BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah salah satu makhluk yang
diciptakan Allah SWT yang memilki karakteristik yang khas. Untuk memahami
siapakah manusiai itu? Maka, manusia harus dikaji sebagai obyek yang menyeluruh
dan mendalam yaitu dengan memahami potensi kehidupan yang mempengaruhi
hidupnya. Sedangkan akal tidak termasuk dalam potensi kehidupan. Sebab
manusia dapat hidup meskipun akalnya hilang. Namun akal merupakan kelebihan
yang diberikan kepada manusia. Dari akal pikiran manusia timbulah
rasa ingin tahu, rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal,
memahami, dan menjelaskan berbagai hal yang ada dan juga berusaha untuk
memecahkan persoalan yang dihadapinya. Semua ini menyebabkan manusia
mendapatkan pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula
terbatas. Pada manusia kuno, untuk memuaskan diri, mereka mencoba
membuat jawaban sendiri. Dengan menggunakan logika, muncullah pengetahuan yang
berkuasa pada lautan, hutan, dan seterusnya. Pengetahuan baru yang
merupakan kombinasi antara pengalaman-pengalaman dan kepercayaan disebut mitos.
Dengan demikian seiring perkembangan zaman pola pikir manusia akan
terus-menurus berubah-ubah.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Perkembangan
Wawasan Pengetahuan Manusia?
2.
Bagaimana proses
lahirnya ilmu pengetahuan alam modern?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahuiPerkembangan Wawasan Pengetahuan Manusia
2.
Untuk mengetahui
proses lahirnya ilmu pengetahuan alam modern serta metode, sikap dan
langkah-langkah operasionalnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Wawasan Pengetahuan Manusia
1. Rasa Ingin Tahu
Menurut ilmu alamiah bahwa manusia itu
mempunyai ciri-ciri, yaitu jasmaniah komplek, mengalami metabolisme atau
pertukaran zat, bergerak, mudah terangsang oleh lingkungan, mempunyai potensi
untuk berkembang-biak, dan pada akhirnya akan mati. Dari ciri-ciri di atas
ternyata manusia itu sama dengan binatang atau makhluk lain.
Rasa ingin tahu yang dimiliki makhluk
lain, seperti air dan udara atau benda mati lainnya, bukanlah atas kehendaknya
sendiri, melainkan akibat dari pengaruh ilmiah yang bersifat kekal. Makhluk-makhluk
hidup seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang rasa ingin tahunya dengan cara
pertumbuhan atau berpindah, namun pertumbuhan atau gerakan itu terbatas, yaitu
untuk mempertahankan kelestarian hidupnya yang bersifat tetap dan berlangsung
sepanjang zaman.
Kehendak untuk berpindah dari suatu
tempat ke tempat lain yang dilakukan oleh binatang, yaitu untuk mengetahui
apakah di tempat itu ada cukup makanan untuknya sendiri atau bersama yang lain?
Apakah suatu tempat cukup aman untuk membuat sarang? dan sebagainya, merupakan
pengetahuan bagi binatang. Namun, pengetahuan itu tidak berubah dari zaman ke
zaman (instink).
Bagaimana halnya dengan manusia? Manusia
juga memiliki instinkseperti yang dimiliki oleh hewan dan
tumbuh-tumbuhan. Tetapi, tidak tetap sepanjang zaman. Itulah perbedaan manusia
dengan makhluk lain dalam hal rasa ingin tahu.
2. Mitos
ProsesPerkembangan Wawasan Pengetahuan
Manusia selanjutnya setelah rasa ingin tahu adalah mitos.
A.
Pengertian Mitos
Mitos adalah suatu pengetahuan
berdasarkan penghayatan digabungkan dengan pengalaman dan didasarkan dengan
kepercayaan. Dalam istilah lain disebutkan bahwa mitos adalah pengetahuan baru
yang merupakan kombinasi antara pengalaman-pengalaman dan kepercayaan. Dalam
kajian ilmu filsafat, mitos ini dibuang jauh-jauh karena tidak sesuai dengan
akal sehat atau rasio manusia.
B. Sejarah Mitos
Bermula dari rasa ingin tahu yang tinggi
yang merupakan ciri khas manusia, selanjutnya berkembang apa yang dinamakan
mitos. Masyarakat zaman pra Yunani Kuno sekitar tahun 15 – 7 SM. Percaya pada
mitos dan itu merupakan salah satu jaaban yang dihubungkan dengan pengalaman
dan kepercayaan saat itu. Untuk itulah manusia mereka-reka sendiri jawban atau
keingintahuan itu. Sebagai contoh; apakah pelangi itu? Karena tidak dapat
dijawab. Maka mereka-reka jawban bahwa pelangi adalah selendang
"bidadari", maka timbullah pengetahuan baru yaitu
"bidadari".
Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman
Babylonia, yaitu kira-kira 700 – 600 SM. Maka pada zaman itu manusia ada yang
pro dan ada juga yang kontra pada mitos
C. Timbulnya Mitos
Mitos timbul disebabkan antara lain oleh keterbatasan
alat indra manusia:
a.
Keterbatasan
pengetahuan
Keterbatasan
pengetahuan ini disebabkan oleh keterbatasan penginderaan, baik langsung maupun
tidak langsung.
b.
Keterbatasan penalaran
Yang dimaksud
keterbatasan penalaran di sini adalah keterbatasan manusia dalam pemikirannya.
c.
Ingin segera mendapat
jawaban
Karena fenomena alam
yang terjadi pada masa lalu mendesak manusia untuk mengemukakan jawaban, maka
timbullah mitos dan ini merupakan jawaban kenapa mitos diterima pada masa itu.
3. Mitos antara Pro dan Kontra
Masyarakat dahulu dapat menerima mitos karena
keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan pemikirannya, sedangkan hasrat ingin
tahunya berkembang terus. Itulah sebabnya mitos merupakan
jawaban yang paling memuaskan pada zaman itu.
Puncak hasil pemikiran seperti di atas,
terjadi pada zaman Babylonia, yaitu kira-kira 700-600 SM. Kita ambil salah satu
contoh, di antaranyaHeroskop atau ramalan nasib manusia berdasarkan
perbintangan. Masyarakat waktu itu, bahkan mungkin masih ada pada masa
sekarang, dapat menerima karena pengetahuan yang mereka peroleh dari kenyataan
pengamatan dan pengalaman tidak dapat digunakan untuk memacahkan masalah hidup
yang mereka hadapi, ini merupakan contoh orang-orang yang pro akan mitos.
Kemampuan berpikir manusia semakin maju disertai perlengkapan pengamatan,
misalnya teropong bintang, maka mitos dengan berbagai
legendanya makin ditinggalkan dan beralih kepada akal sehat. Inilah contoh dari
orang-orang yang kontra akan mitos.
Orang-orang Yunani yang patut dicatat
sebagai pelopor perubahan, sebagaimana yang telah dijelaskan sedikit pada sub
bahasan A adalah sebagai berikut:
a.
Anaximander (610 – 546
SM),
b.
Anaximanes (560 – 520
SM.),
c.
Herakleitos (560 – 570
SM,),
d.
Phytagoras (+ 500
SM.),
e.
Demokritas (460-370
SM.),
f.
Empedokles (480-430
SM.),
g.
Plato (427-345 SM.),
h.
Aristoteles (384-322
SM.),
i.
Ptolomeus (127 – 151
M.),
j.
Ibn Shina (abad 11),
B.
Lahirnya Ipa Modern Sebagai Bukti Berkembangnya Wawasan Pengetahuan
Manusia
Pada mulanya manusia percaya mitos yang
sekarang dinilai sebagai pengetahuan semu (pseduo knowledge). Mengapa? Karena
mitos tidak pernah memuaskan maka dicarilah pengetahuan sesungguhnya (pure
science). Objek utama yang dipikirkan manusia adalah alam sehingga lahirlah
pengetahuan alam (natural science). Untuk menemukan ilmu pengetahuan, harus
digunakan perpaduan antara rasionalisme dan empirisme, yang dikenal sebagai
metode keilmuan atau pendekatan ilmiah.
Pengetahuan yang disusun dengan cara
pendekatan ilmiah atau metode keilmuan, diperoleh melalui kegiatan penelitian
ilmiah. Penelitian ilmiah ini dilaksanakan secara sistematik dan terkontrol
berdasarkan atas data-data empiris. Kesimpulan dari penelitian ini dapat
menghasilkan suatu teori. Teori ini masih dapat menghasilkan suatu teori dan
masih dapat diuji konsistensi serta kemantapannya. Metode keilmuan itu bersifat
objektif, bebas dari keyakinan perasaan dan prasangka pribadi serta bersifat
terbuka.
Jadi, suatu ilmu pengetahuan dapat
digolongkan sebagai ilmu pengetahuan bilamana cara memperolehnya menggunakan
metode keilmuan, yaitu gabungan rasionalisme dan emperisme. Secara lengkap
dapat dikatakan bahwa suatu himpunan pengetahuan dapat disebut IPA bilamana
persyaratan berikut: objeknya pengalaman manusia yang berupa gejala-gejala
alam, yang dikumpulkan melalui metode keilmuan serta mempunyai manfaat untuk
kesejahteraan manusia. Kapan ilmu pengetahuan (sains) lahir ? secara
waktu mungkin sulit untuk ditetapkan tetapi yang jelas sesuatu dinyatakan
pengetahuan sains adalah apabila pendekatan kebenaran tertumpu pada rational
approach and empiric approach yakni kebenaran yang secara rasional dapat
dimengerti dan difahami serta dibuktikan secara fakta dan menggunakan peralatan
ilmiah.
1. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pendekatan
disipliner dan pendekatan ilmu pengetahuan yang fungsional terhadap masalah
tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia; PN Balai Pustaka, 1989). Pendekatan
ilmiah wujudnya adalah metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang
didapat lewat metode ilmiah.
Untuk mencapai kebenaran, yaitu
kesesuaian antara pengetahuan itu sendiri dengan faktanya maka
di butuhkan suatu metode atau cara yang tepat. Dan ini disebut dengan
metode ilmiah.
2. Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau
dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah
proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan
terkontrol.
1.
Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah
berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya.
Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi,
atau simpulan, bukan pula berdasarkan data atau fakta khusus. Proses
berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk
memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan
masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan
permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
2.
Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah,
proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses
berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah
hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir
dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.
3.
Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah
selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang
hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang
diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data
empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila
sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah
sebuah bentuk metode ilmiah.
4.
Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan
metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya
terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara
sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan
kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah
tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan
secara sadar dan terkontrol.
3. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah adalah sikap yang seharusnya
dimiliki oleh seorang peneliti, untuk dapat melalui proses penelitian yang baik
dan hasil yang baik pula.
Sikap-sikap Ilmiah meliputi:
(1)
Obyektif terhadap
fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri
oleh perasaan senang atau tidak senang.Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti
pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3,
padahal seharusnya 0,005m3.
(2)
Tidak tergesa-gesa
mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu. Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil
pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka
dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum
data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
(3)
Berhati terbuka artinya
bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut
bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain
memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak
ragu menolak temuannya sendiri.
(4)
Tidak mencampuradukkan
fakta dengan pendapat. Contoh: Tinggi batang
kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima
hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A
terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.
(5)
Bersikap
hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara
kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu
bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak
cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh
kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.
(6)
Sikap ingin menyelidiki
atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi seorang
ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal
penting dan layak untuk diselidiki.apabila menghadapi suatu masalah yang baru
dikenalnya,maka ia beruasaha mengetahuinya; senang mengajukan pertanyaan
tentang obyek dan peristiwa; kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin
untuk menyelidiki suatu masalah; memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam
menyelesaikan eksprimen.
(7)
Sikap menghargai karya
orang lain, Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain sebagai
karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau bangsa
lain.
(8)
Sikap tekun, Tidak bosan
mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang hasilnya meragukan’
tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila belum selesai;
terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut ilmu alamiah bahwa manusia itu mempunyai ciri-ciri yang kompleks, yang
sama dengan makhluk lainnya, akan tetapi manusia juga mempunyai perbedaan
tersendiri dari makhluk lainnya.Yang membedakan adalah manusia di karuniai oleh
Allah SWT akal pikiran yang menjadi kelebihan tersendiri dari makhluk Allah
yang lain,karena dengan akal manusia jadi mempunyai rasa ingin tau tentang apa
yang dilihatnya.
Mitos adalah suatu
pengetahuan berdasarkan penghayatan digabungkan dengan pengalaman dan
didasarkan dengan kepercayaan, Bermula dari rasa ingin tahu yang tinggi yang
merupakan ciri khas manusia.
Seiring berjalannya
waktu,pengertian tentang mitos dan lain sebangainya pun hilang dengan datangnya
ilmu pengetahuan modern yang menjadi bukti bahwa wawasan manusia tentang ilmu
pengetahuan semakin berkembang. Dan ilmu pengetahuan modern ini pun mempunyai metode-metode
yang sistematis,empiris dan terkontrol.
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Mawardi, Nur Hayati.IAD-ISD-IBD.
Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Abdurrahman, Hafidz.
Islam: Politik dan Spiritual (Singapore: Lisan Ul-Haq,1998)
Trianto, Wawasan Ilmu
Alamiah Dasar, (Jakarta: Prestasi Pustaka,2007)
Mien Roosmini dkk,
Ilmu Alamiah Dasar. Semarang: IKIP,1989
No comments:
Post a Comment