BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN
1.1. Pelaksanaan Pnelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan.
Sebelum
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti membuat rencana kegiatan
pembelajaran agar dalam pelaksanaannya dapat berhasil dengan baik dan sesuai
harapan.
Peneliti
mempersiapkan RKH yang akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan
langkah-lankgah pembelajaran, serta lembar evaluasi yang digunakan untuk
mengukur kemampuan atau prestasi siswa, dan lembar analisis untuk mencatat
nilai yang diperoleh siswa saat mengikuti pembelajaran tes berhitung permulaan
dengan jarimatika.
No
|
Komponen
|
Keterangan
|
1
|
RKH
|
1 (satu) set
|
2
|
Lembar pengamatan
|
Dibuat untuk siswa dan guru
|
3
|
Lembar Evaluasi
|
Dibuat sejumlah siswa
|
4
|
Lembar Analisis
|
Dibuat untuk siswa
|
Tabel 4.1 komponen-komponen yang dipersiapkan dalam
siklus.
b. Tindakan.
Setelah semua
komponen diatas dipersiapkan, peneliti dibantu dengan teman sejawat sebagai
Observer melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan
melalui metode jarimatika.
Tindakan perbaikan
pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika dilaksanakan dalam
dua pertemuan. Pada akhir pertemuan peneliti memberikan review kepada siswa
untuk mengetahui seberapa pemahaman dan kemampuan siswa dalam menggunakan
jari-jari tangannya sesuai dengan proses berhitung jarimatika yang telah
diajarkan. Pelaksanaan tindakan dapat diuruaikan sebagai berikut :
1.
Pertemuan pertama (RKH – 1)
Tahap awal : salam, berdo`a, menyanyi lagu satu tambah
satu dilanjutkan dengan bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang dari 1 – 9
dengan menggunakan yel-yel jarimatika yaitu dengan jari-jari tangan, kemudian
anak mengikutinya sampai paham dan mampu untuk membuka dan menutup jari-jarinya
dengan sempurna.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari
dilanjutkan dengan mengingat yel-yel yang diajarkan kemudian berdo`a, salam,
pulang.
2.
Pertemuan ke dua (RKH – 2)
Tahap awal : salam, berdo`a, dilanjutkan dengan
yel-yel jarimatika.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang cara atau
proses berhitung penambahan dan pengurangan dengan jarimatika dari 1 – 4 dan
diikuti oleh anak-anak. Kemudian anak diberi soal untuk diselesaikan
bersama-sama dengan guru.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dan
postest tambah kurang 1 – 4 yang telah diajarkan kemudian berdo`a, salam,
pulang.
3.
Pertemuan ketiga (RKH – 3)
Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika
dilanjutkan dengan review tambah kurang dari 1 – 4.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang dari 5 – 9
dengan jarimatika diikuti oleh anak dan
dilanjutkan dengan menyebutkan hasil tambah kurang dari 5 – 9 dengan jarimatika
sampai paham dan mampu memposisikan jari-jari tangannya dengan sempurna.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari
postest tambah kurang dari 5 - 9 kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.
Pertemuan keempat (RKH – 4)
Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika.
Tahap inti : reiew tambah kurang dari 1 – 9 dilanjutkan
dengan mengerjakan soal dilembar kerja, guru sifatnya mengamati dan membantu
anak yang mengalami kesulitan
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari
dilanjutkan dengan postest kemudian berdo`a, salam, pulang.
5.
Pertemuan kelima (RKH - 5)
Tahap awal : salam, berdo`a, review tambah kurang dari
1 – 9.
Tahap inti : pemberian tugas menyebutkan hasil tambah
kurang dari 1 – 9 dilembar kerja dengan guru sebagai pengawasnya.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari
dilanjutkan dengan postest tambah kurang dari 1 - 9 kemudian berdo`a, salam,
pulang.
6.
Pengamatan/Observasi.
Observasi
merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan dalam melaksanakan konteks
penelitian tindakan kelas merupakan aktvitas yang dirancang dengan sengaja
untuk menghasilkan adanya peningkatan dalam praktek pendidikan dan pengajaran
dalam kondisi kelas tertentu.
Observasi
berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh pelaksanaan tindakan yang dapat
diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dilakukan
peneliti pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan mencatat apa
saja yang diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung kedalam lembar
pengamatan yang telah dipersiapkan. Selain itu perencanaan observasi bersifat
fleksibel dan terbuka dengan mencatat hal-hal yang tidak terduga ke dalam
jurnal, yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran
berlangsung.
1.2. Hasil Penelitian
1. Siklus I
Pada studi awal, banyaknya siswa yang mampu berhitung hanya 4 siswa atau
27 % dari 15 siswa yang ada. Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi
belajar dan metode pembelajaran yang mudah bagi siswa. Melihat kemampuan
berhitung siswa yang demikian kiranya diperlukan tindakan perbaikan
pembelajaran yang lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa
termotivasi untuk mengikutinya dan dapat Meningkatkan kemampuan siswa dalam
berhitung permulaan.
Pada tindakan
perbaikan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika siklus I
diadakan review dan tes untuk 15 siswa dan hasilnya ada 7 siswa (47%) mampu dan dapat berhitung dengan mudah.
Peningkatan ini karena dalam tindakan perbaikan pembelajaran peneliti
menggunkaan metode jarimatika penambahan dan pengurangan dengan jari-jari
tangan untuk alat bantunya dan akan menarik minat anak karena dilakukan dengan
gembira, sehingga anak akan merasa senang dan mudah dalam berhitung.
Di bawah ini
peneliti akan sajikan hasil observasi dalam tabel rekapitulasi siswa yang paham dan siswa yang tidak paham pada
prasiklus dan siklus I.
No
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Siswa mampu
Paham dan
mampu
|
Siswa tidak
mampu
Tidak paham
|
1
|
Studi awal
|
4 siswa (27 %)
|
11 siswa (73 %)
|
2
|
Siklus I
|
7 siswa (47 %)
|
8 siswa (53 %)
|
Tabel 4.3 Rekapitulasi mampu dan tidak Mampu siswa
pada pembelajaran berhitung permulaan melalui metode jarimatika.
Siklus I menemukan beberapa kekurangan baik yang
dilakukan siswa maupun guru.
Teman-teman dari observer antara lain :
1)
Dalam membuka dan menutup jari-jari tangannya siswa masih kaku.
2)
Masih ragu-ragu dalam berhitung.
3)
Keaktifan siswa masih kurang.
4)
Penjelasan guru terlalu cepat.
2. Siklus II
Menurut observer
pada siklus II terjadi peningkatan yang baik, siswa termotivasi mengikuti
pembelajaran berhitung dengan jarimatika karena dilakukan dengan nyanyian dan
yel-yel yang mudah dan menyenangkan, siswa yang masih ragu-ragu membuka dan
menutup jarinya terlihat lebih mudah dan termotivasi untuk terus berhitung.
Peneliti lebih sering menggunakan review dengan nyanyian untuk memotivasi dan
memudahkan anak untuk menggunakan jar-jari tangannya untuk berhitung.
Setelah diadakan
review sambil bernyanyi dan diadakan tes berhitung berulang kali ternyata pada
siklus II ini mengalami peningkatan yang baik. Dari 15 siswa yang ada pada
kelompok B TK PGRI TUNAS PATAKA yang paham dan mampu berhitung dengan metode
jarimatika bisa mencapai 12 anak atau 80 %, sedangkan yang belum mampu ada 3
siswa atau 20 %.
Berikut ini peneliti sajikan dalam bentuk tabel
dibawah ini
No
|
Kegiatan
Pembelajaran
|
Siswa mampu
Paham dan
mampu
|
Siswa tidak
mampu
Tidak paham
|
1
|
Studi awal
|
4 siswa (27 %)
|
11 siswa (73 %)
|
2
|
Siklus I
|
7 siswa (47 %)
|
8 siswa (53 %)
|
3
|
Siklus II
|
12 siswa (80%)
|
3 siswa (20%)
|
Tabel 4.4 Rekapitulasi mampu dan tidak mampu siswa
pada pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika studi awal
sampai siklus II
Setelah
selesai melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I, peneliti dan
teman sejawat mendiskusikan hasil pengamatan dan temuan tentang keaktifan, dan
kemampuan siswa dalam berhitung dengan metode jarimatika masih banyak
kekurangannya. Hal ini terbukti baru 7 siswa atau 47 % yang paham berhitung dengan
metode jarimatika dari 15 siswa yang ada.
Maka
peneliti berencana untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II
dengan melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I, untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan sekecil mungkin.
Untuk
memperjelas hasil penelitian, berikut ini data hasil kemampuan siswa dalam
berhitung permulaan dengan metode jarimatika dari stadi awal sampai siklus II.
No
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Siswa mampu
Paham dan mampu
|
Siswa tidak mampu
Tidak paham
|
1
|
Studi awal
|
4 siswa (27 %)
|
11 siswa (73 %)
|
2
|
Siklus I
|
7 siswa (47 %)
|
8 siswa (53 %)
|
3
|
Siklus II
|
12 siswa (80%)
|
3 siswa (20%)
|
Tabel 4.5 Rekapitulasi mampu
dan tidak mampu siswa pada pembelajaran berhitung permulaan dengan metode
jarimatika studi awal sampai siklus II
Berdasarkan hasil
kemampuan siswa yang telah mencapai 80 %, maka peneliti bersama observer
sepakat bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk kelompok B TK
PGRI TUNAS PATAKA berhenti pada siklus II
1.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil
belajar siswa pada tindakan perbaikan pembelajaran siklus I meningkat sebesar
20 % atau sebanyak 3 siswa dari hasil belajar siswa pada studi awal.
Namun
demikian, hasil ini kurang memuaskan peneliti. Harapan peneliti lebih banyak
lagi siswa yang akan paham dan mampu menggunakan jari-jari tangannya untuk
berhitung permulaan tambah dan kurang sehingga siswa yang paham dan mampu dapat
mencapai 75% sesuai dengan harapan.
Ternyata
peningkatan pada prestasi siswa juga diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran berhitung permulaan dengan
menggunakan metode jarimatika yang hanya menggunakan jari-jari tangan tanpa
membebani memori otaknya.
1.
Aktivias Guru.
Observer
melakukan monitoring pelaksanaan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode
jarimatika untuk mengetahui secara langsung tindakan yang dilaksanakan dalam
mengamati saat proses tindakan. Monitoring dilakukan setiap pertemuan sesuai
jadwal penelitian. Hasil pengamatan dan catatan dimasukkan sebagai bahan
refleksi antara observer dan peneliti untuk melakukan evaluasi selanjutnya.
Hasil
observasi dan monitoring pada tindakan kelas siklus I dapat dilaporkan sebagai
berikut :
a.
Pada siklus I proses pembelajaran berhitung permulaan
sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
b.
Sebelum pembelajaran, guru memperkenalkan yel-yel dan
nyanyian TAKU (tambah kurang) dengan jari tangan agar anak termotivasi dan
tertarik untuk berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan anak
memahami posisi jari dalam berhitung dengan jarimatika.
c.
Guru berusaha menjadi fasilitator dan mediator dalam
pelaksanaan.
d.
Guru melakukan evaluasi secara individu yaitu dengan
memberikan simulasi penerapan jarimatika dalam penyelesaian soal-soal
sederhana.
2.
Aktivitas siswa.
a.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran berhitung permulaan
pada siklus I, terlihat bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti
pembelajaran, siswa senang dengan buka tutup jari tangannya dan semangat dalam
menjawab pertanyaan guru.
b.
Motivasi siswa dalam belajar berhitung dengan metode
jarimatika sudah cukup tinggi, hal ini terlihat dari keaktifan siswa untuk
mengikuti berhitung bersama dengan gembira dan selalu menanyakan apakah betul
hasilnya ini, kepada peneliti dan observer. Namun masih ada siswa yang dengan
perasaan ragu-ragu untuk membuka dan menutup jarinya, setelah didekati dan
diberi bimbingan siswapun mulai merasakan mudahnya berhitung dengan jarimatika.
c.
Secara keseluruhan aktifitas siswa pada siklus I belum
mencapai target yang diharapkan, karena tingkat keaktifan siswa belum maksimal.
Hasil
kemampuan dan motivasi anak untuk mengikuti pembelajaran berhitung pada siklus
I belum sesuai dengan harapan peneliti karena belum mencapai target kemampuan
yang diharapkan, maka peneliti bersama teman sejawat melanjutan tindakan
perbaikan pembelajaran pada siklus II.
3.
Siklus II
Tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan
menggunakan yel-yel tambah kurang jarimatika dan nyanyian sangat memotivasi
siswa untuk mengikuti pembelajaran berhitung permulaan, sehingga siswa dapat dengan
mudah dan senang menggunakan jari-jari tangannya untuk berhitung.
Pada hasil review dan tes akhir siklus II, kemampuan
dan pemahaman siswa dalam belajar berhitung permulaan dengan metode jarimatika
telah terpenuhi yaitu dari 15 siswa yang mampu dan paham berhitung dengan
metode jarimatika mencapai 12 siswa atau 80%, sehingga perbaikan pembelajaran
berhitung permulaan berhenti pada siklus II.
Tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan
dengan metode jarimatika pada anak kelompok B TK PGRI TUNAS PATAKA telah
selesai sampai pada siklus II, dari hasil pengamatan dan tes yang telah
dilaksanakan, pembelajaran berhitung berjalan dengan lancar dan mendapatkan
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil penelitian, observer bersama
peneliti mendapatkan beberapa temuan-temuan dari hasil tindakan perbaikan
pembelajaran berhitung permulaan yaitu :
a.
Anak menjadi paham proses berhitung
tambah kurang permulaan yang sederhana.
b.
Anak paham dan mampu menggunakan
jari-jari tangannya untuk berhitung dengan jarimatika.
c.
Anak menjadi semangat dalam belajar
berhitung.
Hal ini terbukti dari studi awal sampai siklus II anak
yang paham dan mampu belajar berhitung permulaan dengan metode jarimatika
mencapai 12 anak atau 80%.
No comments:
Post a Comment