok masing-masing
kelompok terdiri dari lima anak dengan skenario cerita sebagai berikut:
a. Seorang anak bermain peran sebagai bapak dan
satu anak sebagai ibu.
b. Tiga anak berperan sebagai anak petani yang sibuk
membantu bapaknya menanam bunga.
Pada
kegiatan bermain peran yang dilaksanakan kelompok dua anak-anak cukup aktif
meskipun ada beberapa anak yang harus dibimbing oleh guru
c. Kegiatan Penutup ( 30 Menit ) Kegiatan
penutup peneliti menanyakan pada anak tentang kegiatan yang telah dilaksanakan
hari ini. Peneliti memberikan pujian pada anak yang dapat memerankan peranya
dengan baik dan memberi motivasi anak yang bermain peran kurang baik. Peneliti
bercakap-cakap pada anak menyampaikan pesan-pesan moral dan merencanakan
kegiatan untuk hari esok. Peneliti mengajak anak bernyanyi beberapa lagu
anak-anak dan lagu pulang sekolah. Diakhiri dengan berdo’a dan mengucapkan
salam.
b. Analisis
Hasil analisis aktivitas
anak dalam meningkatkan kemampuan sosial emosional sesuai dengan aspek –aspek
penilaian tersebut diatas maka rata-rata kemampuan anak dinilai baik. Adapun
persentase anak dalam antusias mengikuti kegiatan bermain peran rata-rata 72,5 %. Anak yang memiliki bintang
satu belum muncul(BM) 0%,dua anak yang memiliki kemampuan bintang dua mulai muncul
(MM) 20 %, tiga anak yang mampu mencapai bintang tiga berkembang sesuai
harapan(BSH) 30%, lima anak yang mencapai bintang empat berkembang sangat
baik(BSB) 50%. Hasil penelitian yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran
dalam meningkatkan kemampuan sosial emosional, sudah ada peningkatan dalam
antusias mengikuti kegiatan, mengembangkan kemampuan bekerjasama, sabar
menunggu giliran, berani bertanya dan menjawab pertanyaan.Tetapi untuk mencapai
hasil yang lebih baik diperlukan latihan-latihan yang dilaksanakan secara
kontinyu. Peningkatan kemampuan sosial emosional menggunakan kegiatan bermain
peran pada tindakan siklus II
rata-rata kemampuan sosial yang
dimiliki anak mencapai 72,5 %
dengan nilai KKM 70.
c. Refleksi.
Berdasarkan
dari analisis data tindakan siklus II tentang meningkatkan kemampuan sosial
emosional menggunakan metode bermain peran di kelompok A yang berjumlah sepuluh
anak, kemampuan sosial emosional anak rata-rata ada peningkatan. Terlihat dari
gambar yang dihasilkan sudah menujukan hasil yang cukup walaupun belum
memuaskan.
Diantara
sepuluh anak yang diteliti rata-rata kemampuan sosial emosionalnya masih
rendah, tetapi ada lima anak yang memiliki kemampuan sosial yang baik, tiga
anak kemampuan sosialnya mulai ada peningkatan, dua anak mulai berkembang.
Berdasarkan dari hasil tindakan siklus I dan tindakan siklus II yang menunjukan
kemampuan sosial emosional menggunakan metode bermain peran sudah ada
peningkatan.Oleh karena itu peneliti merasa tidak perlu melakukan tindakan berikutnya.
Peningkatan kemampuan sosial emosional yang dimiliki anak pada siklus II dapat
dilihat pada grafik dibawah ini:
B. Pembahasan
Meningkatkan kemampuan
sosial emosional anak menggunakan metode bermain peran di kelompok A di Kober
Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis, dilaksanakan melalui
penelitian tindakan kelas yang terdiri dua siklus.
Perencanaan meningkatkan
kemampuan sosial emosional menggunakan metode bermain peran antara lain :
menentukan kelas, menentukan waktu penelitian, mendiskusikan dan menyusun
pedoman untuk melakukan kegiatan bermain peran, membuat skenario rencana
kegiatan bermain peran yang dibuat untuk setiap siklus dengan aspek antusias
dalam mengikuti kegiatan, kemampuan bekerjasama, sabar menunggu giliran, dan berani
bertanya dan menjawab pertanyaan.
Pelaksanaan peningkatan
kemampuan sosial emosional menggunakan metode bermain peran dilaksanakan dalam
dua siklus, siklus satu dengan materi bermain peran tukang sayur. Dalam
tindakan siklus satu ini perkembangan sosial emosional anak masih rendah belum
mencapai hasil yang memuaskan, sehingga diperlukan tindakan siklus II.
Pelaksanaan tindakan
siklus II proses pembelajaran menggunakan metode bermain peran dengan materi
kegiatan bermain peran keluarga petani bunga. Dalam pelaksanaan tindakan siklus
II sudah ada peningkatan kemampuan sosial emosional menggunakan metode bermain peran sudah
meningkat dengan hasil baik walaupun belum
memuaskan. Semua data yang menunjukan adanya peningkatan kemampuan
sosial emosional anak diambil dari hasil observasi, pengamatan dan analisis
waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas dengan meningkatan kemampuan sosial emosional anak menggunakan
metode bermain peran di kelompok A di Kelompok Bermain (Kober) Hegarsari
mendapat simpulan bahwa dalam meningkatkan kemampuan sosial emosional anak,
diperlukan metode-metode yang menarik dan menyenangkan bagi anak.
V. Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian tentang“meningkatkan kemampuan sosial emosional menggunakan metode
bermain peran pada kelompok A di Kober Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari
Kabupaten Ciamis“ dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1.
Meningkatkan
kemampuan sosial emosional anak menggunakan metode bermain peran pada kelompok
A di Kober Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis
dilaksanakan dengan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian
dilaksanakan dua siklus dengan kegiatan terdiri dari perencanaan, tindakan/pelaksanaan, refleksi dan
analisis. Perencanaan pembelajaran bermain peran antara lain : menentukan kelas
dan waktu penelitian, mendiskusikan dan menyusun pedoman untuk melakukan
aktivitas pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan kemampuan sosial emosional anak, membuat skenario rencana
kegiatan pembelajaran bermain peran yang dibuat untuk setiap siklus dengan
tahap anak mampu bekerjasama, sabar menunggu giliran, percaya diri, berani
bertanya dan menjawab pertanyaan, anak mampu berkomunikasi. Refleksi dan
analisis data dilakukan untuk mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui
sehingga dapat diketahui apakah tindakan yang dilaksanakan telah mencapai
tujuan atau belum. Jika tujuan belum tercapai maka peneliti menyusun rencana
selanjutnya.
2.
Aktivitas anak
dalam pelaksanaan pembelajaran bermain peran dilaksanakan dalam dua siklus,
siklus satu dengan kegiatan bermain peran tukang sayur dengan tema tanaman sub
tema jenis tanaman sayuran dilaksanakan kegiatan secara berkelompok. Tindakan
siklus dua bermain peran sebagai keluarga petani tanaman hias dengan tema
tanaman sub tema jenis tanaman hias, kegiatan ini dilaksanakan dengan secara
berkelompok dengan tujuan agar anak melatih kemampuanya dalam beraktivitas,
berkomunikasi, sabar menunggu giliran, berani bertanya dan memjawab pertanyaan
dan bekerjasama dengan kelompoknya. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
metode bermain peran di Kober dalam upaya meningkatkan kemampuan sosial
emosional anak memerlukan proses lama perlu latihan-latihan dan bimbingan
secara individu maupun secara kelompok. Untuk meningkatkan kemampuan sosial
emosional anak harus dilakukan kegiatan yang memerlukan kerjasama, berani
bertanya dan menjawab pertanyaan, sabar menunggu giliran, berkomunikasi yaitu
dengan metode pembelajaran bermain peran. Kegiatan pembelajaran dengan metode
bermain peran memberikan manfaat dalam meningkatkan kemampuan sosial emosional
anak kelompok A di Kober Hegarsari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru,
catatan lapangan, dan observasi, kemampuan sosial emosional anak melalui metode
pembelajaran bermain peran setelah pelaksanaan tindakan mengalami perubahan
signifikan. Kondisi belajar yang menyenangkan dan metode pembelajaran yang
bervariasi membuat anak tidak merasa bosan secara tidak langsung akan membuat
kemampuan sosial emosional dan kemampuan anak lainya menjadi lebih baik.Dari
hasil penelitian ini peran guru dan cara orang tua dalam meningkatkan kemampuan
sosial emosional sangat mempengaruhi perkembangan anak. Guru hanya sebagai
fasilitator di sekolah dan waktu yang lebih banyak untuk belajar anak di rumah.
Metode apapun dapat dilakukan dalam proses pembelajaran akan tetapi harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan anak.
3. Implikasi hasil dari penelitian tindakan
kelas tentang metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan kemampuan
sosial emosional anak pada kelompok A di Kober Hegarsari Desa Kaso Kecamatan
Tambaksari Kabupaten Ciamis membuktikan bahwa penggunaan metode pembelajaran
bermain peran dapat meningkatkan kemampuan sosial emosional anak dapat
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri, dan orang lain, serta dapat
meningkatkan harga diri. Pembelajaran bermain peran dapat merealisasikan
kebutuhan anak dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan
pengetahuan dengan keterampilan berbicara serta berkomunikasi dengan orang
lain. Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran bermain peran merupakan bentuk
pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini
memiliki kelemahan.
B. Saran
1.
Bagi semua pihak
baik peneliti, guru Kober, lembaga penyelenggara pendidikan anak usia dini,
maupun bagi pembaca agar mengangkat permasalahan mengenai kemampuan sosial
emosional anak dengan menggunakan strategi/metode yang berbeda, menggunakan
media yang menarik sesuai perkembangan anak, memberikan motivasi dan bimbingan
pada anak, memfasilitasi pembelajaran yang mendukung untuk peningkatan
kemampuan sosial emosional anak.
2.
Melalui penelitian
tindakan kelas tentang “meningkatkan kemampuan sosial emosional anak
menggunakan metode bermain peran pada kelompok A yang dilaksanakan di Kober
Hegarsari Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis” telah terbukti bahwa
melalui metode bermain peran kemampuan
sosial emosional anak dapat meningkat dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Aswin
Hadis,Fawzin (2003). Perkembangan Anak Dalam Prespektif Pendidikan
Drs.Slamet Suyanto,M.Ed. (2005) Dasar - Dasar Pendidikan Anak Usia
Dini Hikayat
Publising
DePorter, B. & Hemacki, M. 2000. Quantum
Learning. Bandung: Kaifa.
Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
http:// panduan guru.com.Adg/macam-macam
– metode-pembelajaran.
Hainstock,ElzabethG.(1999) Metode
Pengajaran Montessori untuk Anak Pra-
Sekolah.Jakarta Pustaka Delapratasa
Kurikulum
TK dan RA (2004). Standar Kompetensi . Jakarta:
Direktorat
Moeslichatoen
R.(1999),Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak.Jakarta
Rineka
Cipta Jakarta Depdikbud
Modul PLPG
Pendidikan Anak Usia Dini(2013),Konsorsium Sertifikasi Guru
Universitas
Yogyakarta
Pendidikan
TK dan SD,Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Sudjana S.,
D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung:
Falah Production.
Seri
Ayah Bunda. (2002). Balita dan Masalah Perkembanganya.Jakarta Gaya
Pavorit Press
Seri
Ayah Bunda. ( 2002). Dari A Sampai Z tentang Perkembangan Anak
Jakarta Gaya Pavorit Press
Suherman, E. 2009. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi
Kompetensi
Murid. Educare; Jurnal Pendidikan dan
Budaya. ISSN 1412-579x,
(Online) http://educare.e-fkipunla.net, (diakses
tanggal 30 Juni 2009).
Tilaar,
H.A.R. 1994. Manajemen Pendidikan Nasional, Kajian Pendidikan
Masa Depan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Uno, H.B. 2008. Model
Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang
Kreatif dan Efektif. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Yusep Nur Jatmika,Ragam
Aktifitas Untuk Playgroup. DIVA
Press. 2012
Yunus Abidin, Bermain,
Pengantar Bagi Penerapan Pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT) dalam
Dimensi PAUD, Bandung Rizqi
Pressc,
cet
pertama, 200
No comments:
Post a Comment