Wednesday, January 10, 2018

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI PADA KELOMPOK B DI TAMAN KANAK-KANAK



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
          Anak – anak adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus bangsa.Betapa bahagianya orang tua yang melihat anak- anaknya berhasil,baik dalam pendidikan, berkeluarga, bermasyarakat, maupun berkarya. Sebaliknya  orang tua akan sedih jika melihat anak-anaknya gagal dalam pendidikan dan kehidupanya. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa, merekalah yang kelak membangun bangsa Indonesia yang maju, yang tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain.Dengan kata lain, masa depan bangsa sangat ditentukan pendidikan yang diberikan kepada anak-anak kita. oleh karena itu anak berhak mendapat kasih sayang, perlindungan, kesejahteraan, serta pendidikan, berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak dalam pasal 1 butir (2 ), yang menetapkan bahwa :
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat tumbuh kembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.(Bahan Penyuluhan Hukum Pemerintah Kab.Ciamis 2007 : 2)

Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka anak perlu dilindungi dan dibantu agar berkembang sesuai dengan perkembanganya, anak usia dini bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil,oleh karena itu anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembanganya.
            Anak usia dini sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental.Pertumbuhan dan perkembangan anak telah dimulai sejak prenatal yaitu sejak dalam kandungan.Pembentukan sel syaraf otak, sebagai modal pembentukan kecerdasan, terjadi saat anak dalam kandungan.
Untuk itu pada masa kanak-kanak merupakan masa yang paling baik untuk mengembangkan semua aspek-aspek perkembanganya baik itu perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan sosial, perkembangan fisik, maupun maupun perkembangan emosinya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 butir (14) menetapkan :
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

            Dengan paparan diatas pemberian rangsangan pendidikan pada masa anak usia dini merupakan periode penting untuk mengembangkan semua aspek perkembanganya yang akan memberikan pengalaman awal dalam rentang kehidupan manusia.Pengalaman awal yang diperoleh anak tersebut akan mempengaruhi sikap, perasaan, pikiran, dan prilaku anak pada tahap selanjutnya. Pelatihan dan pengkondisian yang diberikan pada anak secara berkelanjutan akan membantu anak mencapai berbagai tugas perkembanganya secara optimal.Salah satu tugas perkembangan yang perlu dimiliki anak adalah keterampilan dalam berinteraksi dengan lingkunganya serta kemampuan mengekspresikan emosi secara positif dan wajar.Hal ini terkandung dalam kompetensi pendidikan yang dirumuskan oleh UNESCO yang menyatakan bahwa pendidikan adalah serangkaian aktivitas untuk menanamkan kecakapan hidup ( life skills ), kecakapan untuk bertindak ( to do ), kecakapan untuk hidup, ( to be ) , kecakapan belajar ( to learn ), dan kecakapan hidup bersama.
            Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi pendidikan bukan hanya untuk mengembangkan kecakapan akademik kognitif saja, melainkan kecakapan afektif ( emosi,sosial, spiritual ) dan psikomotorik. Untuk memperoleh keterampilan dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial,diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama bagi anak yang berperan penting dalam mengembangkan sikap dan prilaku anak agar sesuai dengan nilai-nilai di masyarakat. Lingkungan sekolah juga memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, dimana sebagian aktivitas anak dilakukan dengan bimbingan pendidik /guru.Kerjasama yang terjalin antara pihak keluarga dan pihak sekolah akan memberikan pengaruh positif bagi kemajuan perkembangan anak. Dengan bimbingan pendidik yaitu orang tua dan guru, anak akan berkembang optimal dan dapat menghadapi berbagai tantangan di lingkungan.
            Masa usia dini adalah periode terbaik bagi anak untuk belajar mengembangkan kemampuan sosialisasi dan mengekspresikan emosi secara positif.
            Perkembangan sosialisasi pada anak ditandai dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang melibatkan emosi, pikiran dan prilakunya. Perkembangan sosialisasi adalah proses dimana anak mengembangkan keterampilan interpersonalnya,belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahaman tentang orang diluar dirinya, dan juga belajar penalaran moral dan prilaku. Perkembangan emosi berkaitan dengan cara anak memahami, mengekspresikan dan belajar mengendalikan emosinya seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.Emosi anak perlu dipahami para guru agar dapat mengarahkan emosi negatif menjadi emosi positif sesuai dengan harapan sosial.
            Dalam bersosialisasi, anak mengalami suatu proses untuk berprilaku sesuai dengan norma atau adat istiadat dengan lingkungan sosialnya. Proses sosialisasi pada anak tidak selalu berjalan lancar karena anak memiliki keterbatasan. Seiring dengan bertambahnya usia anak dan meningkat tahap perkembanganya, anak akan belajar bersosialisasi dengan lebih baik.
            Kemampuan sosial yang dimiliki anak berbeda-beda ada yang aktif mudah bergaul dan juga ada yang pendiam, tidak bisa beradaptasi sulit bergaul dengan temanya, pemalu, komunikasi tidak lancar. Namun sebagai pendidik atau orangtua hendaknya mengetahui permasalahan dan memberikan solusi bagaimana cara meningkatkan kemampuan sosial pada anak. Anak yang kurang dalam kemampuan sosial dapat terlihat dari prilaku yang dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya dalam kegiatan bermain hanya sendiri cuma melihat teman-temanya yang lagi bermain, sulit untuk berkomunikasi, pemalu, tidak bisa diajak kerjasama, tanggungjawabnya kurang dan sebagainya. Paktor penyebabnya mungkin karena pengaruh pendidikan keluarga atau lingkungan rumah yang terlalu mengekang anak, banyak dilarang, banyak aturan yang selalu membatasi kaktivitas anak  sehingga anak tidak mempunyai keberanian dan tidak mampu untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat.
            Permasalahan yang mendasar pada lingkup perkembangan sosial anak yang dikeluhkan guru Taman Kanak-Kanak Bina Bakti desa Kaso Kec Tambaksari Kab.Ciamis yaitu anak-anak menunjukan keterlambatan dalam keterampilan sosialnya yang ditandai dengan anak-anak yang dalam kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan bermain kemampuan sosialnya masih rendah kurang kerjasama, tidak disiplin, tidak menghargai perbedaan, dan memperlihatkan prilaku sosial yang belum sesuai dengan harapan ini terlihat ketika pelaksanaan kegiatan dengan pembelajaran kooperatif dalam kelompok.Melalui penelitian pada anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak Bina Bakti Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kab. Ciamis dengan keterampilan sosial yang diharapkan berkembang pada anak adalah anak dapat bekerjasama, bergiliran, inisiatif, kepemimpinan, berbagi, disiplin dan partisipasi.
Hasil pengamatan dari kegiatan pembelajaran kooperatif dalam kelompok  di kelompok B TK Bina Bakti pada kegiatan sebelum pra tindakan oleh peneliti, ditemukan bahwa kemampuan sosial yang dimiliki anak terutama dalam bekerjasama, kedisiplinan, dan partisipasi masih kurang. Hasil pengamatan bahwa dari jumlah keseluruhan anak kelompok B  yang berjumlah sepuluh orang, hanya empat orang yang mempunyai kemampuan sosial yang baik, enam orang yang kemampuan sosialnya belum nampak dan tidak ikut serta dalam kegiatan berkelompok hanya sebagai penonton temanya yang sedang melakukan kegiatan.  
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan diketahui faktor penyebab rendahnya kemampuan sosial anak dalam pembelajaran kooperatif adalah faktor dari anak sendiiri, kemampuan anak yang kurang dilatih dan faktor dari guru yang dapat memberikan pembelajaran kurang memberi latihan – latihan yang dapat membantu berkembangnya kemampuan  sosial anak.
Sehubungan dengan uraian  tersebut diatas penulis tertarik melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif guna meningkatkan kemampuan sosial anak kelompok B. 
B.  Fokus Penelitian
            Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi fokus penelitian  pada masalah penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.          Subjek penelitian ini terfokus pada anak kelompok B di Taman Kannak-Kanak PGRI Bina Bakti Desa Kaso Kecamatan Tambaksari kabupaten Ciamis sebanyak lima belas anak.
2.          Penelitian ini lebih terfokus pada penerapan model pembelajaran kooperatif guna meningkatkan kemampuan sosial anak pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak PGRI Bina Bakti Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis.
3.          Penerapan model pembelajaran kooperatif guna meningkatkan kemampuan sosial anak disesuaikan dengan usia anak kelompok B.

C.   Perumusan Masalah  
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini  adalah :
1.          Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif guna meningkatkan kemampuan sosial anak di  kelompok B di Taman Kanak-Kanak Bina Bakti Desa Kaso Kec.Tambaksari Kab.Ciamis ?
2.          Bagaimana meningkatkan aktivitas anak dalam meningkatkan kemampuan sosial anak melalui model pembelajaran kooperatif dalam kelompok ?
3.          Bagaimana peningkatan kemampuan sosial anak setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif di kelompok B di Taman Kanak-Kanak Bina Bakti Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kab. Ciamis ?

D.   Tujuan Penelitian
       Adapun tujuan penelitian ini :
1.          Untuk mendeskripsikan langkah-langkah meningkatkan kemampuan sosial anak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif pada anak kelompok B di Taman Kanak-Kanak Bina Bakti Desa Kaso Kec. Tambaksari Kab.Ciamis.
2.          Untuk mengetahui aktivitas anak dalam  meningkatkan kemampuan sosial  dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif .
3.          Untuk memperoleh gambaran peningkatan kemampuan sosial anak setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif di Taman kanak-Kanak Bina Bakti Desa Kaso Kec. Tambaksari Kab. Ciamis.



E.   Kegunaan Penelitian
1.   Manfaat  Secara Teoritis
a.         Menambah pengetahuan dan pengalaman baik secara teoritis maupun secara  praktek dalam penerapan model pembelajaran kooperatif guna meningkatkan kemampuan sosial anak usia dini pada kelompok B di Taman Kanak-Kanak PGRI Bina Bakti Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. .
b.   Memberikan sumbang pemikiran peneliti kepada Taman Kanak-Kanak PGRI Bina Bakti Desa Kaso Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis berkaitan dengan meningkatkan kemampuan soaial anak dengan penerapan model pembelajaran kooperatif.
2.    Manfaat Secara Praktis 
a.         Bagi Siswa
Siswa dapat pengalaman langsung untuk mengembangkan kemampuan sosial  dalam kegiatan yang menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam  kelompok yang menyenangkan.
b.        Bagi Guru
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membiasakan diri menjadi guru yang reflektif, yang senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran.
c.         Bagi Sekolah
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan citra sebagai sekolah yang efektif, yang membimbing siswa menjadi insan yang cerdas dan komperhensif.


sekripsi lain klik :

resume
skripsi 1
skripsi 2
skripsi 3
skripsi 4 
skripsi 5
skripsi 6
skripsi 7
skripsi 8
skripsi 9
skripsi 10
abstrak
lembar pernyataan
lembar pengesahan skripsi
lembar persetujuan sidang skripsi


No comments:

Post a Comment