BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Pengembangan Kreativitas
a.
Pengertian kreativitas menurut para ahli
psikologi :
Ø
Menurut Widayatun
Kreativitas adalah suatu
kemampuan untuk memecahkan masalah yang memberikan individu menciptakan ide-ide
asli/adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang.
Ø
Menurut Santrock
Kreativitas adalah kemampuan
untuk memikirkan sesuatu dalam cara yang baru dan tidak biasanya serta untuk
mendapatkan solusi-solusi yang unik.
Ø
Menurut Semiawan
Kreativitas adalah kemampuan
untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah.
Ø
Menurut Munandar
Kreativitas adalah kemampuan
untuk mengkombinasikan, memecahkan atau menjawab masalah, dan cerminan
kemampuan operasional kreatif.
Rhodes (1961, dalam Isaksen, 1987) telah menyimpulkan bahwa pada umumnya
kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses (process),
dan produk (product). Kreativitas
dapat pula ditinjau dari
kondisi pribadi dan
lingkungan yang mendorong
(press)
individu ke perilaku kreatif. Kemudian
Rhodes menyebut keempat definisi tentang keativitas ini
sebagai Four P’s of Creativity : person, process, product, press. Berikut
ini akan dijelaskan lebih dalam lagi mengenai definisi tentang kreativitas
melalui pendekatan 4P tersebut.
1. Produk
Pada definisi ini berfokus
pada produk kreatif yang menekankan pada orisinalitas, yang berkemampuan untuk
menghasilkan sesuatu yang baru atau mengkombinasikan sesuatu hal yang sudah ada
sebelumnya. Produk baru dapat disebut karya kreatif jika mendapatkan
pengakuan (penghargaan) oleh masyarakat
pada waktu tertentu. Namun menurut ahli lain pertama-tama bukan suatu karya
kreatif bermakna bagi umum, tetapi yang paling utama adalah bagi si penciptanya
sendiri.
2. Proses
Definisi ini kreativitas
difokuskan kepada proses berpikir yang dapat menciptakan ide-ide baru yang
lebih inovatif dan variatif seperti memikirkan suatu rancangan terbaru yang
harus diciptakan di masa yang akan datang.
3. Pendorong
Definisi ini lebih menekankan
pada faktor dorongan internal dari diri sendiri berupa keinginan untuk
menciptakan menjadi diri yang kreatif, kemudian ditambah dorongan eksternal
dari lingkungan sosial dan psikologis seperti dorongan dari lingkungan
keluarga, pertemanan, dan guru.
4. Pribadi
Pada definisi ini kreativitas
lebih difokuskan pada individunya sendiri, yang dapat disebut sebagai bakat.
Guilford menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan yang ada dalam diri
seseorang, hal ini juga erat kaitannya dengan bakat. Bakat tersebut bisa
seperti : bakat menyanyi, bakat menari, bakat menulis dan sebagainya.
b.
Tujuan Pengembangan Kreativitas
Tertuang pada salah satu buku
karangan S.C. Utami Munandar (2004:6), ada lima alasan mengapa kreativitas
penting untuk dimunculkan, dipupuk, dan dikembngkan dalam diri anak,
diantaranya sebagai berikut :
Pertama, dengan berkreasi anak
dapat mewujudkan dirinya. Perwujudan diri adalah salah satu kebutuhan pokok
manusia sebagaimana yang diungkapkan seorang ahli, Maslow (1968 :7). Salah satu
dari enam kebutuhan pokok seorang manusia adalah aktualisasi/perwujudan diri.
Kedua, dengan kemampuan
berpikir kreatif dimungkinkan dapat melihat berbagai macam penyelesaian suatu
masalah. Mengekspresikan pikiran-pikiran yang berbeda dari orang lain tanpa
dibatasi pada hakikatnya akan mampu melahirkan berbagai macam gagasan.
Ketiga, bersibuk diri secara
kreatif ( sebagaimana kebutuhan anak
usia dini yang selalu sibuk dan ingin tahu) akan memberikan kepuasan kepada
individu tersebut. Hal ini penting untuk diperhatikan karena tingkat
ketercapaian kepuasan seseorang akan mempengaruhi perkembangan sosial
emosionalnya.
Keempat, dengan kreativitas
memungkinkan manusia meningkatkan
kualitas hidupnya. Gagasan-gagasan baru sebagai buah
pemikiran kreatif akan sangat diperlukan untuk menghadapi masa depan yang penuh
tantangan. Untuk itu pemikiran, dan perilaku kreatif sangat perlu dimunculkan,
dipupuk, dan dikembangkan sejak dini.
Berdasarkan alasan diatas maka tujuan
pengembangan kreativitas anak usia dini adalah sebagai berikut :
1. Mengenalkan
cara mengekspesikan diri melalui hasil karya dengan menggunakan teknik-teknik
yang dikuasainya.
2. Mengenalkan cara dalam menemukan alternatif
pemecahan masalah.
3. Membuat anak memiliki sikap keterbukaan
terhadap berbagai pengalaman dengan tingkat kelenturan dalam toleransi yang
tinggi terhadap ketidakpastian.
4. Membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap
apa yang dilakukannya dan sikap menghargai hasil karya orang lain.
5. Membuat anak kreatif, yaitu anak yang
memilki :
a. Kelancaran
untuk mengemukakan gagasan.
b. Kelenturan
untuk mengemukakan berbagai alternatif pemecahan masalah
c.
Orisinalitas dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran.
d. Elaborasi
dalam gagasan.
e. Keuletan
dan kesabaran atau kegigihan dalam menghadapi rintangan dan situasi yang tidak
menentu.
c.
Fungsi Pengembangan Kreativitas Pada Anak
Pelaksanaan pengembangan
kreativitas pada anak merupakan salah satu
sarana pemebelajaran yang menunjang untuk
mengembangkan beberapa aspek perkembangan anak. Hal ini dapat dilihat pada
fungsi pengembangan anak usia dini adalah sebagai berikut :
Pertama, fungsi pengembangan
kreativitas terhadap perkembangan kognitif
anak. Melalui pengembangan kreativitas, anak
memperoleh kesempatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan berekspresi menurut
caranya sendiri. Pemenuhan keinginan itu diperoleh anak dengan menciptakan
sesuatu yang lain dan baru. Kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang baru ini
memupuk sikap anak untuk terus bersibuk diri dengan kegiatan kreatif yang akan
memacu perkembangan kognitif/keterampilan berpikirnya.
Kedua, fungsi pengembangan
kreativitas terhadap kesehatan jiwa. Pengembangan kreativitas mempunyai nilai
terapis karena dalam kegiatan berekspresi itu anak dapat menyalurkan
perasaan-perasaan yang dapat menyebabkan ketegangan-ketegangan pada dirinya
seperti perasaan sedih, kecewa, khawatir, takut, dan lain-lain yang mungkin
tidak dapat dikatakannya. Apabila perasaan-perasaan tersebut tidak disalurkan
maka anak akan hidup dalam ketegangan-ketegangan sehingga jiwanya akan
tertekan. Hal ini akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan tingkah laku
sehingga keseimbangan emosi anak akan terganggu. Dengan demikian orang dewasa dapat
memberikan kegiatan-kegiatan kreativitas kepada anak seperti menggambar, membentuk,
menari dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi alat untuk
menyeimbangkan emosi anak sehingga perkembangan kepribadian anak kembali
harmonis.
Ketiga, fungsi pengembangan
kreativitas terhadap pengembangan estetika.
Disamping kegiatan-kegiatan berekspresi yang sifatnya
menciptakan, anak dibiasakan dan dilatih untuk menghayati bermacam-macam
keindahan seperti keindahan alam, lukisan, tarian, musik dan sebagainya. Dengan
kegiatan tersebut maka anak akan senantiasa menyerap pengaruh indah yang
didengar, dilihat dan dihayatinya. Ini berarti perasaan estetis atau perasaan
keindahan anak terbina dan terkembangkan.
Pada akhirnya anak akan
memperoleh kecakapan untuk merasakan, membeda-bedakan, menghargai keindahan,
yang akan mengantar dan akan mempengaruhi (kehalusan) budi pekertinya. Dengan
demikian anak didekatkan kepada sifat-sifat yang indah dan baik dalam
kehidupannya sebagai manusia.
d.
Ruang Lingkup Pengembangan Kreativitas
Dengan tujuan dan fungsi
pengembangan kreativitas sebagaimana yang telah dipaparkan di atas maka ruang
lingkup pengembangan kreativitas harus ada dalam seluruh bidang pengembangan di
Paud. Dengan demikian pengembangan kreativitas tidak hanya ada pada bidang
pengembangan kemampuan dasar seni melainkan ada pada kemampuan dasar bahasa,
kognitif, fisik/motorik.
Bidang pengembangan seni
mencakup kemampuan mengekspresikan diri melalui media kreatif seperti
menggambar dengan arang, melukis dengan cat, merobek, membentuk dengan
plastisin, kemampuan mengekspresikan gerak maupun membuat alat musik serta
menciptakan permainan sendiri dengan pasir, air, maupun bermain peran.
Bidang kognitif mencakup
kemampuan memecahkan sendiri masalah-masalah
sekaligus mencari alternatif
pemecahannya, misalnya permainan
dengan menggunakan indera
peraba untuk mengasosiasikan benda, memperkirakan sesuatu berdasarkan gejala
yang muncul, membayangkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi dan lain-lain.
Pada bidang pengembangan fisik
/motorik mencakup kemampuan untuk
menciptakan gerakan-gerakan jasmani secara bebas
menurut karagannya sendiri.
2.
Seni Kolase
a. Pengertian Kolase
Agar dapat memahami tentang
seni kolase terlebih dahulu perlu mengetahui apa sebenarnya arti kolase. Kata
kolase dalam bahasa Inggris disebut “collage”,
berasal dari kata “coller” dalam
bahasa Prancis yang berarti merekat. Selanjutnya kolase dipahami sebagai sebuah
teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat seperti kertas, kain,
kaca, logam dan lain sebagainya, atau dikombinasikan dengan penggunaan cat atau
teknik lainya (Susanto M, 2002 : 63).
Kolase adalah sebuah teknik
menempel berbagai macam unsur ke dalam satu frame sehingga menghasilkan karya
seni yang baru. Dengan demikian, kolase adalah karya seni rupa yang dibuat
dengan cara menempelkan bahan apa saja ke dalam satu komposisi yang serasi
sehingga menjadi satu kesatuan karya. Kata kunci yang menjadi esensi dari
kolase adalah “menempel atau merekatkan” bahan apa saja yang serasi. Karya
kolase bisa berwujud sebuah karya utuh atau hanya merupakan bagian dari sebuah
karya, misalnya lukisan yang menambahkan unsur tempelan sebagai elemen estetik.
b. Kolase dan Awal Perkembangannya
Dalam kehidupan, manusia
senantiasa membutuhkan dan mencari nilai keindahan. Aktivitas seni termasuk
menghias adalah salah satu cara manusia memenuhi kebutuhan akan keindahan atau
nilai estetis yang diharapkan tersebut. Aktivitas menghias suatu benda yang
bertujuan menambahkan nilai estetisnya dengan cara menempelkan sesuatu atau
berbagai bahan tertentu di permukaan benda tersebut, konon merupakan jenis
kriya tertua yang diciptakan manusia. Menurut para ahli kegiatan ini
diperkirakan bermula di venice menjadi terdepan dalam hal percetakan di Eropa.
Sejak saat itu seni kolase berkembang pesat di Prancis, Inggris, Jerman dan
kota-kota lain di Eropa.
Dalam perkembangannya, kolase
secara kreatif dimanfaatkan sebagai unsur estetis yang personal dalam sebuah
karya lukis, baik dipadukan dengan cat ataupun murni kolase. Kolase menjadi
media yang digemari oleh kalangan seniman dunia. Pablo Picasso, George Braque,
dan Max Ernest terkenal dengan karya-karya lukis mereka yang memanfaatkan
kolase kertas, kain, dan berbagai media lainnya.
c. Jenis Kolase
Karya kolase dapat dibedakan
menjadi beberapa segi yaitu segi fungsi, matra, corak, dan material.
1. Menurut fungsi
Dari segi fungsi kolase dapat
dibedakan atau dikelompokan menjadi dua, yaitu seni murni (fine art) dan seni pakai/terapan (applied art). Seni murni adalah suatu karya
seni yang dibuat
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan artistik.
Orang
menciptakan karya seni
murni umumnya untuk mengekspresikan cita
rasa estetis.
Dan kebebasan berekspresi dalam seni murni sangat diutamakan (Soedarso, 2006 :
101). Fungsi kolase sebagai karya seni murni semata untuk tampilan keindahan
atau nilai estetisnya tanpa ada pertimbangan fungsi praktis. Karya ini mungkin
digunakan sebagai pajangan pada dinding atau penghias dalam
ruangan.
Sedangkan seni terapan atau
seni pakai (applied art) adalah karya
seni rupa yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan praktis. Kolase sebagai seni
terapan berarti dibuat pada benda pakai yang mempunyai fungsi praktis.
Aplikasi kolase sebagai
terapan umumnya lebih menampilkan komposisi dengan kualitas artistik yang
bersifat dekoratif. Sedangkan aplikasi kolase yang lebih bebas sebagai seni
murni, tampak lebih berani dalam mengeksplorasi ide-ide kreatif, bahan dan
teknik untuk menghasilkan karya kolase yang unik.
2. Menurut Matra
Berdasarkan matra jenis kolase
dapat dibagi dua yaitu kolase pada permukaan bidang dua dimensi (dwimatra) dan
kolase pada permukaan bidang tiga dimensi (trimatra). Karya kolase untuk
menghias kendi merupakan kolase pada permukaan bidang tiga dimensi. Sedangkan
karya kolase pada permukaan datar untuk membuat hiasan dinding misalnya dengan
biji-bijian atau potongan perca tergolong kolase dua dimensi.
3. Menurut Corak
Berdasarkan coraknya
wujud kolase dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu
Representatif dan nonrepresentatif. Refresentatif
artinya menggambarkan wujud nyata yang bentuknya masih bisa dikenali. Sedangkan
nonrepresentatif artinya dibuat tanpa menampilkan bentuk yang nyata, bersifat
abstrak, dan hanya menampilkan komposisi unsur visual yang indah.
4. Menurut Material
Material (bahan) apapun dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
kolase
asalkan ditata menjadi komposisi yang menarik atau unik. Berbagai material
kolase tersebut akan direkatkan pada beragam jenis permukaan seperti kayu,
plastik, kertas, kaca, keramik, gerabah, karton dan
sebagainya yang penting rata atau memungkinkan untuk ditempel.
Secara umum jenis bahan baku
kolase dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan-bahan alam (daun, ranting,
bunga kering, biji-bijian, kerang, kulit, batu-batuan dan lain-lain), dan
bahan-bahan bekas sintetis (plastik, serat sintetis, logam, kertas bekas, tutup
botol, bungkus permen/coklat, kain perca dan lain-lain).
sekripsi lain klik :
resume
skripsi 1
skripsi 2
skripsi 3
skripsi 4
skripsi 5
skripsi 6
skripsi 7
skripsi 8
skripsi 9
skripsi 10
abstrak
lembar pernyataan
lembar pengesahan skripsi
lembar persetujuan sidang skripsi
resume
skripsi 1
skripsi 2
skripsi 3
skripsi 4
skripsi 5
skripsi 6
skripsi 7
skripsi 8
skripsi 9
skripsi 10
abstrak
lembar pernyataan
lembar pengesahan skripsi
lembar persetujuan sidang skripsi
d. Peralatan dan Teknik
Perlatan dan teknik yang
digunakan untuk membuat kolase perlu disesuaikan dengan bahan bakunya,
dikarenakan karakter setiap jenis bahan berbeda jenis peralatan dan teknik yang
digunakan untuk membuat kolase berbahan alam berbeda dengan yang digunakan
untuk membuat kolase berbahan sintetis. Secara umum peralatan utama yang
dibutuhkan adalah :
1.
Alat potong : pisau, gunting, cutter, gergaji, tang dan sebagainya.
2.
Bahan perekat :
lem kertas, lem putih/PVC, lem plastik, jarum dan benang
jahit, serta jenis perekat
lainnya (disesuaikan dengan jenis bahan). Lem kertas biasanya dapat digunakan
hanya untuk menempelkan bahan kertas yang tipis, namun dengan bahan yang agak
tebal sebaiknya digunakan lem yang lebih kuat rekatannya yaitu jenis lem putih
seperti lem Fox. Bila menggunakan bahan yang membutuhkan tingkat rekat yang
lebih tinggi, maka gunakan lem yang mudah kering dan berdaya rekat kuat yaitu
jenis Alteco atau Uhu cair
baik dalam kemasan tube ataupun kaleng.
Dalam hal teknik, pada umumnya
karya kolase dapat dibuat dengan teknik yang bervariasi, seperti teknik sobek,
teknik gunting, teknik potong, teknik rakit, teknik rekat, teknik jahit, teknik
ikat dan sebagainya. Dua atau lebih teknik pun dapat dikombinasikan untuk
membuat sebuah karya kolase.
Berbagai metode yang digunakan
untuk membuat kolase antara lain :
·
Tumpang tindih atau saling tutup (overlapping)
·
Penataan ruang (spatial
arrangement)
·
Repetisi/pengulangan (repetition)
·
Komposisi/kombinasi beragam jenis tekstur dari
berbagai material
e. Unsur Dasar dan Prinsip Kolase
1. Unsur Dasar Kolase
Sebagai karya seni rupa,
kolase memiliki susunan unsur-unsur dasar visual. Berbagai unsur rupa yang
berbeda karakternya dipadukan dalam suatu komposisi untuk mengekspresikan
gagasan artistik atau makna tertentu. Yang dimaksud dengan unsur-unsur rupa adalah aspek-aspek
bentuk yang telihat konkrit, yang dalam
kenyataannya saling terkait dan tidak mudah dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Tampilan keseluruhan menentukan perwujudan dan makna aspek bentuk itu
sendiri.
Unsur-unsur rupa yang terdapat
pada kolase antara lain:
§
Titik dan bintik. Titik adalah unit unsur rupa terkecil
yang tidak memiliki
ukuran panjang dan lebar. Sedangkan bintik
adalah titik yang sedikit lebih
besar, misalnya butiran pasir
laut. Sedangkan bintik dapat diwujudkan dengan
bahan seperti kerikil kecil atau biji-bijian
yang berukuran kecil dan sejenisnya.
§
Garis. Garis merupakan perpanjangan dari titik yang
memiliki ukuran panjang namun relatif tidak memiliki lebar. Ditinjau dari
jenisnya, garis dapat dibedakan menjadi garis lurus, garis lengkung, garis
putus-putus, dan garis spiral. Unsur garis pada kolase dapat diwujudkan dengan
potongan kawat, lidi, batang korek, benang, dan sebagainya. Garis dapat pula
terbentuk dari batas warna yang berdempetan.
§
Bidang. Bidang adalah area yang merupakan unsur rupa
yang terjadi karena pertemuan beberapa garis dan memiliki dimensi panjang dan
lebar. Bidang dapat dibedakan menjadi bidang horizontal, vertikal, dan
diagonal. Dapat pula dibedakan menjadi bidang geometris dan non-geometris. Yang
temasuk bidang geometris adalah lingkaran, segitiga, segi empat, elips,
setengah lingkaran, dan sebagainya. Bidang geometris memiliki kesan formal,
sedangkan bidang non-geometrris bentuknya tak beraturan, memiliki kesan tidak
formal, santai, dan dinamis. Aplikasi unsur bidang pada kolase juga bisa berupa
bidang datar (dua dimensi) dan bidang bervolume (tiga dimensi).
§
Warna. Warna merupakan
unsur rupa yang
terpenting dan salah satu wujud
keindahan yang dapat diserap
oleh indera penglihatan manusia. Warna secara nyata dapat dibedakan menjadi
warna primer, sekunder dan tersier. Unsur warna pada kolase dapat diwujudkan
dari unsur cat, pita/renda kertas warna, kain warna-warni dan sebagainya.
§
Bentuk. Bentuk dapat diartikan
bangun, rupa, dan wujud. Bentuk dalam
pengertian dua dimensi akan
berupa gambar yang tak bervolume, sedang dalam
pengertian tiga dimensi
memiliki ruang dan volume. Bentuk juga bisa dibagi
menjadi bentuk gemetris dan
non-geometris/
§
Gelap-terang. Gelap-terang adalah tingkatan value yang bisa terjadi antara hitam dan
putih atau antara warna gelap dan warna terang. Dalam membuat karya kolase,
unsur visual gelap-terang sangat penting untuk memberikan penonjolan pada unsur tertentu atau untuk memberikan
kesan kontras, kesan ruang, kesan jauh-dekat, dan kesan volume atau gempal.
§
Tekstur. Tekstur merupakan nilai , sifat, atau
karakter dari permukaan suatu benda, seperti halus, kasar, bergelombang,
lembut, lunak, keras dan sebagainya. Tekstur secara visual dapat dibedakan
menjadi tekstur nyata (terlihat kasar, diraba kasar) dan tekstur semu (dilihat
kasar, diraba halus). Unsur tekstur nyata pada kolase dapat berupa kapas,
karung goni, kain sutra, ampelas, sabut kelapa, karet busa, dan sebagainya.
Sedangakan tekstur semu dapat berupa hasil cetakan
irisan belimbing, tekstur koin di kertas.
2. Prinsip Rancangan Kolase
Prinsip rancangan penting
diperhatikan dalam menata komposisi suatu kolase karena keindahan atau keunikan
struktur dan keutuhan maknanya ditentukan oleh ketepatan dalam mengolah beragam
unsur rupa sesuai prinsip rancangan. Beberapa prinsip rancangan
yang dapat diaplikasikan pada kolase antara lain :
Ø
Irama. Pengulangan unsur-unsur rupa yang diatur
sedemikian rupa. Jenis pengulangan antara lain: pengulangan sejenis (repetitif),
pengulangan alternatif, dan pengulangan progresif.
Ø
Keseimbangan. Kesamaan bobot dari berbagai unsur rupa
yang dipadukan
sehingga menjadi sebuah
komposisi yang harmonis. Jumlah unsur rupa yang
dipadukan mungkin tidak sama
namun nilai bobotnya seimbang. Keseimbangan ada beberapa jenis, antara lain:
keseimbangan sentral/terpusat, keseimbangan diagonal,keseimbangan simetris, dan
keseimbangan asimetris.
Ø
Kesatuan. Susunan unsur-unsur rupa yang saling
bertautan dan membentuk komposisi yang harmonis dan utuh, sehingga tidak ada
bagian yang berdiri sendiri. Untuk menciptakan kesatuan, unsur rupa yang
digunakan tidak harus seragam,tetapi dapat bervariasi dalam bentuk,
warna,tekstur dan bahan.
Ø
Pusat perhatian. Unsur yang sangat menonjol atau
berbeda dengan unsur-unsur yang ada disekitarnya. Untuk menciptakan pusat
perhatian pada kolase, kita dapat menempatkan unsur yang paling dominan atau
kontras di sekitar unsur lainnya dengan cara memberikan perbedaan dari segi
tekstur, bentuk, ukuran, ataupun warna (Supriyono,2010:87-98).
3.
Berkreasi Kolase Sederhana
Karya kolase
dapat dibuat dari bahan yang ada di sekitar kita, baik bahan alam maupun bahan
sintetis. Dari bahan-bahan tersebut dapat dimunculkan ide-ide kreatif yang
segar yang bisa menghasilkan kreasi-kreasi kolase unik dan
bermanfaat.Selanjutnya bahan yang sudah tersedia disusun sesuai
jenisnya.kemudian dipotong-potong sesuai ukuran dan bentuk yang diinginkan.
Tempelkan bahan-bahan tersebut menurut bentuk dan komposisi yang dikehendaki
hingga karya kolase selesai dan bisa dinikmati hasilnya.
Untuk
mendapatkan hasil kolase yang lebih baik, maka perlu diperhatikan
beberapa hal:
§
Usahakan semua bidang tertutup oleh bahan yang
ditempelkan (tidak banyak
bidang kosong).
§
Perhatikan prinsip-prinsip rancangan dalam menyusun
bahan-bahan.
§
Gunakan perekat menurut jenis bahan yang akan
ditempel. Untuk merekatkan kertas tipis cukup menggunakan lem kertas. Tetapi
bila bahan yang direkatkan tebal atau gampang lepas, maka gunakan lem yang
lebih kuat yaitu lem putih atau lem Alteco.
§
Gunakan bahan yang agak tebal dan kaku untuk bidang
dasar yang akan ditempel misalnya kertas karton, duplex, tripleks atau bahan
lain yang sejenis.
Karya kolase yang kurang
memaksimalkan kemanfaatan bidang yang tersedia ( tidak semua bidang diisi oleh
tempelan) terkesan belum selesai dan
terlalu sederhana. Usahakan semua bidang yang tersedia diisi
tempelan secara optimal
dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip rancangan.
B.
Model Tindakan
Terdapat empat macam bentuk atau metode penelitian tindakan
kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR), yaitu:
(1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) pelitian
tindakan simultan terintegrasi, (4 ) penelitian
tindakan administrasi sosial
eksperimental. menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh
kasbolah,(2000) ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada : (1) tujuan
utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti
dan peneliti luar, (3) proses yang digunakan dalam melaksanakan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek
dengan sekolah. Keempat bentuk
PTK di atas telah diuraikan Kasbolah sebagai berikut:
1. Penelitian Tindakan Guru
sebagai Peneliti
Bentuk penelitian
tindakan kelas yang memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri penting yaitu
sangat berperannya guru itu sendiri dalam proses penelitian tindakan kelas.
Dalam bentuk ini tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas.
Dalam kegiatan ini guru terlibat langsung
secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.Dalam
penelitian semacam ini, guru mendapat problema sendiri untuk dipecahkan melalui
penelitian tindakan kelas. Jika dalam penelitian ini, peneliti melibatkan pihak
lain, maka perannya tidak dominan.
Sebaliknya
keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mencari dan
mempertajam persoalan-persoalan pembelajaran
yang dihadapi oleh guru yang sekiranya layak untuk dipecahkan melalui
penelitian-penelitian tindakan kelas. Jadi, guru di dalam melaksanakan penelitian tindakan berperan sebagai peneliti.
Sedangkan pihak luar sebenarnya peranannya sangat kecil dalam proses penelitian
itu.
2. Penelitian Tindakan Kolaboratif
Penelitian
tindakan ini melibatkan beberapa pihak, yaitu guru, kepala sekolah, dosen LPTK,
dan orang lain yang terlibat menjadi satu tim secara serentak melakukan
penelitian dengan tiga tujuan, yaitu: (1) meningkatkan praktik pembelajaran,(2)
menyumbang pada perkembangan teori, dan (3) meningkatkan
karir guru.
Bentuk
penelitian tindakan seperti ini selalu dirancang dan dilaksanakan
oleh suatu tim
peneliti yang terdiri dari guru, dosen LPTK, atau kepala sekolah. Hubungan antara guru dengan dosen
bersifat kemitraan sehingga mereka dapat duduk bersama
memikirkan persoalan-persoalan yang akan diteliti melalui penelitian tindakan kelas yang
kolaboratif.
Dalam proses
penelitian seperti ini, pihak luar semata hanya bertindak sebagai inovator.
Sedangkan guru juga dapat melakukannya melalui bekerja sama dengan dosen LPTK.
Dengan suasana bekerja seperti itu guru dan
dosen dapat saling mengenal, saling
belajar, dan saling mengisi proses peningkatan profesionalisme masing-masing
3. Penelitian
Tindakan Simultan Terintegrasi
Penelitian
tindakan terintegrasi adalah bentuk penelitian tindakan yang bertujuan untuk
dua hal sekaligus, yaitu untuk memecahkan persoalan praktis dalam pembelajara
dan menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran di kelas.
Dalam pelaksanaan tindakan kelas yang demikian, guru dilibatkan dalam proses
penelitian kelasnya, terutama pada aspek aksi dan refleksi terhadap
praktik-praktik pembelajaran di kelas.
Dalam hal
ini, persoalan- persoalan pembelajaran yang diteliti muncul dan diidentifikasi
oleh peneliti dari luar bukan guru. Jadi dalam bentuk ini guru bukan pencetus
gagasan terhadap permasalahan apa yang harus diteliti dalam kelasnya sendiri.
Dengan demikian guru bukan inovator dalam penelitian ini dan sebaliknya yang
mengambil posisi inovator adalah peneliti lain di luar guru.
4. Penlitian
Tindakan Administrasi Sosial Eksperimental
Ada suatu bentuk
penelitian tindakan yang
pelaksanaannya lebih
meningkatkan dampak
kebijakan dan praktik. Dalam penelitian tindakan ini guru tidak dilibatkan
dalam menyusun perencanaan, melakukan tindakan, dan refleksi terhadap praktik
pembelajarannya sendiri di dalam kelas. Jadi sebenarnya guru
tidak banyak
memberikan masukan
dalam proses pelaksanaan
penelitian
tindakan jenis
ini.
Tanggung jawab penuh penelitian tindakan ini
terletak pada pihak luar, meskipun objek penelitian itu terletak di dalam
kelas. Dalam melakukan penelitian tindakan administrasi sosial eksperimental,
peneliti bekerja atas dasar hipotesis tertentu.
Peneliti luar yang membuat rencana tindakan dan kegiatan pelaksanaan penelitiannya mengacu
pada hipotesis tertentu. Selanjutnya peneliti melakukan berbagai tes yang ada
dalam eksperimennya.
Jadi
berdasarkan uraian di atas dapat
disarikan bahwa dalam rangka upaya menambah pemahaman dan wawasan tentang
penelitian tindakan kelas perlu diketahui beberapa model dan bentuk penelitian
tindakan. Bentuk penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah bentuk penelitian tindakan kolaboratif (collaborative
action research) dan model tindakan
yang akan diteliti yaitu model John Elliot. John Elliot mengembangkan konsep
dasar Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Model john
Elliot tampak lebih detail dan rinci.
Karena dalam setiap siklus dimungkinkan
terdiri dari beberapa aksi). Sementara itu.setiap aksi kemungkinan terdiri dari
beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar. Skema
model penelitian yang dikemukakan oleh John Elliot
digambarkan
sebagai berikut.
sekripsi lain klik :
resume
skripsi 1
skripsi 2
skripsi 3
skripsi 4
skripsi 5
skripsi 6
skripsi 7
skripsi 8
skripsi 9
skripsi 10
abstrak
lembar pernyataan
lembar pengesahan skripsi
lembar persetujuan sidang skripsi
Perencanaan
|
Pengamatan
|
Pelaksanaan
|
SIKLUS 2
|
Pengamatan
|
Refleksi
|
Perencanaan
|
Refleksi
|
SIKLUS 1
|
Pelaksanaan
|
Gambar 1
Desain PTK
Model John Elliot
No comments:
Post a Comment