Tuesday, January 9, 2018

CONTOH PTK ( PENELITIAN TINDAKAN KELAS ) PAUD BAB 4



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN TINDAKAN

1.1.  Pelaksanaan Pnelitian
1.      Siklus I
a.      Perencanaan.
Sebelum melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti membuat rencana kegiatan pembelajaran agar dalam pelaksanaannya dapat berhasil dengan baik dan sesuai harapan.
Peneliti mempersiapkan RKH yang akan dijadikan pedoman dalam melaksanakan langkah-lankgah pembelajaran, serta lembar evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan atau prestasi siswa, dan lembar analisis untuk mencatat nilai yang diperoleh siswa saat mengikuti pembelajaran tes berhitung permulaan dengan jarimatika.
No
Komponen
Keterangan
1
RKH
1 (satu) set
2
Lembar pengamatan
Dibuat untuk siswa dan guru
3
Lembar Evaluasi
Dibuat sejumlah siswa
4
Lembar Analisis
Dibuat untuk siswa
Tabel 4.1 komponen-komponen yang dipersiapkan dalam siklus.

b.      Tindakan.
Setelah semua komponen diatas dipersiapkan, peneliti dibantu dengan teman sejawat sebagai Observer melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan melalui metode jarimatika.
Tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika dilaksanakan dalam dua pertemuan. Pada akhir pertemuan peneliti memberikan review kepada siswa untuk mengetahui seberapa pemahaman dan kemampuan siswa dalam menggunakan jari-jari tangannya sesuai dengan proses berhitung jarimatika yang telah diajarkan. Pelaksanaan tindakan dapat diuruaikan sebagai berikut :

1.      Pertemuan pertama (RKH – 1)
Tahap awal : salam, berdo`a, menyanyi lagu satu tambah satu dilanjutkan dengan bercakap-cakap tentang kegiatan hari ini.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang dari 1 – 9 dengan menggunakan yel-yel jarimatika yaitu dengan jari-jari tangan, kemudian anak mengikutinya sampai paham dan mampu untuk membuka dan menutup jari-jarinya dengan sempurna.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan mengingat yel-yel yang diajarkan kemudian berdo`a, salam, pulang.
2.      Pertemuan ke dua (RKH – 2)
Tahap awal : salam, berdo`a, dilanjutkan dengan yel-yel jarimatika.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang cara atau proses berhitung penambahan dan pengurangan dengan jarimatika dari 1 – 4 dan diikuti oleh anak-anak. Kemudian anak diberi soal untuk diselesaikan bersama-sama dengan guru.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dan postest tambah kurang 1 – 4 yang telah diajarkan kemudian berdo`a, salam, pulang.
3.      Pertemuan ketiga (RKH – 3)
Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika dilanjutkan dengan review tambah kurang dari 1 – 4.
Tahap inti : Guru memberi contoh membilang dari 5 – 9 dengan  jarimatika diikuti oleh anak dan dilanjutkan dengan menyebutkan hasil tambah kurang dari 5 – 9 dengan jarimatika sampai paham dan mampu memposisikan jari-jari tangannya dengan sempurna.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari postest tambah kurang dari 5 - 9 kemudian berdo`a, salam, pulang.
4.      Pertemuan keempat (RKH – 4)
Tahap awal : salam, berdo`a, yel-yel jarimatika.
Tahap inti : reiew tambah kurang dari 1 – 9 dilanjutkan dengan mengerjakan soal dilembar kerja, guru sifatnya mengamati dan membantu anak yang mengalami kesulitan
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan postest kemudian berdo`a, salam, pulang.
5.      Pertemuan kelima (RKH - 5)
Tahap awal : salam, berdo`a, review tambah kurang dari 1 – 9.
Tahap inti : pemberian tugas menyebutkan hasil tambah kurang dari 1 – 9 dilembar kerja dengan guru sebagai pengawasnya.
Tahap penutup : Bercerita tentang kegiatan sehari dilanjutkan dengan postest tambah kurang dari 1 - 9 kemudian berdo`a, salam, pulang.
6.      Pengamatan/Observasi.
Observasi merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan dalam melaksanakan konteks penelitian tindakan kelas merupakan aktvitas yang dirancang dengan sengaja untuk menghasilkan adanya peningkatan dalam praktek pendidikan dan pengajaran dalam kondisi kelas tertentu.
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh pelaksanaan tindakan yang dapat diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Observasi dilakukan peneliti pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan mencatat apa saja yang diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung kedalam lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Selain itu perencanaan observasi bersifat fleksibel dan terbuka dengan mencatat hal-hal yang tidak terduga ke dalam jurnal, yang berkaitan dengan apa yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.

1.2.       Hasil Penelitian
1.      Siklus I
Pada studi awal, banyaknya siswa yang mampu berhitung hanya 4 siswa atau 27 % dari 15 siswa yang ada. Hal ini disebabkan karena kurangnya motivasi belajar dan metode pembelajaran yang mudah bagi siswa. Melihat kemampuan berhitung siswa yang demikian kiranya diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran yang lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk mengikutinya dan dapat Meningkatkan kemampuan siswa dalam berhitung permulaan.
Pada tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika siklus I diadakan review dan tes untuk 15 siswa dan hasilnya ada 7 siswa (47%)  mampu dan dapat berhitung dengan mudah. Peningkatan ini karena dalam tindakan perbaikan pembelajaran peneliti menggunkaan metode jarimatika penambahan dan pengurangan dengan jari-jari tangan untuk alat bantunya dan akan menarik minat anak karena dilakukan dengan gembira, sehingga anak akan merasa senang dan mudah dalam berhitung.
Di bawah ini peneliti akan sajikan hasil observasi dalam tabel rekapitulasi siswa yang paham dan siswa yang tidak paham pada prasiklus dan siklus I.
No
Kegiatan Pembelajaran
Siswa mampu
Paham dan mampu
Siswa tidak mampu
Tidak paham
1
Studi awal
4 siswa (27 %)
11 siswa (73 %)
2
Siklus I
7 siswa (47 %)
8 siswa (53 %)
Tabel 4.3 Rekapitulasi mampu dan tidak Mampu siswa pada pembelajaran berhitung permulaan melalui metode jarimatika.
Siklus I menemukan beberapa kekurangan baik yang dilakukan siswa maupun guru.
Teman-teman dari observer antara lain :
1)     Dalam membuka dan menutup jari-jari tangannya siswa masih kaku.
2)     Masih ragu-ragu dalam berhitung.
3)     Keaktifan siswa masih kurang.
4)     Penjelasan guru terlalu cepat.

2.      Siklus II
Menurut observer pada siklus II terjadi peningkatan yang baik, siswa termotivasi mengikuti pembelajaran berhitung dengan jarimatika karena dilakukan dengan nyanyian dan yel-yel yang mudah dan menyenangkan, siswa yang masih ragu-ragu membuka dan menutup jarinya terlihat lebih mudah dan termotivasi untuk terus berhitung. Peneliti lebih sering menggunakan review dengan nyanyian untuk memotivasi dan memudahkan anak untuk menggunakan jar-jari tangannya untuk berhitung.
Setelah diadakan review sambil bernyanyi dan diadakan tes berhitung berulang kali ternyata pada siklus II ini mengalami peningkatan yang baik. Dari 15 siswa yang ada pada kelompok B TK PGRI TUNAS PATAKA yang paham dan mampu berhitung dengan metode jarimatika bisa mencapai 12 anak atau 80 %, sedangkan yang belum mampu ada 3 siswa atau 20 %.
Berikut ini peneliti sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini
No
Kegiatan Pembelajaran
Siswa mampu
Paham dan mampu
Siswa tidak mampu
Tidak paham
1
Studi awal
4 siswa (27 %)
11 siswa (73 %)
2
Siklus I
7 siswa (47 %)
8 siswa (53 %)
3
Siklus II
12 siswa (80%)
3 siswa (20%)
Tabel 4.4 Rekapitulasi mampu dan tidak mampu siswa pada pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika studi awal sampai siklus II
Setelah selesai melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran siklus I, peneliti dan teman sejawat mendiskusikan hasil pengamatan dan temuan tentang keaktifan, dan kemampuan siswa dalam berhitung dengan metode jarimatika masih banyak kekurangannya. Hal ini terbukti baru 7 siswa atau 47 % yang paham berhitung dengan metode jarimatika dari 15 siswa yang ada.
Maka peneliti berencana untuk melakukan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II dengan melihat kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I, untuk mengurangi kesalahan-kesalahan sekecil mungkin.
Untuk memperjelas hasil penelitian, berikut ini data hasil kemampuan siswa dalam berhitung permulaan dengan metode jarimatika dari stadi awal sampai siklus II.


No
Kegiatan Pembelajaran
Siswa mampu
Paham dan mampu
Siswa tidak mampu
Tidak paham
1
Studi awal
4 siswa (27 %)
11 siswa (73 %)
2
Siklus I
7 siswa (47 %)
8 siswa (53 %)
3
Siklus II
12 siswa (80%)
3 siswa (20%)
Tabel 4.5 Rekapitulasi mampu dan tidak mampu siswa pada pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika studi awal sampai siklus II
Berdasarkan hasil kemampuan siswa yang telah mencapai 80 %, maka peneliti bersama observer sepakat bahwa penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk kelompok B TK PGRI TUNAS PATAKA berhenti pada siklus II

1.3.  Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil belajar siswa pada tindakan perbaikan pembelajaran siklus I meningkat sebesar 20 % atau sebanyak 3 siswa dari hasil belajar siswa pada studi awal.
Namun demikian, hasil ini kurang memuaskan peneliti. Harapan peneliti lebih banyak lagi siswa yang akan paham dan mampu menggunakan jari-jari tangannya untuk berhitung permulaan tambah dan kurang sehingga siswa yang paham dan mampu dapat mencapai 75%  sesuai dengan harapan.
Ternyata peningkatan pada prestasi siswa juga diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran berhitung permulaan dengan menggunakan metode jarimatika yang hanya menggunakan jari-jari tangan tanpa membebani memori otaknya.
1.      Aktivias Guru.
Observer melakukan monitoring pelaksanaan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika untuk mengetahui secara langsung tindakan yang dilaksanakan dalam mengamati saat proses tindakan. Monitoring dilakukan setiap pertemuan sesuai jadwal penelitian. Hasil pengamatan dan catatan dimasukkan sebagai bahan refleksi antara observer dan peneliti untuk melakukan evaluasi selanjutnya.
Hasil observasi dan monitoring pada tindakan kelas siklus I dapat dilaporkan sebagai berikut :
a.       Pada siklus I proses pembelajaran berhitung permulaan sudah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
b.      Sebelum pembelajaran, guru memperkenalkan yel-yel dan nyanyian TAKU (tambah kurang) dengan jari tangan agar anak termotivasi dan tertarik untuk berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan anak memahami posisi jari dalam berhitung dengan jarimatika.
c.       Guru berusaha menjadi fasilitator dan mediator dalam pelaksanaan.
d.      Guru melakukan evaluasi secara individu yaitu dengan memberikan simulasi penerapan jarimatika dalam penyelesaian soal-soal sederhana.

2.      Aktivitas siswa.
a.       Aktivitas siswa dalam pembelajaran berhitung permulaan pada siklus I, terlihat bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa senang dengan buka tutup jari tangannya dan semangat dalam menjawab pertanyaan guru.
b.      Motivasi siswa dalam belajar berhitung dengan metode jarimatika sudah cukup tinggi, hal ini terlihat dari keaktifan siswa untuk mengikuti berhitung bersama dengan gembira dan selalu menanyakan apakah betul hasilnya ini, kepada peneliti dan observer. Namun masih ada siswa yang dengan perasaan ragu-ragu untuk membuka dan menutup jarinya, setelah didekati dan diberi bimbingan siswapun mulai merasakan mudahnya berhitung dengan jarimatika.
c.       Secara keseluruhan aktifitas siswa pada siklus I belum mencapai target yang diharapkan, karena tingkat keaktifan siswa belum maksimal.
Hasil kemampuan dan motivasi anak untuk mengikuti pembelajaran berhitung pada siklus I belum sesuai dengan harapan peneliti karena belum mencapai target kemampuan yang diharapkan, maka peneliti bersama teman sejawat melanjutan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.




3.      Siklus II
Tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan yel-yel tambah kurang jarimatika dan nyanyian sangat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran berhitung permulaan, sehingga siswa dapat dengan mudah dan senang menggunakan jari-jari tangannya untuk berhitung.
Pada hasil review dan tes akhir siklus II, kemampuan dan pemahaman siswa dalam belajar berhitung permulaan dengan metode jarimatika telah terpenuhi yaitu dari 15 siswa yang mampu dan paham berhitung dengan metode jarimatika mencapai 12 siswa atau 80%, sehingga perbaikan pembelajaran berhitung permulaan berhenti pada siklus II.
Tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan dengan metode jarimatika pada anak kelompok B TK PGRI TUNAS PATAKA telah selesai sampai pada siklus II, dari hasil pengamatan dan tes yang telah dilaksanakan, pembelajaran berhitung berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dari hasil penelitian, observer bersama peneliti mendapatkan beberapa temuan-temuan dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran berhitung permulaan yaitu :
a.       Anak menjadi paham proses berhitung tambah kurang permulaan yang sederhana.
b.      Anak paham dan mampu menggunakan jari-jari tangannya untuk berhitung dengan jarimatika.
c.       Anak menjadi semangat dalam belajar berhitung.
Hal ini terbukti dari studi awal sampai siklus II anak yang paham dan mampu belajar berhitung permulaan dengan metode jarimatika mencapai 12 anak atau 80%.






No comments:

Post a Comment